Rukun iman ada enam yaitu yang disebutkan dalam hadits Jibril ‘alaihissalam tatkala bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang iman, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: ‘Kamu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada ketentuan baik dan buruk-Nya.” (HR. al-Bukhari no. 50 dan Muslim no. 8 dan ini adalah lafazhnya.)
Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengandung empat perkara:
1. Beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan fithrah kepada setiap makhluk untuk beriman kepada Penciptanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah Subhanahu wa Ta’ala); (tetaplah atas) fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rumm :30)
Akal sehat manusia menunjukkan bahwa alam semesta ini mempunyai sang pencipta. Sesungguhnya makhluk-makhluk ini, generasi terdahulu dan yang menyusulnya, harus ada sang pencipta yang mengadakannya. Dia tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, dan tidak ada secara kebetulan. Maka, pastilah bahwa dia mempunyai pencipta. Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri). Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur :35-36)
Perasaan manusia menunjukkan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kita melihat silih bergantinya malam dan siang, rizqi manusia dan hewan, pengaturan urusan semua makhluk, memberikan indikasi yang pasti terhadap adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Allah Subhanahu wa Ta’ala mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS. An-Nur :44)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memperkuat para rasul dan Nabi-Nya dengan tanda-tanda dan mukjizat yang dapat dilihat atau didengar manusia. Ia merupakan perkara-perkara yang berada di luar batas kemampuan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala memperkuat dan menolong para rasul-Nya dengan mukjizat tersebut. Ini merupakan tanda yang pasti terhadap adanya yang mengutus mereka, Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti, Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat api menjadi dingin dan memberikan keselamatan terhadap Ibrahim a.s, membelah laut bagi Musa a.s, menghidupkan orang mati bagi Isa a.s, dan membelah bulan bagi Muhammad SAW.
Sudah sekian banyak Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan orang-orang yang berdoa, memberi kepada orang-orang yang meminta, menolong orang-orang yang kesusahan, yang menunjukkan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, ilmu dan kekuasaan-Nya.
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala; (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :”Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS. Al-Anfaal :9)
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (QS. Al-Anbiya`:83-84)
Syariat menunjukkan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hukum-hukum yang mencakup segala kepentingan makhluk, dan yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-kitab-Nya terhadap para Nabi SAW dan rasul-Nya merupakan bukti bahwa hal itu berasal dari Rabb Yang Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Mengetahui terhadap segala kepentingan hamba-Nya.
2. Beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabb satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya
Rabb adalah yang memiliki ciptaan, kerajaan, dan perkara. Maka, tiada yang menciptakan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiada yang menjadi raja selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan semua perkara adalah milik-Nya. Makhluk adalah makhluk-Nya, kerajaan adalah kerajaan-Nya, dan perkara adalah perkara-Nya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Mengasihi apabila diminta kasih sayang-Nya, mengampuni apabila diminta ampunan-Nya, memberi apabila diminta, dan mengabulkan bila dimohon. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur.
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maha suci Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. (QS. Al-A’raaf :54)
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: Kepunyaan Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah:120)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan segala makhluk, mengadakan semua yang ada, membentuk segala sesuatu yang ada di jagad raya, menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan, malam dan siang, air dan tumbuhan, manusia dan hewan, gunung dan lautan.
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan: 2)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya. Dia tidak mempunyai menteri, tidak memiliki pemberi saran, dan tidak ada penolong. Maha Suci Dia Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Beristiwa di atas arsy dengan kekuasaan-Nya, membentangkan bumi dengan kehendak-Nya, menciptakan segala makhluk dengan keinginan-Nya, menguasai makhluk dengan kekuatan-Nya, Rabb timur dan barat, tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, Maha Meliputi atas segala sesuatu, Raja segala sesuatu, Maha Mengetahui dengan segala sesuatu, Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Semua leher (jiwa) tunduk bagi keagungan-Nya, segala suara khusyu’ bagi kehebatan-Nya (pengaruh-Nya). Orang-orang yang kuat menjadi lemah karena kekuatan-Nya. Semua pandangan tidak bisa melihat-Nya dan Dia melihat segala pandangan. Dia-lah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui/ Mengenal. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki dan memutuskan apa yang Dia mau.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Yasin :82)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, Maha Mengetahui yang ghaib dan nyata, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi, mengetahui beratnya gunung, mengetahui timbangan laut, mengetahui bilangan/jumlah titik hujan, mengetahui bilangan daun-daun di pepohonan, mengetahui biji-biji pasir, dan mengetahui yang digelapi malam dan diterangi siang:
Dan pada sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al-An’aam:59)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap hari berada dalam setiap urusan. Tidak ada sesuatupun di langit dan di bumi yang samar atas-Nya. Mengatur perkara, mengirim angin, menurunkan hujan, menghidupkan bumi setelah matinya, memuliakan dan menghinakan siapa yang dikehendakinya, menghidupkan dan mematikan, memberi dan menegah (menolak dan memberi), merendahkan dan mengangkat.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadidi :3)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa perbendaharaan langit dan bumi, semuanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan segala sesuatu yang ada, maka khazanahnya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Khazanah air, khazanah tumbuhan, khazanah udara, khazanah barang tambang, khazanah kesehatan, khazanah keamanan, khazanah nikmat, khazanah siksa, khazanah kasih sayang, khazanah petunjuk, khazanah kekuatan, khazanah kemuliaan, semua khazanah ini dan yang lainnya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di Tangan-Nya.
