“I don’t hate Moslem, I hate Islam” (Geert Wilders)
Masih ingat dengan Geert Wilders? Ya, dialah politisi Belanda yang mencuat namanya karena fitnah yang ia sebarkan. Seperti yang tertulis di kalimat pembuka di atas, Wilders mengakui bahwa objek kebenciannya sebenarnya bukanlah muslim, melainkan Islam.
Alasan Wilders menjadikan Islam sebagai objek kebencian dan bukan muslim, sebenarnya sangat logis karena sebagai ad din, Islam hadir ke bumi bukan hanya mengatur ibadah ritual manusia kepada tuhannya, tapi juga mengatur tata kelola hidup dan kehidupan. Artinya, selain sebagai “agama”, Islam juga hadir sebagai sistem, ideologi, dan pandangan hidup, sedangkan muslim hanyalah penata laksana tata kehidupan tersebut.
Sebagai seorang nasionalis-liberal, Wilders khawatir berkembangnya Islam di negerinya akan mengikis budaya asli yang sudah ada. Dengan kata lain, dia khawatir “Belanda”-nya tidak menjadi “Belanda” lagi. Maka dari itu, dia memerangi Islam dengan penuh totalitas.
Selain fitnah, tercatat ada beberapa ulah lain darinya yang sempat muncul di media. Dia sempat mengampanyekan pemberlakukan tarif (pajak) bagi muslimah yang memakai jilbab, menghentikan gelombang masuk imigran (yang mayoritas adalah muslim), serta mendukung pelarangan penyembelihan hewan. Dahsyatnya lagi, dia bahkan pernah mengampanyekan pelarangan peredaran Al-Qur’an karena menurutnya Al-Qur’an sama bahayanya dengan buku fasisme Adolf Hitler, Mein Kampf.
Akan tetapi anehnya, upaya Wilders yang tekun dan rapi dalam membuat tipu daya untuk mendiskreditkan Islam itu seolah berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan. Saya menyaksikan Islam justru semakin “berkredit” di Belanda. Hal itu dibuktikan dengan tidak putus-putusnya gelombang masyarakat yang berikrar syahadat. Hampir di setiap shalat Jumat ada saja yang menjadi muallaf, meski saya sendiri tidak mengetahui muallaf tersebut warga asli Belanda atau bukan karena kebanyakan yang menjadi muallaf adalah wanita (tidak bisa dilihat karena tertutup hijab).
“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Terjemah Q.S. Ali-Imran: 54).
Wallahu ‘alam
Oleh: Fajar Ruddin, Groningen – Belanda