“Sabtu, 31 Desember 2011 adalah yang paling bermakna sepanjang hidup saya. Bertemu dan mengalami sesuatu berharga di luar kelas. Mengindahkan semua teori konflik Marx sampai konsep materialisme dialektis ajaran Hegel. Ya, saya berada di tengah para praktisi yang hebat!”
Hari ini saya, Ka Juangga (Kompartemen Konstruksi dan Infrastruktur HIPMI UI –Kimia 2008), Ka Fahmi (Ketua 3 Bidang Bisnis Akselerasi Sektoral HIPMI UI –Geografi 2008), dan Ka Merlin (Pemenang UIYSEP 2010 dan Litbang BEM UI –Keperawatan 2008) pergi ke seminar ‘7 Keajaiban Rezeki’ punya Mas Ippho di Masjid As-Syarif, Al-Azhar BSD Tangerang. Dijemput dadakan jam 7.30 pagi dan hanya sarapan waffer.
Sambil menulis cerpen di netbook, saya mendengarkan percakapan mereka mengenai bisnis, investor, prospek usaha dan lain-lain yang berhubungan dengan entrepreneur. Saya harus banyak belajar. Terima kasih ya Allah, telah mempertemukan saya dengan mereka.
Kami pun sampai di Masjid tersebut. Wah, ternyata cukup ramai ya! Namun saya belum tahu siapa pembicara yang mampu membuat massa sebanyak itu. Apa aksinya.
Ternyata dia penulis buku best seller 7 Keajaiban Rezeki, kawan! Buku motivasi yang pernah saya lihat terpampang di rak buku dengan penjualan terbanyak di Gramedia. Tapi saya tidak melihat penulisnya waktu itu.
Infocus pun dinyalakan. Testimoni ditampilkan. Masya Allah, dia ternyata motivator, soc-entrepreneur, creative marketer terbaik di Indonesia! Bahkan ia menampilkan videonya ketika di Australia dengan helikopter untuk menghilangkan rasa takutnya akan ketinggian (bukti ia orang kaya) dan get dinner dengan Donald Trump lalu bertukar buku :’) Fyi, buku terbaru Trump yang belum dijual di seluruh dunia yang dikasihnya.
Kalimat pertama yang saya catat adalah “sukses adalah milik minoritas”. Agak menohok, tapi tertantang juga. Beliau memaparkan bahwa Muhammad dan para sahabat adalah orang-orang kaya. Bukan orang miskin, namun mereka amat sederhana. Bahkan Umar bin Khattab mampu membeli pasar-pasar yang dulu beridiri di Timur Tengah demi syiar islam. Disini ada distorsi nilai yang kita camkan selama ini, yaitu jangan sedekah terang-terangan nanti bisa riya’. Hal ini tidak beralasan. Alasan beliau yang paling logis yang saya dengar adalah,
Sedekah diam-diam memang lebih baik dari terang-terangan, tapi diam-diam tetapi tidak sedekah itu lebih jelek. Terang-terangan pun harus diniatkan untuk syiar, bukan pamer. Dan buruk juga kalau kita berniat sedekah namun tidak jadi karena takut dikira riya’ itulah yang sebenarnya riya’.
Itu mitos pertama yang ia bantah. Mitos kedua yaitu, jangan bermimpi terlalu tinggi, nanti sakit kalau jatuh. Tidakkah kutipan ini membatasi mimpi kita yang gratis dan memotivasi diri? Yang benar,
Jangan membatasi impian. Impian boleh dan harus besar! Tapi ikhlas dan tawakal juga harus demikian. Impian yang besar itu iman jika kita menggantungkannya kepada Allah…
Sungguh banyak quotes lain yang bagus dari Mas Ippho, namun butuh banyak kata untuk memaparkannya. Dan ada lagi,
Takut tetap melangkah= berani, berani tidak melangkah= takut
Satu topik terakhir yang dijelaskan Mas Ippho, yaitu ‘perisai langit’. Dhuha= Doa khusus pengusaha. Salah satu bentuk sedekah yang paling murah dan barakah. Selain itu, ada ungkapan yang kita ketahui bersama kalau sedekah itu wajib 2,5% namun idealnya, sebagai manusia yang jauh lebih beruntung dari orang lain it should be 10%. Kalau mau menjemput keajaiban 20%. Kalau mau mendapatkan ‘jodoh’, sedekahkan barang yang paling kita sayangi seperti mobil, deposito, atau tanah warisan (yang ini mungkin berat, tapi ingat matematika Allah itu luar biasa).
Hebatnya lagi setelah seminar selesai, Mas Ippho benar ‘menantang’ para penonton dengan ungkapan “Siapa yang berani mensedekahkan uangnya di depan saya juga?”. “Saat ini juga!”. Semua jamaah maju ke depan dan melemparkan uang-uang mereka dan didominasi oleh warna biru dan merah karena sebelumnya Mas Ippho bercerita jika uang dengan gambar pria membawa golok sama dengan nominal pembayaran kita ke toilet. Masa orang bawa golok masuk masjid, ya aturan orang pake peci dong yang masuk masjid. Kan berdua juga tuh orangnya, udah siap mau jamaah. Dan sepertinya BI juga sudah memberikan filosofis di setiap gambar pada mata uang ya! Haha. Kelakar Mas Ippho. Jamaah pun ikut tertawa.
Sungguh saya beruntung berada di situ. Saya yakin ini jalannya. Alhamdulillah, Allah telah menggerakkan hati saya untuk menerima tawaran dadakan Ka Jua. Relasi dan pengalaman adalah harta yang tidak ternilai. Saat kau terjun ke masyarakat, mereka sepertinya kurang suka teori positivis Comte tetapi bagaimana we make a deal with them by probing 🙂
D. Trump: Family and quality.
“See ya’ at the top, fellas :D”