Ketika Cinta Berbuah Petaka

Ini adalah tentang dua kisah cinta yang membawa petaka abadi bagi pelakunya.

Perawi Hadits Yang Murtad

Dalam kitab Lisan Al Mizan (jlid 2/167), Al Hafiz Ibn Hajar Al Asqalani menyebutkan biografi seorang yang bernah belajar hadits bernama Habib bin Abi Abi Al-Asyras yaitu Habib bin Hassan:

Berkata Ibnu Hibban mengomentari lelaki ini: “Munkarul Hadits jiddan (perawi hadits yang lemah sekali hafalannya dan menyelisihi para perawi yang tsiqat).”

Dia pernah mencintai seorang wanita Nashrani, hingga ada akhirnya murtad dan menjadi seorang nashrani dengan menikahi wanita itu.

Seorang Qari’ Menjadi Murtad

Berkata Ismail bin Qasim Al-Qali (wafat 356 H) dalam kitab Zail Al Amali Wa An Nawadir:

Ismail bin Abi Hakim menceritakan, bahwa dia diutus Umar bin Abdul Aziz-rahimahullah untuk menebus tawanan kaum Muslimin yang tertawan, “Tatkala aku berkeliling di Konstantinopel aku mendengar seseorang yang sedang bersenandung..

Maka aku bertanya,“Siapakah engkau gerangan?”

Dia menjawab, “Saya Wasibi seorang tawanan Islam yang tertangkap dan disiksa dan tidak mampu bertahan hingga akhirnya murtad masuk agama mereka!”

Aku berkata, “Aku adalah utusan Amirul Mukminin untuk menebusmu, dan Anda –demi Allah- adalah orang yang paling kuharap dapat kutebus seandainya engkau tidak murtad dan kembali kepada Islam.”

Dia menjawab, “Demi Allah , sungguh aku telah murtad!”

Aku berkata, “Aku bersumpah demi Allah, kembalilah engkau pada Islam!”

Dia menjawab, “Mmustahil aku kembali ke Islam, sebab aku telah memiliki dua anak darinya. Seandainya aku masuk ke kota Madinah, aku khawatir diejek dan dan dipanggil: ‘Wahai mantan Nashrani’ dan akupun khwatir kedua anakku dihina dan dipanggil: ‘Wahai anak wanita Nashrani.’ Karena itu demi Allah, saya tidak akan kembali Islam!”

Aku bertanya padanya, “Bukankah engkau dahulu qari Al Quran?”

Dia menjawab, “Ya demi Allah, aku dulu yang terbaik bacaan Al Quran-nya.”

Aku bertanya, “Apakah engkau masih ingat hafalan Al Quran-mu?”

Dia menjawab, “Tidak lagi, keculi satu ayat saja yang berbunyi:

ربما يود الذين كفروا لو كانوا مسلمين

‘Sungguh orang kafir berharap (di hari kiamat) seandainya mereka dahulu menjadi orang-orang Islam.’ Akupun yakin dia benar-benar telah binasa.”

Sungguh kisah di atas menjadi cerminan diri bagi setiap kita, bahwa perjuangan menjaga hidayah bukanlah mudah, dibutuhkan perjuangan panjang hingga kematian datang menjemput.

Batam, 5 Zulkaedah 1435 H/ 30 Agust 2014

Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc., MA.