Masih ingat dengan empat elemen yang dikuasai oleh seorang bocah botak di dalam film animasi Avatar. Ya, empat elemen itu sekarang berbicara. Mengajak para manusia berbicara dengan suaranya masing-masing.
Diawali dari elemen tanah, memulai pembicaraannya di salah satu kota di Jawa Tengah yakni Banjarnegara. Semua rakyat Indonesia dihebohkan dengan terjadinya longsor yang mengakibatkan puluhan bahkan ratusan manusia menjadi korban. Tanah ingin berbagi cerita dengan manusia. Ketika tanah tak terawat, saat tanah dibiarkan oleh tangan-tangan jahil manusia sehingga ia ingin melakukan ‘curhat’ dengan cara yang tak disangka-sangka.
Beberapa saat kemudian, air ikut bersuara memperhatikan tanah berbagi cerita. Air pun mengeluarkan suara pelan-pelan tapi menghanyutkan. Berbondong-bondong air menyerbu bagian selatan kota Bandung. Menyuarakan hak suaranya untuk didengarkan agar manusia bisa lebih menghargai dan merawat lingkungan terutama air yang selalu digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kini, api pun tak mau tinggal diam. Dengan rasa gelisah. Akhirnya, ia beranikan diri untuk berbunyi di malam hari. Berbunyi diantara tumpukan tekstil-tekstil dan berbagai jenis jualan di kios-kios yang ditinggal penghuninya. Api mengajak berdiskusi orang-orang yang terlena dengan berbagai hal-hal dunia yang tak akan pernah dibawa ketika dia meninggalkan dunia.
Tanah, air, api bersorak-sorakan. Tiba giliran terakhir, udara ikut berkata. Lewat kata-kata yang tak bisa dihapami oleh manusia ia hilangkan sesaat burung besi yang terbang melaju tanpa tanda-tanda. Walaupun pada akhirnya, tanda-tanda tersebut ditemukan setelah berbagai usaha dikerahkan. Udara ingin ikut serta berdiskusi dan bertukar pendapat dengan manusia. Tapi, manusia masih tak menyadarinya.
Dari keempat elemen yang berbicara tersebut. Akankah manusia menjawab dan menaggapi semua yang mereka keluh kesahkan? Ataukah manusia tetap berdiam diri mendengarkan sayup-sayup gejolak dari keempat elemen itu?
Empat elemen tersebut berbicara dengan cara mereka masing-masing untuk memberikan teguran dan peringatan kepada manusia agar mereka cepat tanggap dan memperhatikan hal-hal yang ada di sekitarnya.
Lebih jauh mendalam. Empat elemen itu mengajarkan kepada manusia bahwa memang benar manusia itu kecil dan tak bisa berbuat apa-apa pada saat keempat elemen berdiskusi. Manusia hanya bisa berdiam dan menyaksikan sesaat ‘forum elemen’ yang dalam beberapa menit terjadi di dunia.
Mereka menunjukkan pada manusia akan ayat-ayatNya. Mereka membuktikan akan keberadaan dan keagunganNya. Masihkan manusia berani melanggar dan menjauhiNya?
Tanah, air, api dan udara pun tunduk atas perintah-perintahNya. Mengapa manusia yang diberikan akal dan hati tak mau tunduk atas semua ketentuan yang telah Dia tetapkan?
Semua makhluk yang diciptakan memiliki cara masing-masing untuk berdzikir kepadaNya. Siapa yang mengetahui bahwa lewat ‘forum elemen’ tersebut ternyata mereka saling berdzikir kepada Sang Maha Pencipta? Mengingatkan dan mengajarkan kepada manusia untuk ingat dan mengakui akan adanya Dia.
Tanah merupakan elemen yang setiap hari manusia temui bahkan diinjak selagi manusia masih diberikan kesempatan berdiri di bumi. Tapi, mengapa manusia tak peka dengan bicaranya tanah?
Air ialah elemen yang tak pernah terlepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia. Manusia bisa hidup tanpa makan tapi manusia tak bisa hidup tanpa minum (air). Dielemen ini manusia masih tak menyadari suara-suara dzikir air menyebut-menyebut Sang Kholiq.
Api adalah elemen yang menjadi sahabat bagi manusia tatkala dia kecil. Namun, apabila dia besar akan menjadi musuh yang akan menyambar siapa pun di dekatnya. Bukankan setiap hari manusia juga menggunakan api untuk keperluan sehari-hari? Rontahan api pun ternyata tak mampu mengerakkan hati manusia yang sudah tertutup rapat dengan dosa-dosa yang selama ini diperbuat sehingga dia tak bisa mendengarkan bunyi api dikesunyian malam yang mengajarkan arti penting kehidupan manusia.
Udara pun memiliki peranan penting dalam kehidupan. Disadari ataupun tak disadari manusia selama masih bernafas dia akan menghirup dan mengeluarkan udara. Namun, sorakan udara juga tak bisa mengetuk hati manusia agar bergelitik menyadari bahwa setiap detik manusia menggunakannya. Adakah rasa syukur yang terucap dan teraplikasikan dengan udara yang dihirup tanpa harus membayar sepeser pun? Bayangkan berapa rupiah dan dollarkah yang akan dihabiskan manusia selama dia hidup ketika harus membayar udara yangn dia hirup disetiap detak jantungnya?
Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang dipaparkan oleh empat elemen yang sedang mengadakan ‘forum elemen’. Masing-masing elemen berbicara, berpendapat dan menyanggah dengan khas tanpa disadari oleh manusia sebab hanya segelintir manusia yang bisa memahami arti segala perbuatan yang terjadi oleh empat elemen tersebut.
Setiap saat elemen-elemen itu berbicara sebagai bentuk tunduk dan patuh mereka pada yang menciptakan mereka. Berbeda dengan manusia, setiap saat manusia melupakanNya, hanya berdiam diri seolah-olah tak mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidup di dunia.
Alangkah indah empat elemen itu pada saat berbicara. Kata-kata yang mereka lontarkan adalah ayat-ayatNya. Suara mereka sebagai wujud kebesaran-Nya. Bunyi mereka adalah tanda-tanda yang jelas dan tampak yang diberikan agar manusia menyadari bahwa Dia memang benar memiliki sifat wujud.
Semakin patuhkan kita setelah melihat, mendengar atau bahkan merasakan sendiri empat elemen itu berbicara? Sekilas manusia mengira semua yang terjadi adalah bencana. Padahal, dibalik semua itu mereka bicara untuk mengingatkan dan mengajarkan kepada manusia agar selalu patuh dan tunduk atas semua perintah dan larangan-Nya, agar manusia semakin mendekatiNya. Bukan sebaliknya, malah semakin menjauhkan diri pada Sang Ilahi.
Tak jelaskan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaranNya lewat empat elemen yang berbicara tersebut? Tanyakan pada diri ini, terlalu berlimpah dosakah sehingga diri ini tak menyadari?