Persahabatan dan persaudaraan antara sesama manusia adalah salah satu pemandangan indah yang diciptakan Allah di atas dunia. Terlebih lagi jika persahabatan dan persaudaraan itu didasarkan atasdasar yang paling kokoh, yakni aqidah Islamiyah yang berlandaskan pada ketauhidan.
Namun, bukan berarti persahabatan dengan orang yang berbeda aqidah dan agama dilarang. Bahkan, seorang Muslim diwajibkan untuk berbuat baik terhadap non Muslim yang tidak menyatakan permusuhannya kepada agama Allah.
Seorang Muslim, hendaknya memahami bahwa salah satu bentuk persahabatan dengan non Muslim adalah memberikan petunjuk kebenaran kepada sahabatnya itu. Yakni dengan mendakwahkan cahaya Islam agar sang sahabat selamat di dunia dan akhirat, menjadi penghuni surga dan dijauhkan dari neraka.
Adalah salah satu contoh yang ditunjukkan oleh Ustadz Arifin Ilham, pemimpin jamaah dzikir Az Zikra, yang bersahabat dengan seorang Romo Katolik bernama Peter Bens. Keduanya memiliki hubungan persahabatan yang baik.
Saat Romo Peter Bens sakit keras, 24 September 2011, di Rumah Sakit Saint Carolose, Ustadz Arifin Ilham menjenguknya.
Dalam keadaan sakaratul maut, Ustadz Arifin mmengajaknya masuk Islam.
“Ku ajak beliau untuk menjadi saudaraku dengan menerima Allah dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya terakhir,” kisahnya.
Namun, hidayah memang kehendak mutlak Allah, manusia tidak mampu menetapkan. Romo Peter Bens hingga akhir hidupnya tetap menolak masuk Islam dengan ramah.
“Selalu beliau jawab dengan senyum hingga beliau wafat,” terang Ustadz Arifin.
Hal seperti ini pernah pula terjadi pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperhatikan urusan akhirat salah seorang pembantunya yang berusia remaja yang beragama Yahudi.
Suatu ketika si anak Yahudi ini sakit keras. Nabi pun menjenguknya dan memperhatikannya. Ketika merasa telah mendekati kematian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dan duduk di samping kepalanya.
Beliau ajak anak ini untuk masuk Islam. Si anak spontan melihat bapaknya yang Yahudi juga, seolah ingin meminta pendapatnya.
Si bapak mengatakan, “Taati Abul Qasim (nama kunyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
Dia pun masuk Islam. Setelah itu ruhnya keluar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan rumahnya dengan mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ
“Segala puji bagi Dzat Yang telah menyelamatkannya dari neraka.” (HR. Bukhari 1290).