Sejak ‘booming’ klaim ramuan herbal untuk berbagai penyakit, saya memang tidak terlalu respek dengan pengobatan herbal. Apalagi, keberadaannya yang selalu disangkut-pautkan dengan pengobatan ala Nabi. Bagi saya yang sejak SD-Kuliah diajari berpikir ilmiah, produk herbal yang tidak teruji secara medis, tidak memiliki metode penelitian yang jelas sebagai obat, dan tidak disajikan dalam dosis yang sesuai formula kimiawi yang jelas, akan sangat kecil akurasi dan presisinya ketika dijadikan obat. Bagi saya, kebanyakan kesembuhan akibat herbal hanya karena kebetulan -setelah pertolongan dari Allah-.
Apalagi sejak ibu saya meninggal dunia bulan lalu. Sekadar berbagi pengalaman, di akhir tahun 2013, ibu saya divonis kanker leher rahim (cerviks) stadium 2A. Setelah operasi (histerektomi) di awal tahun 2014, Dokter sudah menyarankan untuk radioterapi dan kemoterapi agar bisa segera ditangani. Namun -Qadarallah- ibu saya lebih percaya dengan klaim-klaim berbagai produk herbal itu dan sama sekali tidak mau ditangani medis, bahkan sampai di titik ibu saya membenci pengobatan medis. Entah sudah berapa puluh botol ekstrak kulit manggis yang rutin ibu saya konsumsi, berliter-liter rebusan daun sirsak diminum, sarang semut, sari kurma, ramuan obat cina, dan obat-obat herbal lainnya yang diklaim bisa menyembuhkan kanker 1000 kali lebih cepat daripada dokter. Subhanallah!
Hasilnya? Di awal tahun 2015, ibu saya kembali masuk rumah sakit dengan keadaan kankernya sudah masuk stadium 4. Bukan hanya itu, kanker yang telah menyebar itu juga menyumbat saluran kencing (uretra) sampai-sampai tidak bisa buang air kecil selama hampir 3 minggu dan harus cuci darah sebanyak 7 kali dalam kurun waktu 2 bulan. Semuanya sudah terlambat, 14 hari setelah pulang dari rumah sakit pasca-operasi pembukaan saluran kencing (nefrostomi), ibu saya meninggal dunia dengan sebab kanker cerviksnya yang sudah menjalar ke mana-mana dan tiak tertahankan lagi. Sebuah kehilangan yang paling besar dalam hidup saya.
Mana itu klaim kulit manggis yang bombastis? Mana itu klaim rebusan daun sirsak yang katanya mampu membunuh sel kanker 1000 kali lebih cepat? Mana itu klaim sarang semut yang katanya mampu mengobati segala penyakit? Mana klaim orang-orang yang katanya tidak perlu radioterapi apalagi kemoterapi, cukup minum daun ini minum ekstrak itu pasti sembuh? Para penjual herbal itu hanya peduli dengan omset yang melimpah, tanpa pernah peduli bahwa konsumennya sedang dijadikan kelinci percobaan saja. Jika ada yang sembuh, langsung dijadikan testimoni produknya. Jika tidak sembuh bahkan bertambah parah, mulailah mereka menjadi manusia yang seakan paling tawakkal di muka bumi. “Yang sabar akhi… Kesembuhan itu datangnya dari Allah.”
Saya tidak sedang menihilkan khasiat obat herbal. Silakan saja mengonsumsi beragam produk herbal. Namun ingat, ia adalah metode pengobatan alternatif. Ada metode pengobatan utama yang sudah berpuluh-puluh tahun teruji secara medis, melalui serangkaian penelitian yang ilmiah, dan dikonsumsi dengan dosis dan takaran sesuai resep yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga antara metode alternatif dan metode utama itu semestinya berjalan beriringan. Semuanya dijalani sebagai bentuk usaha yang maksimal dalam meraih kesembuhan dari Allah -Asy Syafi’-. Saya percaya, jika sebuah herba memang sudah diteliti secara ilmiah berkhasiat menjadi obat tertentu, ia bersifat stimulan. Sifatnya merangsang tubuh memproduksi antibodi atau imunitas terhadap penyakit tertentu. Bukan untuk terapi yang cepat dan darurat. Perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil dari produk herbal.
Jangan mengatakan minum herba ini herba itu kepada orang yang menderita kanker stadium lanjut. Apalagi sampai memastikan orang yang mengonsumsinya dijamin sembuh. Katakan saja herba-herba itu bisa membantu. Apalagi herba-herba lain yang belum pernah diteliti. Janganlah mengklaim herba ini pasti bisa menyembuhkan kanker, herba itu bisa mengecilkan sel-sel tumor, herba yang lain bisa menghentikan pendarahan dan lain-lain dengan klaim lain yang berlebihan. Hentikan klaim berlebihan dari khasiat produk herbal. Mari selamatkan akal sehat kita semua dari bujuk rayu para penjual herbal.