Barang siapa yang melanggar larangan-larangan di dalam ihram, seperti mencukur rambut, memotong kuku, menutup kepala, memakai wangi-wangian, memakai baju yang berjahit, maka dia wajib membayar fidyah yang terwujud dengan salah satu dari tiga hal : memberi makan bagi enam orang miskin, atau puasa tiga hari, atau menyembelih kambing. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
انَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
“Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (QS. Al Baqarah : 196)
Dia dibolehkan memilih yang paling mudah baginya, hal ini berdasarkan hadits Ka’ab:
احْلِقْ رَأْسَكَ وَصُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةَ مَسَاكِينَ أَوْ انْسُكْ بِشَاةٍ
“Cukurlah rambutmu, lalu shaum tiga hari atau berilah makan enam orang miskin atau berqurban dengan seekor kambing. ” (HR Bukhari dan Muslim)
Barang siapa yang mengulangi larangan-larangan tersebut, maka wajib baginya membayar kafarah satu kali saja. Hal ini seperti ketika dia bersumpah terhadap sesuatu dua kali, maka -jika dia melanggar- wajib baginya membayar kafarah satu kali, kecuali kalau sumpah yang pertama sudah dibayar kafarahnya, maka wajib baginya membayar bagi pelanggaran dari sumpah kedua. Hanya saja di dalam perburuan, dikenakan pada setiap binatang buruan untuk membayar kafarah secara mutlak.
Barang siapa yang membunuh satu binatang buruan, maka dia diberi pilihan antara mengganti dengan membeli binatang seperti binatang buruan yang dibunuhnya tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para sahabat, atau mengganti harganya dengan membelikannya makanan dan memberikannya kepada setiap orang miskin satu mud (510 gram), atau berpuasa setiap hari untuk setiap mud makanan. Jika dia tidak mempunyai harta sebanyak itu, maka dia diberikan dua pilihan antara memberi makan orang miskin atau berpuasa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَلِكَ صِيَامًا
“Maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi Makan orang-orang miskin atau berpuasa.” (QS. Al Ma’idah : 95)
Jika dia menghilangkan bagian dari binatang buruan, maka dia wajib membayar fidyah sesuai dengan kadar yang membuat harganya jadi berkurang. Sedangkan tindakan pidana secara langsung atau menjadi penyebabnya, seperti membunuh binatang buruan dengan mobilnya, maka dia wajib menggantikannya.
Jika satu jama’ah bersama-sama membunuh binatang buruan, maka mereka semuanya ikut serta di dalam membayar satu kali denda.
Barang siapa yang meninggalkan salah satu kewajiban haji, seperti berihram dari miqat dan bermalam di Muzdalifah, maka wajib baginya membayar dam. Dan barang siapa yang tertinggal haji, maka dia wajib membayar dam, serta menyelesaikan ihramnya dengan melaksanakan umrah.