Akhir Maret hingga awal April ini sejumlah daerah di Indonesia dihebohkan dengan adanya wabah tomcat, sejenis serangga predator alami hama wereng. Akibat ekosistem yang sudah rusak, serangga tomcat ini bermigrasi ke tempat-tempat yang dihuni manusia. Tak jarang dijumpai di rumah-rumah penduduk bahkan sering hinggap di tubuh manusia. Tomcat begitu menghebohkan hingga berita seputar penyakit akibat racun tomcat pun menghiasi hampir semua media informasi.
Seperti kita ketahui bahwa serangga selalu memiliki mekanisme pertahanan diri terhadap bahaya yang mengancam dari luar. Begitupula dengan tomcat yang memiliki sejenis cairan khusus (disebut paederin) yang akan keluar manakala ia merasa terancam. Paederin ini bersifat sangat asam, apabila mengenai kulit manusia akan terjadi iritasi. Oleh karena itu tidak disarankan untuk menepuk atau memencet tomcat saat hinggap di tubuh manusia. Sebaiknya cukup ditiup saja jika serangga itu hinggap dan hati-hati agar tidak terjadi kontak langsung dengan cairan paederinnya.
Bagaimana mencegah agar tomcat tidak masuk ke rumah kita? Seperti berita yang dilansir oleh beberapa media, cara terbaik untuk mencegah tomcat masuk ke lingkungan tempat tinggal kita adalah menghindari cahaya, menutup lubang-lubang ventilasi menggunakan kasa jaring nyamuk, atau menyemprotnya menggunakan pestisida alami yang terdiri dari campuran laos, daun mimba, dan sereh. Bisa juga dilakukan dengan cara membunuh langsung serangga tersebut, namun harus waspada agar cairannya jangan sampai mengenai kulit kita.
Cairan paederin yang mengenai kulit bisa berdampak pada terjadinya iritasi (dermatitis paederus) yaitu peradangan yang terjadi pada kulit dengan gejala pedih dan timbul tanda merah apabila digaruk. Agar tidak terjadi perpindahan racun pada jaringan kulit lainnya, luka jangan digaruk. Sebaiknya luka dibersihkan dengan air sabun yang mengandung antiseptik. Selanjutnya, luka diobati menggunakan salep yang mengandung kortikosteroid topikal. Apabila terjadi infeksi sekunder (biasanya ditandai dengan timbulnya nanah akibat serangan bakteri pada luka), bisa diberikan salep yang mengandung kortikosteroid dan antibiotik.
Ada semacam kesalahpahaman mengenai cara pengobatan luka yang beredar di masyarakat, yaitu dengan memberikan salep antivirus. Padahal penyebab luka bukanlah berasal dari virus sehingga pengobatan akan sia-sia. Kebanyakan penderita mengatakan bahwa luka akibat racun tomcat sulit disembuhkan, ini merupakan manifestasi dari kesalahan pengobatan. Apabila kita sudah melakukan penatalaksanaan luka akibat tomcat dengan benar, biasanya luka akan sembuh setelah empat hari. Memang akan menimbulkan bekas kehitaman pada kulit, namun ini akan hilang dengan sendirinya.
Bagaimana cara membedakan luka akibat tomcat dengan serangan virus seperti herpes? Mudah saja, luka akibat racun tomcat berupa garis merah yang khas, tidak akan menyebar kecuali pada lipatan kulit. Sedangkan luka akibat serangan virus biasanya disertai dengan suhu badan yang meninggi serta mudah sekali menyebar ke bagian kulit lainnya dalam waktu singkat.
Demikian ulasan singkat mengenai penatalaksanaan luka akibat racun tomcat, semoga bermanfaat.
Oleh: Puji Lestari, Yogyakarta
Facebook – Twitter – Blog