Batin saya tergelitik karena sebuah status yang lewat di beranda Facebook saya. Kata-kata yang sederhana, namun ada benarnya juga.
“Jika orangtua kaya, maka anak jadi raja. Jika anak kaya, orangtua jadi pelayan.”
Pernahkah terpikirkan di benak Anda, apa saja bakti yang dapat Anda berikan pada orang tua? Dengan limpahan hartka kah? Dengan sopan santunkah? Dengan prestasi akademik-kah? Atau, dengan memberikan yang terbaik yang kita miliki?
Sepertinya sangat jarang anak yang mau melakukan yang terbaik bagi orangtuanya. Bagaimana tidak? Saat kita sekolah, kita masih malas untuk belajar. Tidak mau mengusahakan prestasi terbaik yang kita bisa. Padahal orangtua sudah bersusah payah mencari nafkah untuk membiayai sekolah kita hingga jenjang tertinggi. Namun, apakah kita sudah mengupayakan yang terbaik untuk orangtua kita?
Saat kita bekerja, dengan gaji yang kita terima kita mulai tertarik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder (bahkan tersier) kita daripada memberikan sesuatu yang spesial untuk orangtua. Kita lebih suka memberi hadiah pada kekasih atau teman kita yang berulang tahun daripada mempersembahkan kado terindah pada orangtua. Banyak yang berkilah, “Saya kan seperti ini karena usaha saya, kerja keras saya?” Padahal, kita tak pernah tahu, sebenarnya doa-doa panjang ibulah yang mengantarkan kita pada kesuksesan. Tetesan keringat ayahlah yang membuat kita bisa tumbuh hingga dewasa dan kuat bekerja. Kita lupa pada jasa orangtua yang telah mengorbankan semuanya untuk kebahagiaan kita.
Beruntung jika sang anak masih ingat pada orangtua mereka, ingin membahagiakan kedua orang tua dengan memberikan fasilitas terbaik bagi orangtua di masa tua mereka. Menghajikan orangtua, dan selalu bersikap sopan dan santun pada keduanya. Miris melihat anak yang ketika sudah sukses malah merasa malu jika orangtua mereka begitu sederhana, tinggal di kampung dan hidup ala kadarnya. Bukankah hal itu adalah peluang untuk sang anak untuk berbagi kebahagiaan dengan orangtua mereka? Sungguh, tak pantas rasanya ketika kita sudah kaya, kita menganggap orangtua kita hina karena kepapaan mereka.
Saat kita sibuk bekerja, kita menyerahkan kewajiban kita seperti mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga kepada ibu kita. Jika ada sedikit saja kesalahan yang beliau perbuat, kita tega menghardik dan memarahinya. Kita memperlakukan orangtua dengan semena-mena, bagai pelayan saja. Tak mengada-ada, bahkan ada anak yang tega menjebloskan ibunya ke dalam penjara karena bersengketa. Menuntut jumlah uang yang tak mungkin terbayarkan oleh sang ibu. Kemanakah nurani sang anak yang tega berbuat demikian? Bahkan seumur hidup dia berbakti pada ibunya, belum cukup untuk membalas jasa ibu kepada sang anak.
Rasulullah bersabda, “Semua dosa akan ditangguhkan Allah SWT sampai nanti hari kiamat, kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka sesungguhnya Allah SWT akan menyegerakan balasan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal.” (HR. Hakim)
Oleh karena itu, berbakti kepada kedua orangtua tak menunggu kita sukses. Berbakti kepada orangtua membutuhkan keterampilan, kebiasaan, dan latihan. Sekecil apapun bentuk bakti kita pada orangtua lebih baik daripada tidak pernah berusaha sama sekali. Jika belum mampu memberikan materi, cukup tak membuat mereka susah saja bisa dibilang kita sudah berbakti kepada orangtua.
Jadi, apa bentuk bakti kita pada kedua orangtua? Cara-cara sederhana seperti membawakan makanan kesukaanya, membantu pekerjaan rumah tanpa diminta, tersenyum dan berwajah menyenangkan, tidak mengecewakan, serta mendoakannya setiap hari merupakan bentuk bakti kita kepada orangtua. Mari mulai memberikan yang terbaik untuk orangtua kita.