Sudah tak terekam di alam ingatku sejak kapan tanya itu merambah di belantara pikirku. Tapi tanya itu kembali mengusik kala sudut pandangku menyambar dua baris karpet yang selalu setia menjajarkan diri di dua shaf pertama Masjid Baiturrahman. Ini bukan pertama dan satu-satunya, tapi kuyakinkan diri bahwa tanya itu muncul dari deret-deret karpet sujud yang lebih sering mengisi shaf pertama atau paling tidak dua sampai tiga shaf berikutnya. Mengapa shaf-shaf berikutnya tak berkarpet?
Aku coba menempatkan diri sebagai yang tidak heran dengan pemandangan ini, tetapi bertanya dalam bathin tetap harus kunanti jawabnya di sisi ruang bathin yang lain. Dengan berbalut prasangka, aku ajukan jawabnya bahwa itu dilakukan pihak ta’mir atau pengelola masjid atas keyakinan bahwa hanya shaf-shaf terdepanlah yeng lebih sering terisi jamaah shalat sementara shaf-shaf berikutnya hanya menjadi makmum tanpa jamaah.
Di bulan Ramadhan, jamaah biasanya meluber bahkan kadang sampai ke teras atau halaman masjid. Tapi tetap saja, karpet sujud masih mengisi shaf terdepan. Wajar saja, karena jamaah hanya ramai pada waktu Isya dan sedikit pada waktu Shubuh. Menjelang berbuka pada waktu Maghrib, jamaah buka puasa biasanya diramaikan oleh anak-anak. Maka kesepianlah waktu Zhuhur dan Ashar yang jamaahnya biasanya adalah jamaah yang juga rutin mengisi masjid di luar bulan Ramadhan.
Fenomena yang kita anggap biasa seperti di atas tentunya bukan menggejala di semua tempat, tetapi hampir semua orang yang pernah ke masjid juga pernah melihat karpet sujud hanya menghampar di shaf-shaf terdepan.
Oleh: Bun Yamin, Bontang