Penolakan terhadap Lady Gaga ternyata disebabkan oleh banyak sudut pandang yang hampir keseluruhannya memang memberikan efek buruk, baik secara religius, sosial, etika, politik, budaya, dan moral.
Salib dari Negeri Gingseng
Asosiasi gereja-gereja Kristen dan Katolik di Korea Selatan yang dikenal dengan nama The Korean Association of Church Communication berdemonstrasi besar-besaran menolak konser Lady Gaga, untuk mencegah merebaknya homoseksualitas dan pornografi dikalangan kaum muda akibat pengaruh buruk yang ditularkan oleh wanita jelmaan iblis itu.
Seperti dilansir Washington Post, Minggu (22/4/2012), umat Kristen di Seoul berdoa di gereja memohon kepada Tuhan agar konser Lady Gaga yang digelar di Olympic Stadium, Jumat (27/4/2012), batal diselenggarakan. “Komunitas Kristen di sini perlu bersatu agar anak-anak muda di sini tidak tertular homoseksualitas dan pornografi,” ujar Asosiasi Komunikasi Gereja dalam sebuah pernyataannya bulan lalu.
Dikabarkan, para pejabat Korea Selatan melarang remaja yang berusia di bawah 18 tahun untuk menyaksikan konser penyanyi popo Amerika Serikat, Lady Gaga. Alasannya, Lady Gaga dikenal dengan kostum dan gerakan tari yang seronok, cabul dan terlalu seksi.
Sebelumnya, diberitakan, Lady Gaga tampil di stadion Olimpiade dengan kapasitas 70.000 kursi. Kelompok-kelompok Kristen di Korea Selatan pun melakukan serangkaian protes menentang penampilan Lady Gaga. Pihak penyelenggara mengatakan mereka akan mengembalikan tiket bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan akan melakukan pemeriksaan usia sebelum konser dimulai.
Seperti diketahui, mayoritas penduduk Korea Selatan adalah penganut agama Kristen dan Katolik. Sebelum tanggal pagelaran konser Lady Gaga, sejumlah kelompok komunitas Kristen dan Katolik di Korea yang terkenal sangat taat kepada ajaran agamanya, telah melakukan unjuk rasa selama beberapa minggu menolak konser Lady Gaga.
Kang Ju-Hyun selaku Koordinator komunitas Kristen dan Katolik tersebut, mengatakan bahwa sejumlah kelompok dari gereja-gereja lain juga mengikuti kampanye umat Kristiani menolak Lady Gaga. Unjuk rasa di jalan-jalan utama kota Seoul itu bergerak menuju kantor pusat Hyundai Card, perusahaan yang bertindak sebagai promotor konser Lady Gaga di Korea Selatan.
Para pendemo memasang spanduk-spanduk dan poster-poster di berbagai lokasi di jalan-jalan utama kota Seoul sebagai tanda penolakan mereka atas kedatangan Lady Gaga, dengan tulisan kecaman bahwa Lady Gaga menyebarkan ‘budaya seksual yang tidak sehat’ dan mempropagandakan ‘lirik-lirik dan penampilan cabul’. Namun spanduk-spanduk itu akhirnya disingkirkan oleh petugas kota madya Seoul.
Bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan pun nyaris terjadi. Pada akhirnya konser Lady Gaga tetap diselenggarakan, namun Pejabat kota Seoul mengambil kebijakan melarang anak-anak dan remaja berusia 18 tahun ke bawah untuk menonton, sekalipun ditemani oleh orang tua mereka. Pembatasan umur itu lantaran konser tersebut dinilai tidak sesuai dikonsumsi anak-anak dan remaja yang berusia terlalu muda.
Anak Dibawah Umur Dilarang
Pada mulanya, konser kontroversial itu diperbolehkan bagi penonton anak-anak berusia 12 tahun. Namun lantaran kerasnya aksi protes dari komunitas warga Kristen dan Katolik, lembaga sensor pemerintah Korea Selatan akhirnya mengubah batas usia penonton menjadi ‘terlarang bagi mereka yang berusia 18 tahun kebawah’.
Komunitas umat Kristen dan Katolik Korsel tersebut bahkan berikrar akan mencegah ancaman penyebaran homoseksualitas dan pornografi yang bakal merusak moral generasi muda di Korea Selatan. Mereka mengecam konser Lady Gaga, karena disamping mendukung homoseksualitas, juga dinilai telah menghina ajaran Kristen dan membela pornografi.
