Jahiliyah

Jahiliyah itu erat berkait dengan penyembahan patung, pembunuhan terhadap anak perempuan yang tak berdosa, dll. Sehingga kita akan langsung saja berkesimpulan bahwa jahiliyah adalah masa dimana Rasulullah saw belum mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Padahal, jahiliyah bukanlah sematan untuk masa tertentu, namun ia adalah kondisi masyarakat atau peradaban yang jauh dari visi tauhid dan ketaatan terhadap syari’at atau aturan-aturan Allah SWT. Jahiliyah pada masa Musa as terwujud dalam pengakuan Fir’aun sebagai tuhan bagi bangsa Mesir. Jahiliyah pada era Isa as tampil dalam bentuk pembangkangan Bani Israil juga ulamanya terhadap kerasulan Isa as yang membawa aturan hidup penyempurna dari aturan hidup Musa as sebelumnya.

Jahiliyah sebagai sebuah penggambaran atas kondisi suatu peradaban kini semakin samar untuk dipahami. Saat kita menyebut “barat” saat ini, maka kita akan segera saja mengatakan mereka adalah peradaban yang modern dan maju. Jauh dari sifat dan karakter peradaban jahiliyah. Hanya saja, Islam tetaplah memandang Barat sebagai representasi dari Jahiliyah modern. Jahiliyah yang mewujud dalam era teknologi komunikasi, dimana sekat antarbenua telah semakin hilang. Mengapa Barat tetaplah representasi dari jahiliyah modern? Karena Barat tumbuh menjadi peradaban yang mewakili visi nir tauhid (menegasikan peran Tuhan dalam kehidupan). Pun bukan wakil dari aturan agama samawi yang di kenal oleh manusia. Barat tidaklah sama dengan Kristen dengan seluruh ajarannya. Ajaran kristen hanya ada dalam gereja-gereja maupun katedral-katedral (itupun dengan sebagian penyimpangannya). Namun saat masyarakat Barat berinteraksi dengan masyarakat sesamanya maupun masyarakat lain menggunakan aturan / standar yang jauh dari kekristenan.

Saat ini muncul istilah Negara maju”. Negara maju adalah istilah bagi Barat dengan seluruh pencapaian mereka saat ini. Sedangkan sisi lain ada negara berkembang dan negara miskin. Standar apa yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebagian wilayah adalah negara maju sebagian negara berkembang dan sebagian negara miskin? Kami tidaklah sedang menolak kebaikan yang ada pada Barat saat ini. Bagaimanapun kemajuan yang telah dicapai oleh Barat tak boleh dinegasikan. Hanya saja, perhatian kita luput dari substansi apa yang telah hilang dari Barat dan juga dunia saat ini. Visi tauhid sebagai dasar bagi Islam untuk menimbang sebuah masyarakat atau peradaban kini tak berjejak lagi. Tauhid begitu jauh berada di pojok peradaban dan terasing. Tauhid telah tergantikan dengan visi materialisme dengan seluruh cabang ideologinya. Inilah yang telah luput dari perhatian manusia.

Mari kita runut betapa visi tauhid telah dicampakkan pada punggung manusia, minimal satu abad terakhir. Secara bergantian Fasisme, Komunisme, Kapitalisme dan Sekulerisme menjadi tempat berlabuh bagi manusia, terutama manusia Barat. Apa yang sebenarnya diserukan dalam semua ideologi itu? Isinya sama, yaitu menyingkirkan Tuhan dalam kehidupan manusia. Hal kedua yang hilang adalah tergantikannya sistem hidup manusia, dari ketaaatan kepada Allah SWT menjadi manusia sentris. Manusia telah menggantikan peran Tuhan dalam menentukan baik-buruk, benar-salah, mulia-hina. Jamak saat ini, Eropa mensahkan perkawinan sesama jenis.

Dasar landasannya adalah HAM. Sedangkan pada sisi lain, wanita muslimah tak diperkenankan untuk mengenakan jilbab atau cadar atau burqa karena mengganggu masyarakat umum, menjadi simbol bagi identitas keagamaan seseorang atau kekhawatiran menjadi jalan bagi terorisme. Bagaimana mungkin, satu sisi Barat memberi jalan bagi identitas orientasi seksual bagi suatu kelompok masyarakat, namun melarang identitas keagamaan suatu kelompok yang lain. Lain lagi soal regresi warna kulit dan perbudakan di dunia Barat. Jika saja tak lahir Marthin Luther King, tak akan sampai kulit berwarna menjadi bagian integral dari bangsa Amerika. Kulit putih merasa pihak yang lebih tinggi kedudukannya dibanding jenis lainnya. Sungguh pemandangan yang aneh, mengapa urusan warna kulit menjadi sesuatu yang sangat penting bagi Barat.

Pemandangan lainnya adalah konflik Palestina-Israel. Sikap Amerika dan negara sekutunya menggambarkan betapa ambigunya standar aturan yang digunakan. Benarlah apa yang pernah disampaikan oleh presiden Iran Ahmadinejad. Presiden Iran itu berkata, Jikalau saja bahwa genosida terhadap bangsa Yahudi itu benar dilakukan oleh Jerman (Hitler), mengapa bangsa Arab yang harus menanggung akibatnya? Sungguh luar biasa manusia menggantikan peran Tuhan untuk menentukan segala sesuatunya di muka bumi. Pernyataan paling menghebohkan justru muncul dari ’ilmuwan’ terkemuka di dunia saat ini, Stephen Hawking. Ia menyatakan bahwa sekarang tiba saatnya manusia tak lagi memerlukan Tuhan, karena semua persoalan telah mampu dijawab oleh manusia sendiri. Anehnya, dia tetaplah dianggap sebagai ilmuwan bagi dunia Barat.

Inilah kejahiliyahan yang bertransformasi dalam kehidupan modern manusia. Ia tidak muncul dalam bentuk berhala yang disembah. Kini berhala itu telah ’berevolusi’ menjadi manusia itu sendiri. Tak ada lagi Latta, Uzza, Manat, Api, Zeus dan sebagainya. Kini yang ada adalah uang, HAM, Sekulerisme, dan sebangsanya.