Jika Perempuan Harus Maju Lebih Dulu

Seorang muslimah, malu-malu bertanya, “Ibu… sekian lama saya memendam rasa, pada seorang ikhwah yang sudah lama saya kenal. Saya sudah mencoba menepisnya dengan berbagai cara, tapi sejauh ini tak bisa. Jika… kemudian saya ingin tahu, apakah dia juga memiliki keiginan yang sama seperti saya, apakah saya salah, Bu?”

“Dimana letak salahnya, dek? Karena cinta adalah anugerah-Nya pada manusia. Bahkan Khadijah pun menyatakan keinginananya lebih dulu pada Muhammad, tentu dengan perantara yang bijaksana.”

“Jadi, ini boleh, Bu?”

“Boleh saja. Yang perlu dijaga adalah caranya, agar berjalan dengan tetap menjaga iffah dan izzah seorang muslimah”

“Emm, saya boleh minta bantuan Ibu, untuk hal ini?”

“Tentu saja, dek. Asalkan, kamu sudah tahu dan siap dengan resikonya.”

“Resiko apa, Bu?”

“Maaf. Resiko jika bertepuk sebelah tangan, tentunya”

“Iya, Ibu. Itu sudah saya pikirkan. Doakan saya, Bu”

“Tentu, dek. Saya selalu mendoakanmu. Kita berdoa, semoga ikhtiar ini berujung indah untukmu, ya dek”

Maka ketahuilah adekku muslimah tangguh, cara yang kau tempuh ini insya Allah sangat ksatria, lebih ksatria dari seorang laki-laki yang berkemampuan untuk menggenapkan separuh diennya tapi selalu diliputi keraguan di hatinya. Andai pun ditolak, tak ada yang berkurang dari iffah-mu dan izzah-mu sebagai muslimah, karena bagaimana pun, kau telah mencoba menyelamatkan hatimu, dan tentunya juga agamamu.
It involves setting a timer for a designated writing period, say 10 or 30 minutes https://writemypaper4me.org/.