“Konser tersebut menimbulkan keprihatinan yang mendalam karena dinilai telah menyebarluaskan kebejatan moral dengan mengatasnamakan kebebasan berpendapat,” kata Kang Ju-Hyun yang juga ketua kelompok Alliance for Sound Culture In Sexuality.
Disamping terkenal sebagai penyanyi erotis, Lady Gaga memang dikenal sebagai aktifis pembela hak-hak kaum homoseksual yang diungkapkan lewat lirik lagu-lagunya. Maka tak heran kalau sebuah kelompok di Korea Selatan yang menamakan kelompoknya dengan sebutan Jaringan Masyarakat Sipil, usai menyaksikan konser Lady Gaga berkomentar bahwa penampilan penyanyi Amerika itu “terlalu homoseksual dan terlalu berbau porno”.
Kaum Muda Konservatif Manila
Di Filipina pun yang penduduknya mayoritas beragama Kristen dan Katolik, penyanyi erotis asal Amerika Serikat ini juga ditolak manggung. Lebih dari 20ribu demonstran dari kelompok agama Kristen dan Katolik dipimpin oleh kelompok yang menamakan dirinya ‘Biblemode Youth Filipina’ telah melakukan demonstrasi besar-besaran memadati jalan-jalan kota Manila menolak konser Lady Gaga yang diagendakan akan digelar pada tanggal 21 Mei 2012, di gedung ‘SM Mall of Asia Arena’, City of Manila, Filipina.
Kebiasaan Lady Gaga yang selalu mengenakan kostum super mini nyaris telanjang di setiap pertunjukannya dinilai oleh komunitas Kristen tersebut sebagai hal yang tidak sopan dan akan menularkan kebiasaan buruk kepada remaja Filipina.
Namun yang paling krusial adalah, kelompok-kelompok Kristiani di Filipina tersebut menuding Lady Gaga sebagai ‘perempuan jahat Anti-Kristus penghina iman Kristen’. Lagu ‘Judas’ yang dinyanyikan wanita pemilik nama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini dianggap merupakan penghinaan langsung secara terang-terangan kepada Yesus Kristus sekaligus sangat provokatif terhadap umat Kristiani.
Dalam konsernya Lady Gaga dinilai acap kali menghina umat Kristiani dengan cara menggunakan atribut biarawati yang kemudian menjelma menjadi setan. Bahkan yang paling menyakiti hati umat Kristiani, adalah penghinaan terhadap salib yang dianggap sebagai lambang suci oleh umat Kristiani. Yakni adegan tarian setan yang membalikkan posisi salib dan menggosok-gosokkan Salib ke kemaluannya, kemudian duduk di atas Salib (atau dengan kata lain menempelkan Salib di pantat, tempat keluarnya kotoran).
“Lirik-lirik lagunya secara terang-terangan menghina Tuhan Yesus!!” teriak Pendeta Reyzel Cayanan, pimpinan Biblemode Youth mengakhiri orasi penolakannya yang berlangsung selama hampir satu jam di depan gedung “SM Mall of Asia Arena”, City of Manila, Filipina, Kamis (17/5/2012).
Namun promotor konser yang mendatangkan Lady Gaga di Manila, Renen de Guia dari Ovation Production Group, menyangkal tuduhan kelompok-kelompok Kristen ini terhadap Lady Gaga. “Mereka yang memprotes dan antipati terhadap Lady Gaga adalah orang-orang yang tidak ingin menonton konsernya, Sedangkan mayoritas anak muda Filipina mengidolakan Lady Gaga.” bantah Renen de Guia yang sudah menjadi promotor konser sejak 1979 ini menjawab pertanyaan Reporter KabarNet.
Kampanye unjuk rasa besar-besaran yang dilancarkan kelompok Alkitab ini muncul sehari setelah konser bertajuk Born This Way Ball ditolak izinnya di Indonesia. Para calon penonton konser Lady Gaga di Manila, Filipina, mengklaim bahwa penolakan sejumlah kelompok gereja di Filipina karena terinspirasi dan terprovokasi oleh sikap pemerintah China, penolakan umat Kristiani di Korea Selatan, dan pelarangan konser Lady Gaga oleh kepolisian di Indonesia.
Konser Lady Gaga di Manila tahun ini adalah untuk yang kedua kalinya setelah tahun lalu ia menggelar konser di Araneta Coliseum, City of Manila, Filipina. Atraksi kegilaan penampilan Lady Gaga pada konser tahun lalu itulah yang kini mengundang reaksi penolakan dari kelompok-kelompok Kristiani di Filipina.