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya ; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS. Al-Hijr:21).
Apabila kita telah mengetahui hal tersebut dan yakin terhadap kekuasaan, keagungan, kekuatan, kebesaran, pengetahuan, khazanah, kasih sayang, dan keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya hati pasti menghadap kepada-Nya, terbukalah dada untuk menyembah-Nya, seluruh anggota tubuh tunduk karena taat kepada-Nya, lisan mengucapkan zikir kepada-Nya karena mengagungkan dan membesarkan, bertasbih (mensucikan) dan bertahmid (memuji), maka janganlah kamu meminta kecuali kepada-Nya, jangan meminta tolong kecuali kepada-Nya, jangan bertawakkal selain kepada-Nya, jangan takut kecuali dari-Nya, jangan menyembah selain kepada-Nya.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al-An’aam:102)
3. Beriman kepada uluhiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja ilah yang sebenarnya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya Dia yang berhak disembah. Dia-lah Rabb (Tuhan) semesta alam, ilah alam jagad raya. Kita menyembah-Nya dengan cara yang Dia syari’atkan, disertai kesempurnaan hina kepada-Nya, kesempurnaan cinta dan kesempurnaan pengagungan.
Kita mengetahui dan meyakini bahwa sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Esa dalam rububiyah-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka, demikian pula Dia Maha Esa pada uluhiyah-Nya, tiada ada sekutu bagi-Nya. Maka, kita hanya menyembah-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya dan kita menjauhi penyembahan kepada selain-Nya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (Yang hak di sembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah:163)
Setiap yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka uluhiyahnya adalah batil dan penyembahan kepadanya adalah batil.
(Kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Hajj :62)
4. Beriman kepada Asma` dan Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Pengertiannya: memahaminya, menghapalnya, mengakuinya, menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengannya, dan mengamalkan tuntutannya. Maka, mengenal sifat-sifat keagungan, kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengisi hati semua hamba karena membesarkan dan mengagungkan-Nya.
Dan, mengenal sifat kemuliaan, kemampuan, kekuasaan mengisi hati sifat hina, tunduk, dan merendahkan diri di hadapan Rabb-nya.
Dan, mengenal sifat-sifat kasih sayang, kebaikan, pemurah, dan pemberi mengisi hari rasa ingin dan berharap pada karunia, kebaikan, dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan, mengenal sifat ilmu dan meliputi, mengharuskan bagi hamba sifat muraqabah kepada Rabb-nya dalam segala gerak geriknya.
Gabungan semua sifat ini mengharuskan seorang hamba untuk memiliki sifat mahabbah (cinta), rindu, bahagia dekat dengan-Nya, tawakkal, dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kita menetapkan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala asma` dan sifat (Nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia) yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW bagi-Nya. Kita beriman kepada-Nya dan kepada yang diindikasikan atasnya berupa ma’na dan pengaruh. Maka, kita beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala رَحِيْمٌ (Maha Pengasih) dan pengertiannya adalah bahwa Dia mempunyai sifat kasih sayang. Dan di antara pengaruh dari nama ini: bahwa Dia memberikan kasih sayang kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan, seperti inilah penjelasan pada nama-nama yang lain. Kita menetapkan hal itu berdasarkan atas sifat dan asma` yang pantas bagi kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada tahrif (mengubah lafazh dan membelokkan makna sebenarnya), ta’thil (pengingkaran seluruh atau sebagian asma` dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala), takyif (menanyakan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala), dan tamtsil (menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makhluk-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura:11)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala semata yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi dan kita berdoa kepada-Nya dengannya:
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: Hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raaf :180)
- Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghitungnya niscaya ia masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no.7392 dan Muslim no. 2677)