Suatu hari, seorang gadis kecil berdiri di depan pintu kamar saudaranya yang lagi sakit sambil mendengarkan pembicaraan antara kedua orang tuanya.
Ayahnya berkata dengan mimik wajah sedih dan putus asa: “Apa yang bisa kita lakukan? Dia sudah berada pada pintu kematian. Dia seharusnya mendapatkan operasi otak secepatnya, tapi apa daya kita tidak memiliki apa-apa! Hidupnya sudah berada di ujung tanduk, siapa yang bisa menyelamatkan anak kita?”
Ibunya menjawab, sementara air matanya berkucuran tidak terbendung: “Hanya mu’jizat yang bisa menyembuhkannya”.
Gadis kecil itu tidak tahan melihat pemandangan yang memilukan itu. Dalam sekejap ia melesat menuju kamarnya dan langsung membuka dompet tempat penyimpanan uang sisa jajannya. Dia menemukan uang 1,25 pound. Dia hitung uang itu sampai tiga kali untuk memastikan berapa jumlah uang itu sebenarnya. Ternyata memang hanya 1,25 pound.
Tanpa minta izin orang tuanya terlebih dahulu, bagai kesetanan ia berlari menuju apotik yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Di sana ia melihat seorang apoteker sedang berdialog dengan seorang pelanggan. Mereka bicara cukup panjang dan tidak mempedulikan kedatangan gadis kecil yang masih berumur delapan tahun itu.
Setelah beberapa kali mengetuk lemari kaca tempat obat-obatan, barulah apoteker itu melengoh ke arahnya dengan pandangan meremehkan. “Apa yang kamu inginkan”, katanya.
Gadis kecil itu menjawab dengan singkat: “Mu’jizat”.
Diengan penuh keheranan apoteker itu bertanya kembali, seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar: “Kamu mau apa?”
Dia menjawab lagi: “Aku mau membeli mu’jizat untuk mengobati adikku!”
Dengan nada melecehkan ia berkata: “Kami tidak ada menjual mu’jizat”.
Tanpa putus asa gadis kecil itu melanjutkan pertanyaannya: “Kira-kira di mana aku bisa mendapatkan mu’jizat?”
Sebelum apoteker itu menjawab, tiba-tiba pelanggan yang bicara dengan apoteker itu menyerobot dengan pertanyaan: “Kamu punya uang berapa untuk membeli mu’jizat?”
Gadis kecil itu menjawab: “1. 25 pound, dan inilah seluruh kekayaan yang aku miliki”.
Pelanggan itu bertanya lagi: “Untuk apa kamu membeli mu’jizat itu?”
Gadi kecil: “Untuk adikku yang lagi sakit”.
Lalu orang itu bertanya tentang penyakit adiknya. Setelah ia paham bahwa adiknya butuh operasi di otak, orang itu mengulurkan tangannya dan meminta uang yang ada di tangannya. Lantas ia berkata: “Harga mu’jizat memang 1.25 pound”.
Orang itu mengajak si gadis kecil pergi. Awalnya ia mengira orang itu akan membawanya ke apotik lain yang menyediakan obat “mu’jizat”. Akan tetapi ia justru menanyakan di mana rumahnya.
Sesampai di rumah, orang itu berkenalan dengan ayah-ibu si gadis. Kemudian ia membawa anaknya yang sakit ke rumah sakit tempat orang itu bekerja. Ternyata dia adalah seorang dokter ahli bedah otak.
Operasipun berjalan dengan lancar dan selamat. Adik si gadis kembali ke rumah. Seluruh anggota keluarga sangat bersyukur dengan keberhasilan itu.
Ibu si anak berkata kepada ayahnya: “Alhamdulillah, kita harus bersyukur kepada Allah yang telah mengutus dokter ini pada waktu yang sangat tepat untuk melakukan operasi gratis bagi anak kita. Ini betul-betul mu’jizat”.
Mendengar itu si gadis kecil ikut nimbrung: “Aku sudah membayar harga mu’jizat dengan seluruh uang yang aku miliki. 1.25 pound harganya”.
Si ibu langsung memeluk anaknya dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan mu’jizat. Allah lah yang mengatur segalanya hingga adiknya sembuh dari penyakitnya. Adapun harga mu’jizat adalah rasa sayangnya kepada adiknya dan menghabiskan segala yang ia miliki demi adiknya.
Keduanya sujud syukur atas karunia, nikmat dan mu’jizat Allah yang tiada henti.
Lakukanlah apa yang mesti engkau lakukan sekuat kemampuan dan daya upaya, kemudian biarkan Allah yang mengatur urusanmu!