Negeri Palu Arit, China
Pemerintah Cina merilis daftar lagu dari artis-artis internasional yang dilarang untuk diputar di negara mereka. Salah satu alasan yang digunakan oleh pemerintahan komunis Cina adalah membahayakan kebudayaan nasional.
Demikian tertulis dalam laman Kementerian Kebudayaan Cina, seperti dikutip dari CNN. Sejumlah artis itu seperti Lady Gaga, Katy Perry, Backstreet Boys, dan sejumlah artis mandarin.
Kementerian Kebudayaan melarang 100 lagu milik artis-artis tersebut. Menurut kementerian, bila lagu-lagu itu belum disetujui atau belum terdaftar untuk beredar di Cina hingga 15 September mendatang maka lagu tersebut akan dilarang beredar.
“Sejumlah laman internet membolehkan pengakses untuk mendengarkan dan mengunduh lagu-lagu ini. Kebijakan ini mengganggu pasar musik online dan membahayakan kebudayaan nasional,” kata kementerian.
Sejumlah lagu Lady Gaga yang bakal dilarang berasal dari album “Born This Way” yaitu “The Edge of Glory,” “Hair,” “Marry the Night,” “Americano,” “Judas” dan “Bloody Mary.” Sementara Katy Perry ada dua lagu yaitu “E.T.” dan “Last Friday Night (T.G.I.F.)” Begitu juga artis Beyoncé “Run the World (Girls)” dan Britney Spears’ “Burning Up”. Sejumlah artis lainnya yang bakal kena sensor adalah Take That dan Simple Plan. Serta tembang lawas “I Want It That Way,”milik Backstreet Boys.
Pelarangan lagu ini bukan barang baru di Cina. Ini sudah tiga kali dilakukan Kementerian Kebudayaan sejak dua tahun lalu. Sejumlah artis yang kena sebelumnya adalah by Avril Lavigne, Eminem, Kylie Minogue dan Christina Aguilera. Kementerian meminta seluruh file lagu digital itu disadur ke dalam bahasa Cina serta mendapat izin sebelum beredar di masyarakat.
Kristen di Timur Tengah
Vokalis dan pencipta lagu Lady Gaga rupanya tak mampu menyenangkan setiap orang dengan album terbarunya, Born This Way. Bisa saja CD tersebut menduduki nomor satu pada tangga album di 21 negara. Namun, tidak demikian di Lebanon.
Album itu dilarang masuk dan beredar di negara tersebut karena dianggap menyerang salah satu agama. Dalam minggu ini, album yang sudah dikirim itu tiba di Lebanon. Namun, album tersebut langsung disita oleh pihak berwenang dalam General Security Department negara itu.
Di Amerika Serikat, gara-gara lagu ‘Judas’, Gaga telah diserang oleh grup-grup religius. Pada April 2011 lalu, lagu tersebut dilarang diperdengarkan di stasiun-stasiun radio di Lebanon.
Negeri Kanguru Australia
Jaringan TV Channel 10 Australia yang berbasis telah melakukan pencekalan video klip lagu Lady Gaga karena dianggap terlalu vulgar menampilkan adegan seksual.
“Ini sangat jarang kita mendapatkan klip pop itu seksual ke titik hampir tidak ada cara kita dapat mengeditnya tanpa merusak maksud asli dari video itu,” kata Produser Program Video, Ben Fletcher.
Mereka keberatan dengan lirik seperti: heavy touching, I’m educated in sex, I want it bad, dan gesture tubuh yang porno dalam video tersebut.
“Bukan hanya lirik dan visual saja,” kata Fletcher. “Dampak kumulatif dari semua hal bersama-sama membuat kami sangat sulit untuk mengeditnya ke rating Bimbingan Orang Tua,. Jadi kami memutuskan untuk tidak memainkannya.”
Bagaimana dengan Islam dan Kristen Indonesia?
Inilah yang kemudian menjadi pertanyaan kita atas penolakan-penolakan beberapa negara berpenduduk mayoritas Kristen atas Lady Gaga. Jika orang Kristen menolak keras Lady Gaga karena alasan religius, norma, etika, moral, dan budaya, maka bagaimanakah dengan negara berpenduduk Islam mayoritas seperti Indonesia, Malaysia, dan lainnya yang juga terdapat warga Kristen?
Silakan dijawab sendiri.
Oleh: Putra Sulaiman, Manado