Di Yaman, pada zaman Nabi Muhammad SAW, terdapat seorang pemuda yatim, yang tak punya sanak family kecuali hanya ibunya yang telah tua renta, lumpuh dan dengan penglihatan yang telah kabur. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia bekerja sebagai penggembala domba. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, dan jika terdapat kelebihan rezeki, ia gunakan untuk membantu tetangganya yang kekurangan.
Dia seorang pemuda dengan penampilan cukup tampan, bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, kulitnya kemerah-merahan. Pakaiannya hanya dua helai sudah kusut, yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendang. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin. Banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya, tiada orang yang menghiraukannya.
Dia tidak dikenal oleh penduduk bumi, akan tetapi sangat terkenal di langit. Jika dia berdoa pasti dikabulkan. Dikisahkan sepulang dari perang, Rasulullah saw menanyakan kepada Aisyah ra berkenaan dengan orang yang datang mencarinya. Rasulullah saw menjelaskan bahwa dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan baginda Rasul, Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Aisyah ra berkata, memang benar ada seorang pria yang datang mencari baginda Nabi saw, namun ia segera pulang kembali ke Yaman, dikarenakan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkannya terlalu lama.
Rasulullah saw bersabda “Jika kalian ingin bertemu dengan dia, perhatikanlah, ia memiliki tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya. Dan suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Bahkan pada hari kiamat kelak ketika semua ahli ibadah dipanggil untuk memasuki surga, dia justru dipanggil agar berhenti terlebih dahulu dan diperintahkan memberi syafa’at, ternyata Allah memberikan dia izin untuk memberi syafa’at. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Seorang pemuda sholeh yang sangat mencintai Rasulnya serta taat dan berbakti kepada ibunya, sehingga Allah memberikan beberapa keistimewaan atas dirinya.
Apa yang menghalangimu, merekapun memuliakannya…
Belajar dari beberapa kisah terdahulu yang senantiasa memuliakan orang tuanya, sebagaimana Uwais Al Qarni, meskipun kesibukkanya dalam menggembala domba, ia tetap dapat taat pada Allah serta memuliakan orang tuanya.
Dikisahkan pula pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, “Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga”. Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash. Meskipun ibundanya bersikeras menentang keislamannya, namun ia tetap berlaku baik kepada orang tuanya, hingga Allah pun mengabadikannya dalam firmanNya
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…” (QS Luqman: 31).
Dari Abdillah bin Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang pada pagi hari beroleh keridhaan kedua orang tuanya hingga sore, sore hingga pagi, maka terbukalah dua pintu surga untuknya. Walaupun ia beroleh keridhaan dari seorang-seorang. Barangsiapa yang pada sore hari sampai pagi, pagi sampai sore beroleh kemurkaan kedua orang tuanya, maka dibukakan dua pintu neraka baginya, walaupun hanya seorang-seorang”. Lalu ada seorang yang bertanya “Ya Rasulallah ,meskipun keduanya dzalim kepadanya?”, Rasulullah saw menjawab, “Meskipun ia dzalim kepadanya! Meskipun ia dzalim kepadanya! Meskipun ia dzalim kepadanya!” (HR. Ibnu Abi syaibah dari abdillah bin abbas dalam kiatb syubul imam).
Sebagaimana pula Rasulullah saw pernah bercerita kepada Aisyah ra, aku pernah tidur dan aku mendengar ada suara seorang sedang membaca Al Qur’anul karim’. Aku bertanya “Siapakah yang membaca?’’ orang-orang yang disana menjawab ‘‘ia Haritsah bin Nu’am’’ Rasulullah saw kemudian berkata kepada Aisyah ra “seperti itulah bakti kepada orang tua.. seperti itulah bakti kepada orang tua” (HR.Imam Nasa’i). Haritsah bin nu’am adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya
Bersegeralah…
Ibnu abas ra berkata Rasulullah saw bersabda “Tidaklah seorang muslim yang memiliki kedua orang tua, kemudian pada waktu pagi ia lakukan kebaikan kepada keduanya, kecuali Allah akan bukakan untuknya dua pintu surga. Dan ketika sore hari ia masih melakukan kebaikan kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah bukakan lagi untuknya dua buah pintu surga” (HR. Al Baihaqi)
Betapa mulianya kedudukan kedua orang tua, sehingga Allah menyediakan syurga bagi mereka yang memuliakannya. Dalam firmaNya pun dijelaskan “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al Isra:23).
Berkata “ah” atau sejenisnya disini termasuk yang mengisyaratkan keengganan untuk memenuhi permintaan kedua orang tua, berkata kasar bahkan membentaknya termasuk dalam sikap mendurhakainya.
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu disediakan surga yang penuh dengan kenikmatan (jannatun na’im)” (QS. Al Infithar: 13). Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka yang masuk surga na’im adalah mereka yang taat dan tidak melakukan kemaksiatan kepada kedua orang tuanya, karena Rasulullah saw bersabda “Ridlo Allah itu tergantung pada ridlo kedua ayah bunda dan murka Allah juga bergantung pada murka kedua ayah bundanya” (HR. Ibnu hiban)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisaa’:36)
Rasulullah saw bersabda “Maukah kalian aku beritakan tentang dosa-dosa besar?” Kami menjawab “Tentu Ya Rasulullah”, Rasulullah saw bersabda “Dosa besar itu adalah mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua…” (HR. Imam bukhari dan muslim)
Rasulullah bersabda “Ada dua pintu azab yang disegerakan akibatnya di dunia yaitu orang yang berbuat kedzaliman dan durhaka kepada orang tuanya” (HR. Al Hakim)
Itulah sebabnya tangisan Iyas bin Muawiyah rahimatulullah. Sebab tatkala ibunya meninggal dunia, ia menangis dan ditanya “Mengapa engkau menangis?”, ia menjawab “Aku memiliki dua buah pintu surga yang terbuka untuk menuju surga dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup”
Wahai pemilik dua pintu syurga..
Bersegeralah..
Sebelum salah satu pintu tertutup..
Oleh : Meylina Hidayanti, Sragen
Blog