Penemuan ilmu alat pertanian ikut berkembang pada abad keemasan Islam. Para Insinyur Muslim berhasil menciptakan alat-alat pertanian seperti berikut ini:
1. Bajak
Sejarawan Al Maqrizi mencatat, bajak digunakan sebagai alat untuk menggemburkann tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Sejarawan Al Marqasi, seperti ditulis Al Hassan dan Hill, digunakan para petani sebelum menanam tebu. Biasanya petani Mesir membajak tanah sebaganyak enam kali sebelum menanam tebu.
Pada era Islam, bajak dibuat dari besi dan bentuknya bergerigi. Insinyur pertanian Muslim telah mampu membedakan teknik membajak tanah di berbagai jenis lahan.
Mereka juga menulis kitab-kitab pedoman pertanian, seperti kitab Al Filaaha Al Nabatiya kaya Ibnu Wahsyiyya.
Berkembangnya kebutuhan, para insinyur Muslim pun terus berupaya membuat rancangan bentuk bajak. Bahkan, peradaban Islam sudah mampu menciptakan bajak cakram yang sesuai dengan jenis tanah.
2. Garpu dan Garu
Garpu merupakan salah satu alat yang juga digerakkan oleh binatang. Ia berfungsi untuk memecahkan bongkahan tanah yang menutupi benih. Alat ini digunakan setelah proses pembajakan tanah. Menurut Al Hassan dan Hill, para petani Muslim memiliki berbagai macam rancangan, seperti al mijarr dan al mislafah. Keduanya berupa balok bergigi untuk menggaru lahan. Al mijarr serta dua pasang tali pengikat.
Sedangkan al maliq terbuat dari papan kayu yang dibuat melebar dan ditarik oleh seekor lembu. Al maliq digunakan untuk meratakan alur yang dibuat oleh mata bajak untuk menanam beni. Kedua jenis garpu itu masih digunakan di beberapa negara Islam di belahan dunia dan ini merupakan bukti begitu luasnya kontribusi teknologi pertanian zaman keemasan.
Selain itu, ada pula alat bernama garu. Alat ini merupakan alat tangan yan terbuat dari kayu: Fungsinya untuk menyisir tanah dan menutupi benih. Salah satu jenis garu pada masa itu bernama al musyt. Alat ini berupa batang menyilang dengan gigi-gigi dan sebuah kayu pegangan di bagian tengahnya.
3. Sekop dan cangkul
Para petani Islam pun berhasil menciptakan alat untuk menggali tanah, seperti sekop atau al misyat. Alat ini digunakan untuk menggalir lahan yang tidak memerlukan bajak, seperti lahan perkebunan sayur dan buah-buahan. Saat itu juga sudah dikenal sekop jenis lain bernama al mijnah atau al mijrafah yang digunakan untuk mengangkat tanah hasil penggalian. Petani zaman itu juga menggunakan cangkul untuk menggali tanah, yang salah satu jenisnya bernama al miza’ah.
4. Sabit
Para petani Islam berhasil mengembangkan alat untuk memanen, berupa sabit atau bilah. alat ini memiliki berbagai jenis, ada yang bergigi dan ada yang tidak, pada ujung pegangannya dan ada yang melengkung ke depan sepanjang arah sikatan.
5. Pengerikan dan penampian
Setelah memanen, proses selanjutnya yang dilakukan para petani adalah pengerikan. Proses ini dilakukan di pinggir desa. Di tempat itu sudah terdapat butiran gandum yang disusun berumpuk melingkar di ladang.
Menurut Al Hassan dan Hill, terdapat tiga cara untuk mengerik. Salah satunya memanfaatkan hewan peliharaan seperti lembu untuk menggilas tumpukan gandum tersebut. Proses terakhir adalah penampilan yang berfungsi untuk memisahkan dedak dengan butiran gandum. (rb)