“Benarkah Utsman bin ‘Affan melakukan nepotisme?” tanya seorang mutarabbi pada saya.
Saya jawab, “Jika ada 26 propinsi, dan 4 di antaranya diisi gubernur dari kabilah Utsman, sementara di antara ke-4 orang itu ada yang sudah diangkat oleh Umar bin Al Khathab sebagai gubernur, dan merekapun memiliki kemampuan sebagai gubernur, apakah akan dikatakan sebagai nepotisme?”
Yang pertama adalah, Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Syam yang diangkat oleh Umar bin Al Khathab. Keutamaannya sebagai penguasa sudah tersohor. Sampai orang modern menjuluki Hasan Al Banna yang csebagai lelaki secerdas Muawiyah dan seshalih Ali (majas hiperbola dalam memuji).
Yang kedua adalah Abdullah bin Amir bin Kuraiz, gubernur Basrah yang dimasa kecilnya didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan perkataan, “Sesungguhnya ia orang yang menyirami.” Maka jika Abdullah bin Amir menggali tanah, pasti keluar mata air. Ia adalah anak paman dari ibu Utsman bin Affan. Para ulama banyak memberikan pujian kepadanya.
Yang ketiga adalah Al Walid bin Uqbah, komandan di Yordania, ia kemudian menjadi gubernur Kufah. Ia diangkat menjadi pejabat sejak pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Ia pernah terkena kasus minum-minuman keras hingga dicopot dari jabatan gubernur oleh Utsman. Mirip kasus Umar bin Al Khathab yang mengangkat Qudamah bin Mazh’un sebagai gubernur Bahrain tetapi kemudian diketahui minum khamr. Padahal, menurut Ibnu Jarir Ath Thabari, Al Walid difitnah oleh musuhnya.
Yang keempat, Said bin Al Ash, gubernur Kufah pasca Al Walid bin Uqbah. Said adalah komandan serangan ke Thabaristan dan Georgia. Said bin Al Ash adalah pendikte penulisan mushaf Al Quran dengan dialek Quraisy, karena dialeknya paling mirip dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Yang lain, Abdullah bin Saad bin Abu Sarh, gubernur Mesir adalah saudara sesusuan Utsman. Ia adalah di antara anak buah Amr bin Al Ash saat menaklukkan Mesir. Setelah itu ia menjabat sebagai penguasa beberapa wilayah di dalam Mesir. Saat menjabat sebagai gubernur Mesir, ia berhasil mengalahkan Gargir, penguasa Afrika dan memaksa mereka membayar upeti. Secara ekonomi, Abdullah bin Saad mengalahkan Amr bin Al Ash dalam perolehan pendapatan pajak. Ia juga dipuji para ulama.
Yang paling terkenal sebagai sepupu dan pejabat Utsman mungkin adalah Marwan bin Al Hakam. Ia adalah sekretaris Utsman yang ikut bermusyawarah saat Utsman meminta pendapat dari para shahabat senior. Marwan banyak belajar pada Umar hingga memiliki kemampuan memutuskan perkara. Ibnu Hajar mengatakan bahwa ia pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Saat menjadi gubernur di Madinah bagi Muawiyah, ia dikenal adil, anti kemewahan, serta waspada pada basa-basi.
Nah, apakah Utsman mengangkat mereka karena persaudaraan?
Utsman berkata dalam Tarikh Ath Thabari, “Aku tidak mengangkat seseorang kecuali setelah disepakati, dewasa, diterima, dan mereka memiliki kompetensi masing-masing.”
Ali bin Abi Thalib, mendukungya, “Utsman tidak mengangkat seseorang menjadi pemimpin kecuali orang yang sehat dan adil. Rasulullah telah mengangkat Uttab bin Usaid sebagai gubernur Makkah ketika masih berusia 20 tahun.”
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri juga mengangkat para pejabat dari bani Umayah, sebagaimana diteruskan oleh Abu Bakar dan Umar. Hal ini karena kebangsawanan bani Umayah dan besarnya kabilah ini.
Mereka yang diangkat oleh Rasulullah adalah:
1. Attab bin Usaid sebagai gubernur Makkah
2. Abu Suyyan bin Harb sebagai gubernur Najran
3. Khalid bin Said sebagai amil zakat Bani Mudhij
Yang diangkat oleh Abu Bakar adalah:
1. Yazid bin Abu Sufyan sebagai panglima Syam
Yang diangkat oleh Umar adalah:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan menggantikan Yazid.
Dan mereka menunjukkan kapabilitas mereka sebagai pejabat. Bahkan, Muawiyah adalah gubernur yang paling dicintai oleh masyarakatnya, mengalahkan kecintaan masyarakat Kufah kepada Ali bin Abi Thalib yang menjabat sebagai khalifah.
Jadi, wajarkah jika dikatakan bahwa Utsman bin Affan melakukan nepotisme dan mengorbankan kaum Muslimin dengan mengangkat orang-orang itu?