Kata-kata kasar yang kerap dilontarkan oleh seorang pemimpin saat acara langsung disalah satu stasiun TV yang baru-baru ini menuai banyak sorotan. Banyak orang yang menyayangkan ucapan kasarnya. Komite penyiaran menyatakan bahwa kata yang ia ucapkan masuk dalam kategori seven dirty world (tujuh kata kotor) yang dilarang diucapkan dalam lembaga penyiaran. Namun tak sedikit pula yang membela. Tak segan mereka mengatakan lebih baik galak tapi bersih dari pada santun tapi korup. Seolah-olah sikap santun dan bersih tidak ada hubungannya dengan berkata kasar.
Dalam keadaan emosi, marah, dan tak sabar, ada sebagian orang yang tak tahan untuk mengumpat dengan kata-kata kasar. Ada banyak hal yang mempengaruhi, salah satunya faktor lingkungan. Memang tak salah merasa geram dan marah atas perilaku buruk sejumlah orang yang mengambil harta yang bukan haknya, namun ucapan santun, terlebih bagi pemimpin tetap harus dikedepankan.
Bagi seorang muslim, mengumpat adalah perbuatan yang dilarang, berbeda dengan orang kafir yang dalam agama mereka sopan santun tidak diajarkan. Seorang muslim diperintahkan untuk menjaga lisan dan berkata hanya kebaikan. Dalam sebuah hadits abu hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Seorang yang beriman akan menahan dirinya dari mengumpat dan berkata kasar. Allah mengancam dengan wail bagi orang yang suka mengumpat dan mencela. Ada yang menafsirkan wail itu dengan lembah neraka.
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Al Humazah: 1)
Hamaz adalah mencela dan mengumpat orang lain dengan isyarat dan perbuatan, sedangkan lamaz adalah mencela orang lain dengan ucapan. Orang yang suka mengumpat degan kata-kata kotor juga tidak boleh diikuti. Allah pun berfirman , “yang banyak mencela, yang kian kemari menghibur fitnah.” (QS. Al Qalam: 11).
Sebagai muslim, sudah seharusnya kita jaga lisan agar keluar kata-kata yang bersih. Sebab lisan kita bisa mengantarkan kita ke surga atau sebaliknya, ia bisa menjerumuskan kita ke neraka. Mari kita jaga lisan kita dengan sebaik mungkin.