Malam itu, jam di dinding rumah menunjukkan pukul 01.20 WITA. Terasa dingin karena kabut tebal masuk di perkampungan. Saya yang saat itu satu-satunya dokter yang tinggal di perkampungan tersebut terbangun oleh ketukan pintu rumah, sepertinya udah beberapa kali,rupanya saya tertidur lelap.
Seorang laki-laki separo baya sambil terengah-engah menyampaikan kalau ada warga di ujung perkampungan pingsan setelah terlibat perkelahian dengan suaminya. Rasa ngantuk pun hilang seketika, saya ambil seperangkat alat darurat medikku, obat-obatan seperlunya, dan langsung meluncur ke TKP.
Benar skali, seorang ibu pingsan, saya raba nadinya, dibebaskan jalan nafasnya, saya periksa refleknya, semuanya masih “OK” dan langsung saya pasang infus untuk mengantisipasi munculnya segala sesuatu yang terburuk. Saya lakukan pengukuran tekanan darahnya, saya dapati adanya kenaikan tekanan darah yang sangat tinggi 245/120 mmhg. Saya pun menungguinya hingga darahnya stabil kembali.
Sahabat, apa yang dialami ibu diatas adalah sebuah dampak dari tidak terkendalinya rasa marah (emosi negatif) yang dialami oleh si ibu. Bukan hanya sekedar pingsan namun tekanan darah ibupun mengalami peningkatan yang drastis. Di saat itu pula, jantung pun terjadi peningkatan kerja, ginjal pun mengalami peningkatan kerjanya, bila terjadi terus-menerus maka kerusakan organ tubuh di atas dapat terjadi.
Emosi negatif, seperti marah, akan mengganggu kinerja sistem limbik otak kita yakni suatu sistem yang setiap harinya bertugas menjaga ketenangan jiwa, agar tidak jatuh pada kegelisahan, kecemasan, rasa was-was dan yang lainnya. Demikian juga, emosi negatif dapat mengganggu kinerja bagian kulit otak (neocortex) kita.
Maka orang yang pemarah atau yang kesulitan mengendalikan marah, akan terganggu proses pikiran rasionalnya. Mereka akan kehilangan rasionalitas dan sifat bijaksananya, mereka menjadi sangat reaktif karena pikirannya “dijajah” oleh sistem limbik yakni daerah otak yang merupakan sisa dari hewan reptile seperti buaya, komodo, ular, dan lain-lain.
Coba Sahabat perhatikan, bagaimana reaksinya hewan reptilbila kita ganggu, pasti akan reaktif, kan. Begitu juga, bila marah telah mengganggu sistem pikiran rasional,maka kita akan bereaksi seperti hewan reptil itu.
Sabahat, ada tiga cara untuk mengatasi emosi negatif ini:
Cara Pertama, Menekan
Kebanyakan orang menekan emosi negatifnya. Kita berpura-pura tidak ada sesuatu yang terjadi dalam diri kita, padahal di dalam lubuk hatinya masih mengobarkan “api” dendam.
Kita masih berpikir bagaimana bisa orang tsb masih memanfaatkan saya? Ketika kita mengabaikan atau menekan emosi negatif kita, maka emosi negatif tersebut akan semakin meningkat, hingga akhirnya anda akan dibuat untuk memperhatikan emosi yang selama anda tekan.
Emosi negatif akan mengakibatkan berbagai penyakit fisik dan emosi dalam diri kita, seperti merasa cemas atau gelisah dalam situasi tertentu, merasa tidak percaya diri atau boleh jadi mengakibatkan sahabat berpenyakit psikosomatik (mudah sakit kepala, pusing, dan lain-lain).
Cara Kedua, Melampiaskan
Cara mengatasi dengan melampiaskan emosi negatif pada orang lain juga sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Cara ini dapat menimbulkan bahaya bagi yang kena pelampiasan. Biasanya yang terkena pelampiasan itu adalah orang-orang terdekat yang disayangi, suaminya atau istrinya, anaknya dan saudaranya.
Cara Ketiga, Melepaskan
Ini adalah cara mengatasi emosi negatif yang dari dalam diri kita adalah cara yang terbaik. Anda akan terbebas dari emosi ini dan hidup anda akan semakin baik. Kemampuan melepaskan emosi negatif ini juga akan sangat bermanfaat buat diri kita dan keluarga kita. Kita bisa mengajarkan keahlian untuk melepas emosi kepada anak-anak kita sehingga anak kitapun akan trampil mengelola emosi ini.
Twitter :@amirzuhdi
Facebook : http://www.facebook.com/dr.amir.zuhdi
Email : [email protected]