”Karena segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali ke hati.”
Sudah seharusnya seorang aktivis dakwah memiliki kesadaran untuk selalu jujur kepada Allah SWT. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW, modal utama beliau dalam berdakwah adalah kejujuran. Bahkan gelar “al-amiin” telah disandangnya jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT. Jelas kejujuran Nabi Muhammad SAW terpancar pada hatinya, perkataannya, hingga perbuatannya.
Seorang aktivis dakwah yang jujur kepada Allah, dan ikhlas dalam berjuang, akan berpengaruh terhadap hasil dakwahnya. Kejujurannya itu tidak hanya nampak sebagai ucapan, tetapi juga sebagai ketegasan dalam langkahnya, kecerahan pada wajahnya, kelembutan pada matanya, ketenangan pada sikapnya, dan kejernihan pada pemikirannya.
Kejujuran seorang aktivis dakwah tentu kembali kepada kondisi hatinya. Apabila hatinya bersih, maka akan mudah berlaku jujur. Karena segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali ke hati. Maka ketika proses dakwah itu dilakukan dengan jujur kepada Allah, banyak orang yang mendapatkan petunjuk karenanya. Mereka mendapat petunjuk lantaran hati mereka merasakan kejujuran yang terpancar dari aktivis dakwah yang jujur. Tidak sedikit dari mereka mendapat petunjuk, walaupun hanya baru sekali bertemu dan berbincang sebentar. Bahkan ada yang hanya dengan menatapnya, mereka sudah merasa mendapat petunjuk.
Amal dakwah yang dilakukan karena jujur kepada Allah tidaklah lekang oleh waktu. Ia akan tetap abadi sebagai bibit amal yang terus tumbuh dan senantiasa berbuah kebaikan. Itu sebabnya mengapa kisah-kisah Nabi Muhammad, para sahabat, atau orang-orang saleh tetap menginspirasi dan memberi tenaga lebih kepada setiap orang yang membacanya, padahal, mereka tidak pernah sekalipun bertemu dengan tokoh-tokoh tersebut.
Lebih jauh Dr. Najih Ibrahim menjelaskan dalam bukunya Tausyiah Untuk Aktivis Islam, ”Jika seseorang jujur kepada Allah dan ikhlas dalam upayanya menegakkan agama, otomatis ia jujur dalam segala hal. Ia tidak hanya jujur dalam perbuatan, perkataan, organ tubuh, jihad, dan dakwahnya. Pedang, senjata, dan perbekalannya pun ikut jujur.”
Senjata atau kendaraan akan menjadi jujur selama digunakan oleh orang yang jujur. Simaklah bagaimana kisah peluru atau batu yang dilontarkan para Mujahid di tanah jihad bisa memberi dampak kerusakan yang begitu hebat bagi musuh-musuh Islam. Peluru dan batunya sama, tapi mengapa efeknya berbeda? Itu karena orang yang memakainya adalah orang yang jujur. Sama halnya dengan kendaraan, manakala digunakan oleh orang yang jujur, kendaraan itu akan ikut jujur dan melahirkan banyak kebaikan-kebaikan.
Sebaliknya, ketika dakwah itu dilakukan dengan tidak jujur kepada Allah, sehingga ia jauh dari Allah, apalagi disertai dengan kemaksiatan dan dosa, maka akan berpengaruh kepada hasil dakwahnya. Keburukannya itu bukan hanya terpancar pada dirinya, tetapi juga terukir pada alat, senjata, atau kendaraannya.
Oleh: Deddy Sussantho, Depok