Ketika memberi nasihat, Anda pasti sering mendengar seseorang mengatakan, “Udahlaaaah…. Jangan ngurus orang lain, diri sendiri aja belum tentu benar! Allah saja yang tahu siapa benar siapa salah.”
Kalau dulu semua da’i berpikir seperti ini, maka sampai detik ini ajaran Islam tidak akan pernah sampai ke Indonesia. Sebab, shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sekelas Abu Bakr Ash Shiddiq dan Umar bin Al Khathab radhiyallahu anhumma tidak pernah luput dari kesalahan, tidak pernah luput dari kekurangan. Kalau harus nunggu sempurna dulu, maka dakwah inipun sdh lama mati dan hilang.
Allah tahu keterbatasan hamba-Nya yang akan berbuat lalai, khilaf dan silap, namun Allah tetap saja menyuruh hamba-Nya untuk berdakwah, dan mengurus ummat yang menyelisihi petunjuk-Nya, dan tidak pernah menyuruh sempurna dulu baru berdakwah.
Kita hanya bertanggungjawab atas apa yang kita tahu (zhahir), yang kita tidak tahu (ghaib) maka di luar tanggung jawab kita. Judi haram, riba haram, Syiah sesat… dan seterusnya, hanya itu yang jadi tanggung jawab kita untuk disampaikan kepada ummat yang belum tahu.
Kalau logika ini yang dimainkan, maka siap-siaplah, murka Allah yang akan segera turun, sebab hancurnya kaum terdahulu, karena nahi munkar tidak ditegakkan.
Ya, yang benar dan yang salah hanya Allah yang tahu, tetapi bukankah Allah sudah menuurunkan panduan syariah, yang membedakan antara yang haq dan batil, sesuatu yang sudah Allah tetapkan haq adalah haq, dan yang batil adalah batil, jangan coba-coba dibikin remang-remang, seakan-akan yang batil itu dianggap sebuah kebenaran juga.
Wallahu a’lam..