Masalah fikih, kita finalkan saja dengan pendapat Imam An Nawawi yang menukil pendapat Al Qadhi Iyadh bahwa larangan ummat Islam dipimpin orang kafir adalah ijma’ sudah konsensus ulama terdahulu.
Pertanyannya, kenapa ummat Islam tidak boleh dipimpin orang kafir ? Agama lain membolehkan kok dipimpin orang Islam.
Pertama, kami meyakini agama kami benar-benar agama dari Pencipta Semesta, mungkin juga Anda meyakini sama. Tuhan kami yang menciptakan semesta dan membuat aturan beragama bagi ciptaannya punya ketetapan dalam agama kami.
Ketetapan itu adalah bahwa mahkluk yang baik dan makhluk yang durhaka tidak sama di mata Allah. Saya yakin begitu juga di agama Anda.
Saya yakin juga bagi yang tak beragama pun memahami bahwa anak durhaka tak sama dengan anak yang berbakti pada orang tuanya, ini kiasan untuk memudahkan pemahaman saja bukan penyamaan.
Anak yang baik pada semua orang tapi durhaka pada orang tuanya tetap saja dia di mata orang tuanya adalah anak durhaka.
Saya pikir wajar kalau orang tua berpesan agar anak-anaknya tidak menjadikan saudaranya yang durhaka itu sebagai pemimpin mereka karena hinanya si anak tersebut di mata orang tuanya, saya pikir bila Anda menjadi orangtua pun akan serupa menganjurkan anak yang berbakti untuk menjadi pemimpin di antara mereka.
Itu orang tua yang hanya menjadi sebab kelahiran, maka Tuhan yang menciptakan manusia lebih berhak membuat aturan: aturannya adalah hamba-Nya yang beriman dilarang mengambil pemimpin hamba-Nya yang kafir, yang durhaka. Demi kemaslahatan mereka sendiri, sebab Tuhan tak butuh pada kita.
Di sisi Allah, jelas mukmin dan kafir berbeda seperti langit dan bumi.
Itu ajaran kami, saya tidak tahu kenapa agama lain membolehkan orang yang tak percaya pada tuhan mereka menjadi pemimpin mereka yang percaya pada tuhannya.
Memilih pemimpin adalah memuliakan manusia, karena itu dalam Islam orang yang kafir tidak dianggap lebih mulia dari orang yang Muslim sekaya apa pun orangnya.
Tapi ini kan urusan dunia! Betul, Tuhan kami dialah yang menciptakan dunia, semesta, manusia dan semuanya. Karena itu agama kami pun mengurusi masalah dunia, sebab yang membuat ajaran agama kami dan mencipta dunia sama saja, Dia Allah yang Maha Disembah.
Agama kami tidak mengenal pemisahan langit urusan tuhan, bumi urusan ciptaannya, manusia. Sebab manusia bukan pencipta apa pun, dia sama dengan yang lain hanya ciptaan
Itulah agama kami, tidak menyamakan orang yang beriman dan orang kafir. Jika anak tak mengakui orang tuanya dia anak durhaka, maka orang kafir yang tidak mengakui penciptanya maka dia sedurhaka-durhakanya makhluk.
Wallahu a’lam
Ustadz Rudi Wahyudi, SPI.