Doa Awal dan Akhir Tahun Hijriyah

Menjadi kelaziman sebagian orang Islam, apabila berakhir bulan Zulhijjah yang memberi arti bermulanya tahun baru Hijriyah, mereka melakukan satu acara doa yang dikenal dengan ‘Doa Awal dan Akhir Tahun’. Doa itu biasa dibaca selepas waktu Ashar, atau sebelum Maghrib pada hari terakhir bulan Zulhijjah. Lafaz doanya ‘disunatkan’ dibaca sebanyak tiga kali. Dan dikatakan fadilat doa ini ialah apabila dibaca, maka syaitan akan berkata, “Kesusahan bagiku, dan sia-sialah pekerjaanku menggoda anak Adam pada setahun ini dan Allah binasakan aku satu saat jua”. Disebut juga, dengan membaca doa ini Allah akan mengampunkan dosanya setahun.

Begitulah besarnya kelebihan yang disebut-sebut tentang doa awal dan akhir tahun ini. Tidak heran, banyak yang mempercayainya dengan harapan memperoleh kelebihan itu. Sehingga di sebagian sekolah, asrama, atau pejabat-pejabat, ia dibaca secara berjamaah, dengan dipimpin oleh seorang ustadz selaku pemimpin dalam acara doa tersebut dan di’amin’kan oleh jemaah.

Jika diteliti doa awal dan akhir tahun tersebut, diakui bahawa lafaz Arabnya sangat elok, susunan kata-katanya menarik, dan maksud kandungan doa juga tidak bersalahan dengan mana-mana prinsip syara’.

Tetapi, oleh karena doa ini ditetapkan lafaz bacaannya, waktu dibaca, berapa kali bacaannya diulangi, dan apakah fadilatnya, maka acara membaca doa ini adalah termasuk dalam bid’ah. Karena bacaan doa ini tidak pernah dicatatkan dalam berbagai kitab hadis muktabar, tidak pernah dinukilkan amalannya di kalangan para sahabat, tabi’in dan para salaf, dan tidak disebut pun oleh imam-imam yang masyhur.

Sedangkan kita tahu doa adalah ibadah. Dan dimaklumi bahawa ibadah bersifat tauqifiyyah yaitu mesti diambil asal dan kaifiatnya daripada syara’. Tetapi, dalam persoalan doa awal dan akhir tahun ini, tidak didapati sembarang dalil pun dari nash-nash syara’.

Syeikh Bakr Abu Zaid –rahimahullah– menyebut satu kaidah dalam amalan doa, yaitu: “Setiap orang yang mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan ibadah separti doa dan zikir dalam bentuk yang ditetapkan dengan menganggap ia adalah satu sunnah, sedangkan ia bukan daripadanya, maka dia dihukum berdosa.”

“Alasannya perbuatan ini adalah satu bentuk meninggalkan perkara yang disyariatkan, satu penambahan terhadap syara’, satu penggalan terhadap amalan yang bukan daripada syara’, dan menyebabkan orang awam menyangka bahawa ia suatu yang masyru’.” (Tashih Ad Dua: 44)

Apabila dikatakan bahwa ia bid’ah, pasti ada suara membantah, “Dikit-dikit bid’ah, apa salahnya berdoa?”

Ya, berdoa tidak salah. Ibadah doa boleh dilakukan pada masa yang sesuai.  Termasuklah berdoa pada tanggal 29 Zulhijjah. Yang salahnya ialah menetapkan bentuknya seolah-olah ia dari syara’. Ditambah pula dengan fadilat palsu tentang kata-kata syaitan begitu dan begini, dan jaminan pengampunan dosa selama setahun. Ini semua perkara ghaib yang mesti diambil daripada nash-nash shahih.

Ada juga mengatakan, “Perkara kecil separti ini pun hendak diperbesar-besarkan?”

Jawaban kepada persoalan ini ialah kata-kata Imam al-Barbahari, “Dan awaslah kamu daripada perkara-perkara kecil yang diada-adakan, karena bid’ah-bid’ah kecil akan berulang hingga ia menjadi besar”.

Ibn Taimiyyah pula mengatakan, “Bid’ah-bid’aah pada permulaannya hanya sejengkal. Kemudian ia berkecambah di kalangan pengikut-pengikut, hingga menjadi beberapa hasta, beberapa batu dan beberapa farsakh.”

Oleh itu,  janganlah dipandang mudah terhadap perkara-perkara kecil yang menyalahi syariat, apatah lagi termasuk dalam bid’ah. Dan yakinilah bahwa setiap amalan ibadah yang dilakukan, sedangkan ia bukan dari agama, maka amalan itu ditolak oleh syara’.

Wallahu A’lam.

Lukmanul Hakim, Lc

 

Catatan: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengajarkan kepada kita doa akhir dan awal tahun Hijriyah, namun beliau mengajarkan pada kita doa melihat hilal di awal bulan Hijriyah:

اللهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ

Allahu akbar. Allahumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal-iimaan was-salaamati wal-islaami wat-taufiiqi limaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa. Rabunaa wa rabbukallaahu.

“Allah Maha Besar, ya Allah, tampakkan hilal (bulan tanggal satu) itu kepada kami dengan membawa keamanan, keimanan, keselamatan dan Islam, serta taufik untuk menjalankan apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Darimi dengan status shahih.