Pernahkah kita merasakan kondisi tersebut? Merasakan kenyang tetapi lapar. Jikalau pernah mungkin kita sedang melupakan satu hak yang juga perlu diberikan makanan. Manusia diciptakan dengan dua komponen lahir dan batin atau bisa dikenal dengan istilah jiwa dan raga.
Pada saat kita makan makanan itu berarti kita sedang memberikan makan pada raga agar tetap terjaga kebugaran dan kesehatannya. Tapi, masih ingatkah kita pada saat makan, jiwa yang juga memerlukan makanan?
Setiap orang menginginkan memiliki badan yang sehat dan kuat. Namun, melupakan untuk mempunyai jiwa yang sehat dan kuat pula. Mereka terlalu fokus dengan hal-hal yang terlihat mata sehingga menghiraukan hal-hal yang tak tampak di mata.
Inilah yang menyebabkan orang tersebut kenyang tapi lapar sebab dia hanya memberikan makan pada tubuh dengan berbagai makanan dan minuman. Lalu, apakah jiwa tidak perlu diberikan makanan?
Jiwa layaknya tubuh, ia pun bisa merasakan sakit dan lapar sehingga apabila dibiarkan maka jiwa ini akan lapar dan sakit. Jikalau tidak merasakan kedua-duanya maka jiwa manusia itu telah kering atau bahkan mati.
Bagaimanakah kondisi jiwa kita sekarang? Apakah dia dalam kondisi lapar, sakit, kering ataukah mati?
Layaknya tubuh manusia yang tidak diberikan asupan makanan dan minuman beberapa hari. Maka, dia akan merasakan kelaparan. Jikalau tetap tidak diberikan makanan dan minuman maka orang tersebut akan sakit. Dalam kondisi sakit tetap tak mendapatkan energi maka lama-kelamaan akan menjadi kering menunggu sang ajal menjemput, akan menjadi parah ketika orang tersebut kering dalam kondisi tak berdaya, lebih parah lagi ketika dia mati.
Begitu pula dengan jiwa. Jika dia tidak diberikan makanan maka jiwa akan merasakan lapar. Jika dibiarkan lapar, akhirnya jiwa akan sakit. Lama-kelamaan jiwa akan mengering akibat sakit yang tak kunjung diobati dan pada akhirnya jiwa akan mati.
Bagaimanakah cara kita memberikan asupan makanan pada jiwa? Bukankah kita hanya mampu memasukkan makanan hanya lewat mulut? Adakah cara lain untuk memasukkan makanan jiwa?
Ternyata makanan dan minuman jiwa tidak sama seperti makanan dan minuman raga yang biasanya dikonsumsi oleh manusia. Makanan dan minuman jiwa masuk langsung lewat jiwa manusia.
Dalam bentuk apakah makanan dan minuman untuk jiwa? Inilah yang selama ini tak terpikiran oleh kebanyakan manusia. bentuk makanan dan minuman untuk jiwa adalah pancaran Ilahi. Pancaran yang akan masuk langsung ke dalam relung jiwa setiap manusia.
Bagaimanakah cara agar pancaran tersebut mengarah ke lubuk jiwa manusia? Tentu, pancaran Ilahi hanya akan terpancarkan pada orang-orang yang senantiasa mendekati-Nya dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan amal sholeh dan ibadah.
Bukti nyata yang mungkin bisa kita rasakan bersama-sama. Jika kita meninggalkan membaca Quran beberapa hari, maka pancaran Ilahi lewat bacaan Quran akan meredup sehingga dari redupannya itulah yang akan memunculkan kegelapan-kegelapan jiwa yang mengakibatkan mudahnya diri dalam melakukan keburukan-keburukan yang akan berujung pada kemaksiatan kepada-Nya.
Ibadah nyata yang dipersembahkan untuk Sang Kholiq itu yang akan menjadi pancaran Ilahi. Pancaran yang akan mengenyangkan setiap jiwa-jiwa yang hampa akan kebenaran dan kebaikan. Pancaran itu pula yang akan membimbing dan menuntun manusia menuju jalan keridhoan-Nya.
Berbagai macam ibadah dan amal sholeh yang mampu kita kerjakan diantaranya sholat (wajib ataupun sunnah), puasa, zakat, naik haji, sedekah, tersenyum, membaca Quran, membaca buku-buku nan bermanfaat, berdiskusi, menulis, berkumpul di majelis taklim, semua hal yang beraromakan kebaikan yang diniatkan sebagai ibadah kepada-Nya.
Tak sadarkah selama ini jiwa kita sedang berada di dalam kelaparan? Ataukah jiwa itu sudah berada dalam fase sakit? Atau bahkan sudah mendekati kematian jiwa?
Mari kita merenung sejenak. Apakah sudah seimbang makanan yang kita berikan untuk raga dan jiwa? Apabila belum seimbang, seimbangkanlah keduanya agar diri ini tidak merasakan kenyang tapi lapar. Raga merasakan kenyang tapi jiwa merasakan lapar. Akan tenteramkan hidup manusia jiwa keduanya tidak seimbang?
Kebahagiaan tak akan pernah ditemukan bagi orang yang merasakan kenyang tapi lapar. Walaupun dia bahagia tapi hanya sebentar. Ketika kebahagiaan itu pergi dia akan merasakan kesedihan nan tak menentu. Ia binggung dengan kondisi dirinya sendiri sebab dia belum bisa memberikan keseimbangan antara raga dan jiwa.
Kenyang tapi lapar akan dirasakan oleh orang-orang yang hanya berfokus pada urusan dunia dan melupakan urusan akhirat sehingga perutnya kenyang tapi jiwanya lapar.
Kenyang tapi lapar juga dirasakan oleh orang-orang yang berbuat laku keburukan di dunia tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Jiwanya sudah merasakan sakit bahkan mendekati mati sehingga keburukan menempel lekat di dalam jiwa manusia tersebut.
Berikan yang terbaik untuk raga dengan asupan nutrisi dari berbagai makanan dan olah raga. Berikan yang terbaik untuk jiwa dengan asupan pahala dari berbagai amal Ibadah dan kebaikan-kebaikan yang diperbuat.
Sadarkah kita dengan kondisi sekarang? Asupan nutrisi dan asupan pahala yang diharapkan oleh setiap manusia agar dia diberikan kebahagiaan dan ketenangan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Tak ada manusia yang menghendaki dirinya sakit sebab sakit raga itu tidak ada yang menyenangkan. Begitu pula dengan jiwa, jika sakit maka dia tak akan pernah menyenangkan dan menenangkan jiwa yang tersimpan di dalam diri manusia.
Tak usah menjadi manusia yang kenyang tapi lapar. Jadilah manusia yang merasakan sebenar-benarnya kenyang yakni kenyang raga dan kenyang jiwa yang diberikan dengan asupan nutrisi dan asupan pahala.