Karamahnya sama dengan mu’jizat Nabi Ibrahim alaihimassalam. Ibnul Jauzi dalam Shifatush Shafwah menyebutkan nama beliau adalah Abdullah ibnu Tsaub rahimahullah, seorang tabi`in yang mulia, sosok yang teguh berpegang kepada keimanan, zuhud terhadap dunia dan tidak pernah takut dengan celaan orang yang suka mencela dalam membela agama Allah. Ia juga dikenal sebagai Abu Muslim.
Saat itu di Yaman ada seorang yang mengaku menjadi nabi yang bernama Al-AswadAl-Ansi laknatullahi alaihi, seruan kenabiannya sudah tersebar keseluruh pelosok negeri.
Al-Aswad sudah lama mengancam akan menghukum Abu Muslim karena dia menolak mengakui kenabian dirinya.
Akhirnya Al-Aswad berhasil menangkap Abu Muslim lalu memerintahkan para pengikutnya mengumpukan kayu bakar kemudian kayu tersebut dinyalakan disbuah tanah lapang di kota Shan`a, Yaman.
Al-Aswad duduk di singgasananya di depan api lalu berkata kepada orang shalih yang mulia ini yakni Abu Muslim.
“Ya Aba Muslim, apakah kamu bersaksi bahwa muhammad adalah utusan Allah?”
“Ya, beliau adalah pemimpin para rasul dan penutup para nabi.”
“Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?”
“Apa? Apa? Saya tidak mendengar apa yang kamu katakan, sepertinya telinga saya tersumbat,” ledek Abu Muslim.
“Kalau begitu engkau akan aku lemparkan kedalam api!” ancam Al-Aswad.
“Jika engkau akan membakar aku dengan api yang bahan bakarnya kayu bakar ini, maka aku akan selamat dari api neraka yang bahan bakanya kayu dan batu!” tegas Abu Muslim tanpa rasa takut.
Al-Aswad berulang kali bertanya hal yang sama kepada Abu Muslim, jawaban yang diberikannyapun tetap sama, sehingga akhirnya Al-Aswad melemparkannya ke dalam kobaran api yang menyala-nyala.
Subhanallah, ternyata api itu tidak membakar tubuhnya dengan izin Allah, Abu Muslim yang mulia ini keluar dari kobaran api dengan selamat seperti nabiyallah Ibrahim alaihissalam
Para pengikut Al-Aswad berkata, “Tuan, jika Anda membiarkan orang ini tinggal di negeri Tuan, ia akan membuat kerusakan dan fitnah.”
Lihat ucapan itu bahwa Abu Muslim akan membuat kerusakan dan fitnah yang ditujukan kepada salah seorang tabi`in yang mulia yang tidak mengakui tuannya sebagai nabi, orang yang menolak kesesatan pemimpinnya. Dan ternyata sikap seperti ini berulang dari zaman ke zaman dalam kemasan yang berbeda tapi dengan substansi yang sama yaitu fitnah yang ditujukan kepada para da`i yang istiqamah dijalan da`wah dengan tuduhan pembuat kerusakan dan fitnah.
Abu Muslim akhirnya pergi ke madinah untuk bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam karena ia belum sekalipun berjumpa dengan Nabi yang mulia.
Setibanya di Madinah, beliau tersentak kaget karena Nabi yang selama ini dirindukannya telah wafat, digantikan posisinya oleh khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu, Abu Muslim sangat sedih dengan kepergian Rasulullah yang belum pernah ia jumpai.
Abu Muslim pergi ke Masjid Nabawi lalu mengerjakan shalat didekat salah satu tiang, saat itu sahabat yang mulia Umar ibnul Khattab radhiyallahu anhu mengamatainya dengan seksama.
Selesai shalat, Umar bertanya kepadanya, “Wahai Tuan, dari mana Anda berasal?”
“Dari Yaman,” jawab Abu Muslim.
“Apa yang diperbuat oleh musuh Allah terhadap saudara kita yang dibakar dengan api tapi tidak bisa membakarnya?” tanya Umar
“Oh.. Dia adalah Abdullah ibnu Tsaub,” jawab Abu Muslim.
“Jawablah dengan jujur, aku bertanya kepada Anda atas nama Allah, apakah Anda orangnya?” tanya Umar.
“Allahumma, benar, sayalah orang itu,” jawab Abu Muslim.
Dengan cepat Umar mencium dahinya dan memberikan kabar gembira tentang terbunuhnya Al Aswad di tangan orang-orang mu`min di Yaman.
Abu Muslim berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan saya dari dunia kecuali setelah sejuk mataku [gembira] mendengar kabar kematiannya.”
Umar kemudian membawa Abu Muslim dan memdudukkannya di antara beliau dan khalifah Abu Bakar.
Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang belum mematikanku sehingga Dia memperlihatkan kepadaku seorang diantara ummat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang Dia selamatkan dari api sebagaimana Dia menyelamatkan kekasihNya Nabi Ibrahim alaihissalam.”