Kisah Ashabun Ukhdud – Terdapat banyak kisah-kisah masa lalu yang diceritakan di dalam al quran. Kisah tersebut di ceritakan agar manusia dapat mengambil pelajaran dah hikmah dari kejadian kejadian masa lalu yang telah terjadi.
Salah satu kisah yang di ceritakan di dalam al quran ialah kisah mengenai ashabun ukhdud. Ashabun Ukhdud ialah kisah mengenai kaum yang membakar orang-orang beriman dalam sebuah parit atau saluran. Selain itu, cerita ini juga menceritakan tentang orang-orang yang teguh dalam Islam walau dihadapkan dengan kematian.
Kisah Ashabun Ukhdud, Umat yang berpegang dengan keimanan
Kisah ini bermula ketika seorang Raja mengutus pemuda dari kampung yang jauh untuk mempelajari ilmu sihir untuk menjadi pengganti tahtanya nanti. Rute perjalanan yang harus di tempuh dari kampung menuju tempat si Tukang Sihir sangatlah jauh. Didalam perjalanan, ia sampai tempat singgah seorang Rahib yang beriman kepada Allah SWT. Seorang Rahib itu mengasingkan diri di tempat yang terpencil dikarenakan masyarakat menjadikan Raja tersebut sebagai Tuhan mereka.
Tanpa disadari, sang Pemuda tersebut jadi sering kali singgah di tempat sang Rahib itu. Sehingga menyebabkan ia mulai tertarik mempelajari ilmu agama oleh sang Rahib. Namun, selepas mempelajari ilmu agama, sang pemuda masih saja tetap mempelajari ilmu sihir sesuai pinta sang Raja tersebut.
Pada suatu saat ketia ia sedang dalam perjalanan menuju rumah si Tukang Sihir, sang Pemuda menemukan binatang yang sangat besar yang menghalangi jalannya. Kemudian ia terpikir untuk n untuk menguji ajaran mana yang lebih utama, sihir atau sang rahib. Kemudian, ia pun berdoa kepada Allah SWT.
“Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang dibawa oleh rahib dari padaapa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, supaya manusia bisa bebas dari gangguannya.”
Kemudian, Ia melemparkan sebuah batu ke binatang tersebut. Atas izin Allah, binatang besar itu mati dengan seketika. Kemudian, yakinlah si pemuda tentang keutamaan dan kebenaran ajaran sang Rahib, ilmu agama. Alhasil, Ia dikaruniai mukjizat menyembuhkan orang yang sakit belang, buta dan penyakit lainnya.
Pada suatu saat datanglah seorang Pejabat, kerabat dekat sang Raja. Ia meminta untuk disembuhkan dari kebutaannya dengan menjanjikan hadiah yang besar untuk sang Pemuda tersebut.
Namun, sang Pemuda justru menjawab, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan, apabila engkau beriman kepada Allah aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkanmu.”
Alhasil pejabat itu pun beriman kepada Allah, kemudian Allahpun menyembuhkan sakit yang ia derita. Pada suatu saat, tibalah kabar tersebut di telinga sang Raja ketika ia melihat kerabatnya sudah sembuh dari penyakit kebutaan.
“Siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu?” sang Raja bertanya.
Pejabat menjawab, “Rabbku.”
Setelah mendengar jawaban itu, sang Raja murka dan berang. “Apakah kamu mempunyai Rabb selain aku?” Jawabnya, tidak terima.
“Rabbku dan Rabbmu adalah Allah,” ujar sang Pejabat lagi.
Dikarenakan jawaban tersebut, sang Pejabat menuai siksaan dari sang Raja hingga ia mau menunjukkan keberadaan si Pemuda yang telah mengenalkannya dengan ilmu agama. Kemudian dicari dan ditangkaplah sang Pemuda. Betapa terkejutnya sang Raja bahwa pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang ia didik ilmu sihir untuk menggantikan tahtanya nanti.
Raja pun bertanya, “Hai anakku, sungguh sihirmu itu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan kebutaan, sakit belang dan lainnya.”
