Pengamat pasar uang Indonesia, Reza Priambada, mengharapkan pemerintah mengintervensi pergerakan rupiah terhadap dollar AS sesuai dengan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012 (APBN-P 2012) sebesar Rp 9.000.
“Dalam kondisi pasar keuangan yang tidak kondusif, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) diharapkan menjaga nilai tukar rupiah,” kata Reza yang juga Managing Research Indosurya Asset Management di Jakarta, Rabu (16/5/2012).
Ia menambahkan, nilai tukar rupiah yang terjaga diharapkan juga dapat menenangkan pelaku pasar di dalam negeri sehingga investor merasa aman. “Dalam kondisi apa pun, pemerintah diharapkan menjaga kestabilan rupiah. Saat ini rupiah berada dalam kisaran Rp 9.300 per dollar AS, sebelumnya saya perkirakan rupiah hanya tertekan maksimal di Rp 9.200,” katanya.
Menurut data perdagangan mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta, Rabu, nilai tukar domestik melemah 77 poin menjadi Rp 9.355 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.278 per dollar AS.
Ia mengatakan, mata uang berisiko seperti mata uang negara Asia, termasuk Indonesia, tampak kurang diminati. Hal itu dipicu dari dorongan terhadap pelaku pasar menghindar karena ketidakpastian politik di Yunani.
Meski demikian, ia meyakini nilai tukar rupiah akan kembali bergerak stabil seiring dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang terus tumbuh. “Diperkirakan permintaan domestik dengan konsumsi yang kuat dan investasi yang meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2012,” katanya.
Ia memproyeksikan perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh 6,3 persen-6,7 persen di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
Selain itu, dia melanjutkan, iklim investasi yang baik terkait terus didorongnya infrastruktur akan ikut memicu pertumbuhan investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Investasi dalam bentuk pembangunan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan Indonesia,” kata dia.