Dulu, kecantikan dan keindahan tubuh pada perempuan itu dipersepsikan lebih natural, alami. Sekarang, kecantikan dan keindahan tubuh dipersepsikan dengan uang. Kalau punya uang, dengan biaya ratusan juta, bisa kok menjadi perempuan cantik nan mempesona. Mau memilih anggun seperti bidadari, atau lucu menggemaskan seperti barbie, bisa saja. Berbagai macam perawatan dan operasi siap mempermaknya. Biayanya? Jangan tanya.
Salah satu jenis layanan untuk cantik, khususnya anti aging, adalah botox. Suntikan botox menyebabkan kulita tampak muda dan halus dan kencang. Padahal menurut ahli bedah, zat yang terkandung dalam botox yang berfungsi menghilangkan kerutan di wajah, sebenarnya adalah racun yang melumpuhkan otot-otot wajah di sekitarnya. Sehingga otot-otot itu tidak dapat digerakkan. Jika bicara, jadi kaku, seperti robot. Mengerikan! Dan, karena artificial, harus terus-menerus ada perawatan rutin. Salah satu petinggi perempuan di negeri ini, yang wajahnya licin bak boneka Barbie, dari orang-orang yang cukup dekat dengannya dikabarkan bahwa setiap bulan dia cuti sehari, menjalani perawatan ‘all in’ menjadi ‘mummi’, di sebuah rumah sakit terkenal. Dan itu biayanya tak tanggung-tanggung, sekali perawatan di atas 100 juta.
Belum kasus tentang silicon, yang oleh banyak perempuan, karena ingin cantik secara instan dengan biaya terjangkau, banyak ditanam di payudara atau hidung. Lalu silicon telah memakan banyak korban. Banyak yang mati sia-sia karenanya, atau mengalami cacat tubuh permanen. Kita tentu masih ingat kasus Malinda Dee, yang sejak dipenjara, mengalami masalah dengan silikonnya karena tak lagi bisa menjalani perawatan rutin selayaknya hari-hari biasa.
Kasus lain sekitar setahun lalu cukup menggemparkan adalah tentang Jian Feng, seorang suami di negri China yang menggugat istrinya sendiri nan cantik jelita. Apa pasal? Karena begitu mereka menikah dan memiliki bayi, bayi tersebut sangat jelek parasnya, hingga jian Feng mengaku malah takut melihat anaknya sendiri. Padahal ayah ibunya cantik dan ganteng. Usut punya usut, ternyata jauh sebelum menikah, istri Jian Feng telah melakukan operasi plastik yang merombak total tampilan wajahnya, dengan biaya sangat besar tentunya. Dan operasi plastik ini tak pernah diceritakan pada Jian Feng, sehingga Feng merasa tertipu mentah-mentah. Tentu saja, cetak biru genetika tak mungkin tertipu. Kalau dasarnya pesek, ya mau dioperasi biar mancung, anaknya tak lantas spontan punya hidung mancung. Balik lagi ke hidung pesek. Ironis ya.
Berbagai fenomena di atas, mengingatkan kita tentang contoh sebaliknya dari seorang imam mahzab yang mulia. Banyak yang tidak tahu jika istri Imam malik, yang madzabnya lalu dikenal dengan madzab Maliki, (awalnya) adalah seorang hamba sahaya, bukan perempuan merdeka. Dari hasil pernikahan mereka lahirlah 4 putra putri mulia: Mohammad, Hammad, Yahya, dan Fatimah. Sungguh kelapangan dada yang luar biasa, untuk bisa menerima seorang budak sebagai istri. Kebesaran hati semacam ini, tentu lahir karena teladan yang tak kalah mulianya. Dikisahkan, ayahnya Imam malik, yaitu Anas bin Malik (tabi’in, bukan sahabat nabi) menikah dengan Aliyah binti Syarik bin Abdurrahman. Ternyata Aliyah memiliki cacat tubuh, yang baru diketahui suaminya pada saat malam pertama. Tentu ini sangat mengecewakan Anas, tetapi dia tak mengungkapkannya dalam kata, hanya tampak tertegun. Aliyah sebagai perempuan yang peka hatinya, memahami bahwa suaminya gundah gulana, namun tak tega mengucapkan apa-apa. Dengan bijak, berkatalah Aliyah yang berakhlak mulia dengan menukilkan sebuah ayat Quran, “Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa:19)
Karena memang pada dasarnya lelaki sholeh, mendengar ayat tersebut menimbulkan kemantapan luar biasa pada Anas, bahwa Aliyah adalah istri yang Allah pilihkan untuknya. Maka dari pernikahan yang penuh teladan itu, lahirlah salah satunya ulama besar, Imam Malik. Ulama yang juga memberikan keteladan serupa seperti ayahnya dengan berani menikahi seorang hamba sahaya namun berakhlak mulia. Subhanallah, wajah hanya setipis kulitt bawang saja, sedang kecantikan hati jauh lebih utama.
Jika kita ingat nasehat Rasul tentang kriteria memilih istri yaitu kecantikan, harta, keturunan, dan agama. Maka kecantikan, harta, keturunan, ibarat angka nol. Meski dibariskan menjadi tiga angka nol, tak berarti apa-apa, karena seribu nol tetap nol. Tetapi agama adalah angka satu, maka saat agama djadikan patokan utama dalam memilih istri sedang ketiga factor lainnya adalah urusan berikutnya yang sifatnya relatif, angka tersebut bisa menjadi 10, 100, atau 1000. Tidak lagi nol. Memang benar. Karena kecantikan, kaya harta dan keturuan akan sirna, tapi tidak dengan agamanya. Sesiapa yang mengutamakan menikah karena agamanya, dia akan sangat bahagia dunia akhirat.
In this way https://writemypaper4me.org/ you will not have to worry if every student has got a copy for they can all access it in their drives.