Pada bulan Ramadhan banyak umat Islam yang menggelar acara peringatan Nuzulul Quran. Untuk itu perlu kiranya kali ini menyoroti masalah Nuzulul Quran dan hukum memperingati/merayakannya.
Syaikh Shafiyurahman Al Mubarakfuriy (penulis Sirah Nabawiyah) menyatakan bahwa para ahli sejarah banyak berbeda pendapat tentang kapan waktu pertama kali diturunkannya Al Quran, pada bulan apa dan tanggal berapa, paling tidak ada tiga pendapat :
Pertama: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Quran itu ada pada bulan Rabiul Awwal,
Yang berpendapat pada bulan Rabiul Awwal pecah menjadi tiga, ada yang mengatakan awal Rabiul Awwal, ada yang mengatakan tanggal 8 Rabiul Awwal dan ada pula yang mengatakan tanggal 18 Rabiul Awwal (yang terakhir ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu).
Kedua: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Quran itu pada bulan Rajab,
Kemudian yang berpendapat pada bulan Rajab terpecah menjadi dua. Ada yang mengatakan tanggal 17 dan ada yang mengatakan tanggal 27 Rajab (hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu -lihat Mukhtashar Siratir Rasul, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi, hal.75 -).
Ketiga: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Quran itu pada bulan Ramadhan.
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari berkata bahwa: Imam Al Baihaqi telah mengisahkan bahwa masa wahyu mimpi adalah 6(enam) bulan.
Maka berdasarkan kisah ini permulaan kenabian dimulai dengan mimpi shahihah (yang benar) yang terjadi pada bulan kelahirannya yaitu bulan Rabiul Awwal ketika usia beliau genap 40 tahun. Kemudian permulaan wahyu yaqzhah (dalam keadaan terjaga) dimulai pada bulan Ramadhan.
Sesungguhnya kita menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Quran ada pada bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran” (Al Baqarah:185 ).
Dan Allah berfirman, artinya,“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (Al Qadr :1).
Seperti yang telah kita maklumi bahwa Lailatul Qadr itu ada pada bulan Ramadhan yaitu malam yang dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (Ad Dukhaan:3 ).
Dan karena menyepinya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di Gua Hira’ adalah pada bulan Ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril adalah di dalam Gua Hira’. Jadi Nuzulul Quran ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab, “Di dalamya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku” (HR Muslim).
Dalam sebuah lafadz dikatakan “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku”(HR Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al Hakim).
Akan tetapi pendapat ketiga inipun pecah menjadi lima, ada yang mengatakan tanggal 7 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 14 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 17 (hari Kamis), ada yang mengatakan tanggal 21 (hari Senin) dan ada yang mengatakan tanggal24 (hari Kamis).
Pendapat “17 Ramadhan” diriwayatkan dari sahabat Al Bara’ bin Azib dan dipilih oleh Ibnu Ishaq, kemudian oleh Ustadz Muhammad Khudhari Bik.
Pendapat “21 Ramadhan” dipilih oleh Syekh Al Mubarakfuriy, karena Lailatul Qadr ada pada malam ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah tanggal7 ,14 , 21, dan 28 .
Sedangkan pendapat “24 Ramadhan” diriwayatkan dari Aisyah, Jabir, dan Watsilah bin Asqa’ , dan dipilih oleh Ibnu Hajar Al Haitamiy, ia mengatakan, “Ini sangat kuat dari segi riwayat.”
Karena itu memperingati peristiwa turunnya Al Quran pertama kali tidaklah penting, sebab di samping hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in, Al Quran diturunkan tidaklah untuk diperingati tetapi untuk memperingatkan kita.
Peristiwa Nuzulul Quran bukanlah diharapkan agar dijadikan sebagai hari raya oleh umat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama perayaan sebagaimana halnya agama-agama lain.
Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkus dengan perayaan-perayaan yang membuat orang-orang tertarik kepadanya. Karena itu pesta hari raya tahunan di dalam Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Jadi turunnya Al Quran bukan untuk diperingati setiap tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap saat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan, “Alif Lam Mim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (Al A’raf: 1-2).
| Dikutip dengan perubahan dari ‘Nuzulul Qur’an Sebagai Peringatan atau Pelajaran?’