Syirik ada dua macam: Besar dan kecil.
Syirik besar tidak akan diampuni Allah kecuali dengan taubat, yaitu membuat tandingan bagi Allah, pelakunya mencintai tandingan ini seperti cintanya kepada Allah. Ini merupakan syirik seperti syiriknya orang-orang musyrik yang menyama-kan sesembahannya dengan Allah Rabbul- ‘alamin. Sementara mereka tetap mengakui bahwa hanya Allah semata yang menciptakan segala sesuatu, penguasa dan rajanya, sementara sesembahan mereka tidak mampu mencipta, memberi rezki, menghidupkan dan mematikan. Penyamaan ini hanya dalam kecintaan, pengagungan dan penyembahan, seperti keadaan mayoritas orang-orang musyrik di mana pun jua, atau bahkan setiap orang musyrik. Mereka mencintai, mengagungkan, memuja dan membela sesembahannya selain Allah itu, dan bahkan mereka lebih mencintainya daripada cinta mereka kepada Allah. Mereka lebih marah jika sesembahannya dicaci daripada kemarahan mereka jika Allah dicaci.
Begitulah keadaan para penyembah berhala, yang menjadikan bebatuan, pepohonan atau benda mati apa pun sebagai sesuatu yang dipuja-puja.
Allah befirman tentang para pendahulu orang-orang musyrik, “Dan, orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az-Zumar: 3).
Mereka merasa yakin di dalam hati bahwa sesembahan-sesembahan itu akan memberi syafaat (pertolongan) kepada mereka di sisi Allah. Maka Allah menyanggah anggapan mereka ini, bahwa semua syafaat ada di Tangan Allah. Tak seorang pun bisa memberi syafaat di sisi-Nya kecuali setelah mendapat izin Allah untuk memberikan syafaat, yang perkataan danperbuatannya diridhai, dan mereka ini adalah ahli tauhid. Syafaat yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya adalah syafaat yang keluar dari izin-Nya. Di antara kebodohan orang musyrik ialah keyakinannya bahwa siapa yang dijadikannya sebagai penolong atau pemberi syafaat, bisa memberi syafaat dan manfaat kepadanya di sisi Allah, seperti lazimnya pertolongan yang diberikan para pemimpin dan penguasa terhadap rakyat-nya. Mereka tidak sadar bahwa siapa pun tidak akan bisa memberi syafaat di sisi Allah kecuali yang mendapat izin-Nya. Sementara tak seorang pun yang diberi izin oleh Allah kecuali yang perbuatan dan perkataannya diridhai Allah.
Sedangkan syirik kecil seperti sedikit riya’, mencari muka di hadapan manusia, bersumpah dengan selain Allah, perkataan seseorang kepada orang lain, “Menurut kehendak Allah dan kehendakmu”, atau perkataannya, “Ini berasal dari Allah dan darimu”, atau perkataannya, “Aku bergantung kepada Allah dan juga kepadamu”, atau perkataannya, “Kalau bukan dirimu, tentu hal ini tidak akan terjadi”. Tapi perkataan seperti ini bisa berubah menjadi syirik besar, tergantung kepada siapa yang mengatakannya dan apa tujuannya.
Macam-macam syirik ini banyak sekali dan hampir tak terhitung banyaknya, yang tidak cukup bila disebutkan satu-persatu di sini.