Syaikh Fuad Al Hagrasiy, nama yang sangat dikenal mayoritas penduduk kota Manshurah. Beliau adalah salah seorang dari generasi pertama Jama’ah Ikhwanul Muslimin. Beliau terkenal sebagai seorang yang memiliki kepribadian sangat baik, yang memberikan pendidikan Islam, khususnya dari segi kemasyarakatan bagi lingkungannya. Beliau yang kurang mendapatkan perhatian oleh sebagian besar para da’i. Saat ini (tahun 2015 -red) beliau sudah memasuki usia 80-an.
Baru-baru ini kisahnya tersebar di Manshurah, tentang interaksinya dengan Bank Ahly. Dalam kejadian itu beliau memberikan pelajaran yang sangat sulit kita temukan di zaman ini. Jadilah kisahnya sebagai salah satu perumpamaan hakiki bagi akhlak islamiyah yang sangat agung. Akhlak yang tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari padanya.
Laki-laki tua itu suatu kali datang ke salah satu cabang Bank Ahly yang berada tidak jauh dari kediamannya di kota Manshurah. Beliau ingin mengambil uang di rekening bank yang ia miliki, karena suatu kebutuhan. Dari 30.000 pound (sekitar Rp50 juta) yang ia miliki, ia menarik hanya sejumlah 5.000 pound (sekitar Rp8,5 juta).
Setelah berhasil menarik sejumlah uang yang ia inginkan, ia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, ia dikejutkan oleh berita bahwa namanya termasuk salah seorang dari petinggi Ikhwanul Muslimin yang rekening banknya dibekukan oleh pemerintah Mesir.
Karena itu, ia yakin kalau petugas bank yang sudah menandatangani pengambilan uang itu akan menanggung kerugian dengan mengganti uang sejumlah itu.
Tanpa pikir panjang, Syakh Fuad kembali ke bank untuk menyerahkan uang itu kembali. Beliau kembali dengan membawa uang sebanyak 5.000 pound tersebut.
Sesampai di hadapan petugas, beliau berkata, “Aku sudah menarik sejumlah uang dari bank ini. Waktu itu aku tidak tahu kalau namaku termasuk salah seorang yang rkeningnya dibekukan. Aku mengira mereka hanya perhatian terhadap Ikhwah yang memiliki simpanan dalam jumlah besar saja, bukan yang memiliki uang sedikit sepertiku ini. Yang penting, bagaimanapun ambillah uang ini dan kembalikan ke rekening milikku, supaya anda tidak menanggung kerugian nanti.”
Pegawai bank itu hampir tidak percaya apa yang ia dengar. Tanpa bisa menahan diri, ia menangis di depan nasabah bank yang datang mengerubungi laki-laki tua itu untuk mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Kejadian itu mengokohkan kembali gelar yang sudah dipasangkan masyarakat Manshurah kepada beliau sebagai “murabbi ajyal” (pendidik generasi).
Inilah salah satu contoh akhlak orang-orang yang disandangkan kepada mereka tuduhan teroris. Bukan saja tuduhan dari orang awam, atau pembenci Islam dari kalangan liberal, sekuler, ateis dan non muslim, bahkan tuduhan keji itu disematkan oleh para tuan syekh yang berjubah.
Tidakkah mereka mau mengulang kembali penilaian mereka dengan objektif sebelum segalanya terlambat?