Lidah adalah sesuatu yang sangat tajam dan berbahaya, bayak pepatah yang mengatakan bahwa lidahmu adalah harimaumu. Karena dengan lidah kita bisa menyakiti orang, dengan lidah kita mudah mendapatkan musuh dan dengan lidah juga kita bisa dibilang sebagai pembohong.
Sangat hebatnya lidah ini, sesuatu yang di berikan oleh Allah SWT kepada mahluknya (manusia) namun dengan diberikannya lidah tentunya Allah mempunyai maksud lain. Dengan lidah kita bisa masuk syurga dan dengan lidah juga kita bisa msuk neraka.
Perkataan yang baik dan mengajak kebaikan akan senantiasa menjadikan kita orang yang beriman, namun jika sebaliknya perkataan yang menyakiti hati orang lain dan mengajak kepada keburukan makan merupakan orangorang yang celaka.
Untuk itu sangat berutung orang yang bayak diam dan menahan perkataanya yang kotor, karena diam itu emas dari pada berkata kebohongan. Ali Bin Abi Thalib R.A pernah berkata
“Seseorang mati karena tersandung lidahnya dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya.Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya sedangkan tersandung kakinya akan sembuh perlahan”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (hadits no. 6474) dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”
Maksud dari sesuatu yang berada du jedua janggutnya adalah mulut, dan yang dimaksud menjaga di anatara kedua kakinya adalah kemaluan. Jadi sudah jelas Nabi Muhammad SAW memberikan peringatan kepada kita untuk senantiasa menjada mulut dan kemaluan.
Tidak hanya itu Rasulullah juga mengajarkan kita untuk bisa menjaga perkataan yang keluar dari mulut, kita seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Hadits ini adalah hadits yang pendek tapi mempunyai makna yang sangat dalam, karena hanya ada dua jenis dalam perkataan, kalau tidak perkataan itu baik ya buruk. Pada hadits ini juga bisa menjadi dasar kita untuk terus berkata baik kalau tidak diam.
Imam As-syafi’i mengatakan “ Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berfikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”
Lidah memang tak bertulang. Begitulah yang sering kita dengar. Karena tidak bertulang, dia akan mudah sekali digerakan. Jika kita tidak berhati-hati, lidah ini akan mengantarkan kita ke dalam neraka. Sesuai dengan hadis Nabi:
Maka dari itu kita hendaknya selalu berfikir sebelum mengucapkan sesuatu. Karena kita tidak akan pernah tahu oleh sebab apa kita dimasukan ke dalam neraka.
Jika suatu perkataan dirasa ada manfaatnya maka ucapkanlah, namun ketika malah menimbulkan fitnah dari apa yang kita ucapkan lebaih baik dan sebainya diam. Diam itu lebih baik dibandingkan ketika kita berbicara yang mengandung maksiat.
Jadi pada kesimpulannya, bahwa yang dimaksud diam itu emas adalah, menjaga perkataan dari pada berkata yang kotor dan meyakiti orang lain. Namun jika kita bisa berbicara yang baik dan mengajak kepada kebaikan dengan tutur kata yang lembut, sangat dianjurkan untuk kita berbicara.