1. Cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan manusia sekalian.” (HR. al-Bukhari 15 dan ini adalah lafaznya, dan Muslim no. 44)
2. Mencintai kaum Anshar
Dari Anas Radhiyallahu ‘Anh, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda nifak adalah membenci kaum anshar.” (HR. al-Bukhari no. 17 dan ini adalah lafaznya, dan Muslim no 74)
3. Mencintai orang-orang yang beriman
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Kamu tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang apabila kamu lakukan niscaya kalian saling mencintai, tebarkanlah salam di antara kamu.” (HR. Muslim no 54)
4. Mencintai saudaranya sesama Islam
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anh, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman (sempurna) seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya –atau tetangganya- apa yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45, ini adalah lafazhnya.)
5. Mencintai tetangga dan tamu, serta tidak bicara kecuali tentang yang baik
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. al-Bukhari no (6018) dan Muslim no. 47 dan ini adalah lafazhnya.)
6. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Barang siapa di antara kalian melihat yang mungkar (yang dilarang agama) hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah dia merubahnya dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim (49).)
7. Nasehat
Dari Tamim ad-Dari Radhiyallahu ‘Anh, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Agama adalah nasehat.’ Kami bertanya, ‘Untuk siapa?’ Beliau menjawab, ‘Untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat Islam secara umum.” (HR. Muslim 55.)
Iman adalah amalan yang paling utama:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya: ‘Apakah amalan yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.’ Beliau ditanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’ Beliau ditanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur.” (HR. al-Bukhari no. 26 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 83.)
Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena perbuatan maksiat
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS. Al-Fath :4)
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :”Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”. Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124)
- Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam keadaanberiman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman.” (HR. al-Bukhari no. 2475 dan Muslim no. 57 dan ini adalah lafazhnya.)
- Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anh dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: ‘Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa Ta’ala’ dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: ‘Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa Ta’ala’ dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:’Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa Ta’ala’ dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji Shallallahu ‘Alaihi wa Sallami (atom).” Dan dalam satu riwayat: ‘iman‘ di tempat ‘kebaikan‘. (HR. al-Bukhari no: 1436, dan Muslim no: 123, dan ini adalah lafazhnya.)
Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam
- Apabila orang kafir masuk Islam, kemudian ia berbuat baik, maka segala keburukannya diampuni, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :”Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap) orang-orang dahulu”. (QS. Al-Anfaal :38)
- Dan atas segala amal kebaikan (yang dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat bahwa Hakim bin Hizam Radhiyallahu ‘Anh bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Bagaimana pendapatmu terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah saya lakukan di masa jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya:’Kamu masuk Islam bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan.” ( HR. al-Bukhari no. 1436 dan Muslim no. 123 dan ini adalah lafazhnya.)
- Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk Islam, kemudian melakukan dosa, maka dia disiksa dengan (dosa) pertama dan yang terakhir. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Barang siapa yang berbuat Kebaikan di masa Islam, niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk yang dia lakukan di masa jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di masa sesudah Islam, niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan terakhir.” (HR. al-Bukhari no. 6921 dan Muslim no: 120.)