Ekonomi Islam Bebas Nilai?

Dalam banyak diskusi tentang keilmuan ekonomi, banyak yang mengklaim bahwa ekonomi merupakan ilmu yang bebas nilai (value free). tetapi yang selalu tidak jelas adalah definisi dan ruang lingkup dari phrase “bebas nilai” tersebut. Nilai preferensi manusiakah atau nilai dalam aspek moral? Atau mungkin nilai yang melekat pada budaya, suku, atau mungkin agama? Nilai yang mana?Berdasarkan objeknya, nilai dapat ditempatkan pada ruang lingkup pribadi (individual) manusia, nilai berdasarkan norma kolektif dari banyak manusia (budaya) dan nilai yang mengacu pada moral yang bersumber pada prinsip dan ajaran agama (wahyu). apakah ilmu ekonomi bebas dari semua nilai itu?Bebas nilai biasanya punya konotasi pada kebebasan dari agama dan budaya, tetapi susah untuk mengatakan bebas dari nilai yang ada pada masing-masing manusia. lihat saja bagaimana adam smith dan karl marx begitu berbeda mendefinisikan ekonomi termasuk definisi ekonomi yang ideal itu seperti apa.

Definisi kedua mereka bersandar pada suatu keyakinan yang berbeda, menggunakan asumsi (ceteris paribus) yang tidak sama. Adam Smith membayangkan komunitas ekonomi adalah komunitas yang bebas dalam berdinamika di pasar, sementara karl marx berangan-angan pada pengagungan kelas pekerja sehingga value added ekonomi harus mengistimewakan kelas ini dalam ekonomi. dua perspektif ini bermuara pada sajian ilmu ekonomi yang berbeda. namun keduanya sama-sama membuktikan bahwa ekonomi adalah ilmu yang bebas nilai itu menjadi tidak beralasan untuk diklaim.

Nah, ekonomi Islam memiliki logikanya sendiri, memiliki “nilai”-nya tersendiri. penyerahan diri pada kehendak Tuhan membuat ekonomi Islam bersandar pada ceteris paribus yang diinginkan Tuhan. dinamika ekonomi tidak bersandar pada “mau”-nya manusia tetapi berdasarkan aturan main Tuhan, baik yang ada di ranah prilaku maupun hukum-hukum.

Dengan begitu jika dilihat secara general, ekonomi menjadi tidak berbeda dengan disiplin ilmu lain dalam Islam, seperti hukum Islam, politik Islam, budaya Islam dan lain sebagainya. ilmu-ilmu itu hanya alat manusia untuk dekat dengan Tuhan. sehingga sederhananya ekonomi ditempatkan sebagai instrumen untuk mendekatkan diri pada Tuhan. inilah nilai tertinggi yang harus terus dijaga untuk selalu ada dalam ilmu termasuk ilmu ekonomi. tanpa nilai ini ilmu apapun menjadi hambar dan tak tentu arahnya.

jadi, ilmu (ekonomi) haruslah punya nilai, bukan malah harus bebas dari nilai.