Tidaklah disangka-sangka sebelumnya, pemuda tersebut justru menjawab, “Sesungguhnya Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan.”
Saat mendengar jawaban yang sama dengan si Pejabat, Pemuda tersebut pun kemudian disiksa sebagaimana si Pejabat disiksa hingga akhirnya pemuda itu menunjukkan keberadaan sang Rahib, yang telah mengajarkan ajaran-ajaran Allah SWT.
Kemudian ditangkaplah sang Rahib, ia dipaksa untuk kembali kepada agama sang raja. Namun ia tetapi tetap menolaknya dan tetap memilih agama Allah. Sang Raja kemudian membunuh sang rahib yang beriman ini dengan cara yang sangat keji dan tidak bermoral. Ia menggergajinya sehingga terbelah menjadi dua bagian. Hal yang sama terjadi pada sang pejabat.
Sang Raja menginginkan kematian yang berbeda pada si Pemuda. Raja memerintahkan pasukannya untuk membawa pemuda itu ke suatu gunung dan melemparnya dari puncak gunung tersebut dan ternyata gagal membunuhnya. Sang Raja pun heran, namun ia tidak berhenti. Ia tetap memikirkan cara lain, tetapi percobaan pembunuhannya tetap saja gagal untuk membunuh sang pemuda.
Setiap kali mereka ingin membunuh, sang pemuda selalu berdoa kepada Allah SWT, “Ya Allah selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.” Maka, atas izin Allah, pemuda itu pun selalu selamat dari akal bulus sang Raja dan kembali kepada Raja dalam keadaan selamat tanpa kurang suatu apapun. Si Raja jahat ini pun merasa bingung mencari cara menghabisi si pemuda. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya sang pemuda memberitahukan kepada Raja cara membunuh dirinya sendiri.
“Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian katakanlah ‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini’ dan panahlah aku dengannya,” jelas sang Pemuda.
Alhasil, sang Raja yang sangat menginginkan pemuda itu dibunuh pun segera melakukan perintah tersebut. Tanpa Raja sadari bahwa ia tidak mengetahui rencana Allah yang Maha Mengetahui.
Hari eksekusi itu pun tiba. Banyak manusia dikumpulkan di suatu tempat, dan Raja mengambil anak panah dari tempat anak panah si Pemuda, kemudian ia panah si pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini.”
Anak panah itu melesat tepat mengenai pelipis si pemuda tersebut. Dengan izin Allah meninggallah sang pemuda tersebut di tangan Raja.
Apakah Raja bersuka cita dengan kematian pemuda tersebut? Tentu saja. Namun, Sang Raja justru dikejutkan dengan pernyataan rakyatnya yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
“Kami beriman dengan Rabb anak ini, kami beriman dengan Rabb anak ini,” seru rakyatnya, berulang kali.
Saat mendengarkan hal tsb, semakin murkalah sang Raja. Ia tidak terima, lalu ia memerintahkan pengikutnya untuk membuat parit-parit di setiap ujung jalan dan menyalakan api di dalam parit tersebut. “Bunuh siapa saja yang tetap beriman kepada Allah” perintahnya.
Kemudian, satu persatu mereka digiring dan dilempar ke dalam parit tersebut dan menemui ajal dengan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Hingga ada seorang wanita yang sedang menggendong bayinya. Ia beriman pada Allah, namun ia tidak tega jika buah hatinya terbakar di dalam api tersebut.
Atas izin Allah, bayi itu pun berkata, ”Wahai, Ibuku! Bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”
Sesaat setelah mendengar ucapan tersebut, dengan tekad yang bulat, ia kemudian siap untuk masuk ke dalam kobaran api untuk mempertahankan keimanannya. Karena sesungguhnya, mereka yang mati terbakar adalah mereka yang beriman dalam agama Allah SWT.
Baca Juga : kisah siksa kubur yang mengerikan
Itulah kisah mengenau ashabun Ukhdud, semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini, dan menambah keimanan kita tentunya.