“Bu, kemana Pak Agus? Kok tidak kelihatan?” tanyaku kepada petugas tata usaha di sekolahku.
“Beliau sedang manasik umrah, Pak!” jawabnya.
“Oh, gitu ya,” balasku dengan rasa senyum tersipu. Saya merasa bangga punya teman yang sama-sama belum nikah tapi sudah bisa berangkat umrah. Masya Allah.
“Dengan penampilan yang sangat sederhana dan baru lulus kuliah tahun lalu, ternyata beliau punya banyak uang juga ya,” pikirku saat itu. Yang saya tahu, beliau hanya mengajar sebagai guru honor di MTS, SMK dan sebagai pengajar privat pada malam harinya.
Pekan depanny,a saya berjumpa dengan beliau. Saya mencoba bertanya kepada beliau untuk menjawab rasa penasaran saya, “Pak kemarin manasik umrah ya? Kapan berangkat umrah?” tanyaku dengan penuh semangat.
“Iya, Pak. Insya Allah, dua bulan lagi”, jawab beliau dengan nada yang pelan karena kondisi kantor yang ramai dengan guru-guru yang lain pada saat itu.
Seperti hari-hari biasanya kami sering melakukan shalat Ashar berjamaah, berjalan ke masjid di masjid dekat sekolah. Obrolan mengenai umrah masih saya tanyakan ke beliau di sela-sela kami membuka sepatu untuk mengambil wudhu. Karena terus terang saya sangat ingin umrah, tapi belum kesampaian.
“Berangkat umrah ini berapa ongkosnya, Pak?” cetetukku.
“Alhamdulillah, saya berangkat umrah gratis, Pak,” jawab beliau dengan senyum yang lebar.
“Kok bisa, Pak?” saya jadi bingung.
“Begini, Pak Andi. Insya Allah, dua bulan lagi saya akan menikah. Umrah ini adalah hadiah dari mertua saya. Insya Allah, saya dan istri akan berangkat 1 minggu setelah ijab qabul. Dan resepsi akan dilaksanakan secara sederhana ketika kami pulang umrah. Kalau mengenai dana, terus terang saya tidak mengetahui berapa ongkosnya. Semua sudah diurus oleh mertua.”
“Awalnya saya juga kaget,” lanjutnya, “karena benar-benar pada saat itu niat saya hanya ingin melamar tanpa ada harapan untuk umrah bareng.”
“Suatu hari saya ditelepon oleh calon mertua untuk datang ke rumah. Setelah sampai di rumahnya, saya dan calon istri saya dibawa oleh calon mertua dengan tujuan yang sebelumnya saya tidak tahu. Sampai akhirnya tiba di sebuah tempat agen perjalanan umrah. Setelah sampai di sana, beliaupun menjelaskan perihal semua ini kepada saya. Saat itu juga saya disuruh melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk berangkat umroh.”
“Alhamdulillah..,” ucapku dengan rasa penuh syukur atas rezeki kawan tersebut.
Begitu besar nikmat Allah yang diberikan kepada hambanya. Niat yang suci untuk membangun sebuah rumahtangga dibalas dengan nikmat yang Allah tahu isi hati seseorang.
Hal ini mengingatkan saya tentang hadist yang pernah Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampaikan, “Seorang wanita dinikahi karena empat hal : hartanya, nasab keluarganya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Ya Allah semoga engkau mengkaruniai kami pasangan-pasangan yang shalih dan dari keturunan-keturuan yang baik pula. Amin ya Rabbal alamin. Wallahu a’lam bish shawab.