Komunikasi merupakan sebuah keterampilan dan seni yang membutuhkan pembelajaran dan juga pengalaman. Menurut ilmu psikologi, komunikasi adalah apa yang dikomunikasikan dapat dipahami langsung oleh yang ditujukan. Bila seorang da’i ingin diterima oleh orang lain, khususnya objek dakwah, maka keterampilan dalam berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk itu, seorang da’i harus memiliki persiapan dalam mengikat hati objek dakwah.
Persiapan Diri
Percaya Diri
Jadikan motivasi sebagai bahan bakar, jadikan percaya diri sebagai gas, dan jadikan tahu diri sebagai rem. Percaya dan yakinlah pada diri bahwa kita dapat melakukan komunikasi dengan baik kepada objek dakwah. Dengan percaya diri, da’i menggeser fokus diri dari jebakan ketakutan akan kegagalan dan kerugian ke cara pandang yang optimis tentang berbagai kesempatan dan keberhasilan.
Kenali Karakter Diri
Seorang da’i harus dapat mengenal dan memposisikan diri dalam situasi yang dialami oleh objek dakwah. Dengan cara ini, da’i akan mampu untuk bersikap lebih objektif dalam komunikasi. Da’i juga harus dapat menyampaikan ilmu dengan “bahasa” orang yang menjadi objek dakwah. Khatibun naasa bi lughati qaumihim, berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya.
Persiapan Materi
Kuasailah bahan materi yanga akan disampaikan dengan teliti. Jangan sampai naik panggung tanpa persiapan, menyeberangi lautan tanpa perahu, apalagi menjadi da’i tanpa persiapan sama sekali. Jadi, semua bermula dari membaca.
Persiapan Hati dan Keikhlasan
Open your heart. Apa yang keluar dari hati akan sampai ke hati, apa yang keluar dari lisan hanya akan sampai di telinga saja. Untuk itu, da’i perlu power untuk berbicara dari hati ke hati, yakni memperbanyak amalan-amalan kepada Allah SWT. Insya Allah, apa yang dikomunikasikan dapat mengena ke dalam hati objek dakwah. Bersikap ikhlaslah untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Persiapkan hati dalam menerima hal-hal baru yang mungkin berbeda dengan apa yang diketahui selama ini.
“Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (QS. Asy Syura (42) : 23).
Setelah mengetahui persiapan apa saja yang dibutuhkan, dalam berkomunikasi juga diperlukan suatu trik atau tips khusus agar komunikasi dapat berjalan efektif dalam mengikat hati objek dakwah.
Berikut ini adalah tips-tips dalam berkomunikasi untuk memikat hati objek dakwah:
Berkata benar dengan cara yang menarik
Perkataan hendaklah diisi dengan mendakwahkan kebenaran dan harus dikemas dengan cantik. Sebab kebenaran yang tidak dikemas dengan “apik” akan kalah dengan kebatilan yang dikemas dengan menarik.
Mudah dipahami dan bercita rasa tinggi
Pesan yang dikomunikasikan harus simple dan jelas. Ini menjadi seni tersendiri dari seorang da’i untuk menyuarakan kebenaran dan kesegaran yang mudah dipahami dan kaya arti.
Aisyah r.a. berkata, “Sesungguhnya perkataan Rasulullah SAW cukup jelas dan mudah dimengerti oleh setiap pendengarnya”. (H.r. Abu Dawud)
Ritmik, tidak terlalu cepat
Bicara itu perlu seni. Dalam berkomunikasi diperlukan seni karena seni dapat dinikmati dan berkesan di hati.
“Tidaklah Rasulullah SAW berbicara cepat seperti kalian ini, tetapi beliau berbicara dengan perkataaan yang jelas dan dapat dihafal oleh orang-orang yang duduk mendengarkannya” (H.r. Muslim)
Saking jelasnya perkataan Nabi, sehingga mudah dihitung dan disimak kata demi kata. “Adalah Nabi SAW apabila menceritakan sebuah hadist yang seandainya dihitung oleh penghitungnya, niscaya ia ketahui jumlah perkataan beliau” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Pusatkan perhatian dengan jeda
“Rasulullah SAW jika diam (jeda antara dua perkataan) cukup lama” (H.r. Ahmad dan Isnad Hasan)
Mengulangi perkataan
Untuk memperjelas maksud, Rasulullah biasanya mengulangi perkataan hingga tiga kali, terutama perkataan yang sulit.
Humoris dalam kebenaran
Pecahkan suasana dengan canda tanpa dusta. Dengan humor, maka komunikasi akan tetap fresh dan tidak mudah bosan.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau bercanda dengan kami?” Nabi SAW menjawab, “Aku tidak mengatakan kecuali kebenaran”. (H.r. Tirmidzi)
Menggunakan bahasa nonverbal
Menurut penelitian, komunikasi dengan menggunakan bahasa nonverbal lebih efektif yakni sebesar 93%. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya. Selain itu dapat juga berupa cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Nah, intinya, komunikasi bukanlah sekedar berbicara, tetapi juga melibatkan seluruh sistem yang ada di tubuh kita. Komunikasi diibaratkan sebagai suatu pesan yang bisa menjadi daya tahan dan peubah yang sangat luar biasa pada orang lain. Objek dakwah sangat merindukan komunikasi dari para da’i muda dalam membimbing dan memperdalam Islam secara baik dan sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. So, give the best and get the best.
Juli Trisna Aisyah Sinaga, Bandung
Facebook – Twitter – Blog