Tatkala mau masuk ke toko buku, sering tertulis peringatan “Hati-hati, toko ini diawasi oleh kamera CCTV”, apalagi tatkala masuk mall.
Entah kenapa tatkala baca peringatan di atas, gerak-gerik terasa diawasi dan mungkin bagi orang yang belum terbiasa bisa jadi kikuk dan tegang. Saya kira di setiap kantor-kantor yang sudah profesional sudah biasa dipasang kamera CCTV seperti ini. Hal ini tentunya membuat para karyawan atau bawahan menjadi lebih hati-hati dan profesional dalam bekerja dan merasa takut untuk melakukan kesalahan; karena mereka punya perasaan dipantau terus oleh atasan. Padahal, bisa jadi jarang ataupun mungkin tidak pernah di pantau sama sekali.
Itulah fitrah manusia, tatkala ia merasa diawasi oleh siapapun dan benda apapun tentunya akan senantiasa mawas diri dan berprilaku penuh perhitungan. Tidak mungkin seorang pembeli berani mencuri sekalipun dia itu preman di tempat yang diawasi kamera, ataupun seorang pegawai bank yang tiap harinya memegang uang milyaran, kecuali kalau sudah sangat nekad.
Jadi, kalau dengan adanya kamera di atas kita amat hati-hati, maka sudah semestinya kita lebih hati-hati dengan kamera yang lebih cermat dan tepat dalam menangkap suatu kejadian. Kita lebih mawas dengan pengawas yang memang tidak pernah tidur bahkan ngantuk sekalipun untuk memantau kita 24 jam. Itulah “kamera” Allah Ta’ala. Kamera yang sangat teliti dalam mengurai semua fenomena yang dilihatnya. Ia jauh lebih hebat dari buatan manusia karena Allah letakan kamera ini di setiap sudut ruang dan waktu, bahkan anggota tubuh manusia menjadi bagian dari sudut itu.
Al-Quran menyebutkan bahwa hasil dokumentasi kamera CCTV Allah ini akan diputar nanti di hari pembalasan. Dalam Al Qur’an Surat Fussilat: 22-23, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan. Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang merugi.”
Ini kamera yang Allah pasang pada diri manusia sendiri.
Dalam QS. Al-Zalzalah ayat, 4 Allah berfirman yang artinya: “Pada hari (akherat) nanti, Bumi akan menyampaikan beritanya.”
Yang dimaksudkan berita di sini adalah setiap kejadian yang tertangkap oleh kamera bumi. Dan kata bumi ini mencakup bebatuan, dinding, HP, komputer, karpet, dan benda benda lainnya.
Lalu, kenapa kebanyakan kita lebih takut dengan kamera CCTV buatan manusia dibandingkan CCTV buatan Sang Pencipta Manusia Atau bahkan tidak takut sama sekali dengan kamera-Nya?
Nah, ini semua dikembalikan kepada keimanan kita masing-masing. Perasaan merasa d awasi dan dipantau oleh kamera Allah dinamakan dengan “muraqabatullah” .
Tatkala perasaan ini besar dalam jiwa seseorang, tentu gerak geriknya akan terkontrol dan lebih hati-hati. Andaikata muraqabatullah ini menjadi karakter bagi para pejabat kita dan rakyat pada umumnya, tentu negara indonesia akan menjadi makmur, jaya, dan bermartabat. Bahkan akan senantiasa disirami keberkahan Allah yang tiada terhingga. Lihat Al Qur’an Surat Al A’raf ayat 96.
Namun sayangnya, perilaku ini kurang diamalkan. Kalaupun ada yang mengamalkan, pelakunya akan senantiasa termarginalkan dan akan menjadi musuh bersama bagi kaum durjana. Padahal dalam buku “Karakteristik Sistem Hukum Islam” disebutkan bahwa kesadaran “muraqabatullah” menempati titik sentral yang harus dikuasai seorang politikus Muslim sebelum mereka lebih jauh mempelajari ilmu ketatanegaraan.
Wallahu ‘alam.