Mereka yang mencerna pernyataan kaum Nasrani tentang Isa Al Masih, bahwa Al Masih adalah “kalimat” azali –yang selalu ada dan tanpa awalan- yang kelak menjadi manusia, dan pernyataan penganut Law of Attraction [1] bahwa pikiran bisa menjadi kenyataan, akan melihat dengan jelas benang merah hubungan antara dua pernyataan itu.
Hubungan itu bertemu di nenek moyang pemikiran mereka, yaitu para filosof Yunani seperti Anaxagoras, Plato dan lainnya [2]. Mereka mengatakan bahwa akal – yang mereka sebut dengan pencipta (demiourgos)- itulah yang menciptakan alam nyata ini, atau alam materi, dan demiourgos itulah yang memindahkan alam dari alam heoli atau bahan mentah, hingga menjadi terbentuk, atau dari kekacauan menuju keteraturan.
Frederick Copleston, sejarawan yang juga seorang filosof, mengatakan dalam bukunya yang terkenal, A History of Philosophy tentang pemikiran Plato: Kita bisa membahas tentang Reason Divine –akal tuhan- menurut filsafat Plato, sebagai akal dari tuhan “Mind of God” ( jika kita menganggapnya sama dengan tuhan yang satu), dan tentang Forms –wujud, bentuk- sebagai pikiran tuhan –Ideas of God- [3]
Artinya, bahwa Allah – Maha Suci Allah dari kekafiran mereka- tidak pernah menciptakan makhluk dengan perintahNya, tetapi memancarkan, mengemanasi, akalnya (atau pikirannya) bentuk-bentuk yang ditangkap oleh alam semesta di alam materi. Bentuk-bentuk ini dikenal oleh pengikut filsafat Plato sebagai Forms. Dan kebingungan Plato tentang masalah ini sudah jelas. Bahkan semua pendapat Plato tentang ketuhanan tidak berguna. Saya menukil pendapatnya ini, karena Plato adalah orang pertama yang menyatakan bahwa alam diciptakan dengan perantaraan akal. Agar diketahui bahwa ada hubungan antara kekafiran di masa lalu dan masa kini.
Tapi apa hubungan antara madzhab filsafat kuno ini dengan pernyataan kaum Nasrani dan penganut Law of Attraction? Sedangkan kaitan antara mazhab Plato dengan keyakinan Nasrani, maka sudah jelas bagi yang mengamati pernyataan Yohanes di awal injilnya, yang menjelaskan tentang Isa Al Masih –Alaihissalam- :
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. [Yohanes, 1:1]
Dalam versi bahasa Yunani, digunakan kata logos untuk kata firman, atau kalimat. Logos adalah istilah yang penuh makna dalam filsafat. Kata logos merupakan cabang dari kata lego, yang memiliki makna ucapan, atau kata, yang kemudian menjadi akar dari kata lexicon dalam bahasa Inggris, yang bermakna kamus. Kata lego juga mengandung makna akal, yang menjadi akar dari kata logic dalam bahasa Inggris, yang artinya adalah logika. Makna kata ini mempengaruhi para penterjemah filsafat yunani ke bahasa arab, mereka memberikan makna orang berakal dengan kata nathiq, yang berasal dari kata dari bahasa Yunani (logos) yang memiliki makna bicara, dan pada saat yang sama memiliki makna akal.
Di sini kita tidak mempedulikan apakah asal dari injil Yohanes adalah dengan bahasa Yunani, atau diterjemahkan ke bahasa Yunani dari bahasa Assyrian. Jika kita merujuk pada kamus Assyrian yang diakui, maka kita akan mendapati kata “miltsa” yang digunakan dalam injil bahasa Assyrian untuk makna kalimat, juga memiliki makna akal. [4] Bisa jadi hal ini adalah pengaruh filosof Yunani pada Assyrian.
Dan Yohanes, penulis injil Yohanes, dikenal terpengaruh oleh ajaran gnotik esoteris yang tersebar pada saat itu, yang mana merupakan mazhab sekunder turunan filsafat yunani. Maka kita tidak dapat memahami kalimat Yohanes dengan tepat kecuali dengan memahami latar belakang filsafat dari kata logos. Ketika kita merujuk pada buku-buku karya filosof Yunani kita dapati bahwa kata logos tertulis di buku-buku Aristoteles dengan arti bicara, penjelasan, dan makna serupa. Sedangkan dalam tulisan Heraclitus, kata logos memiliki makna-makna yang bisa disebut makna filosofis, tetapi tidak sampai memberi pengaruh pada makna kalimat bagi kaum Nasrani, sampai kemudian muncul para filosof mazhab Stoics, pengikut Zeno of Citium, yang muncul pada abad 3 sebelum Masehi.
Para filosof penganut Stoics menjadikan alam ini terdiri dari dua unsur –seperti diungkapkan oleh Diogenes-:Unsur negatif, yaitu bahan mentah yang pasif, dan memiliki potensi untuk bereaksi.Unsur positif, yaitu logos atau akal fa’al yang mempengaruhi bahan mentah, lalu membuatnya berbentuk. [5]
Atau dengan kalimat yang lebih mudah dipahami, alam semesta adalah bahan mentah yang dibentuk oleh logos, atau akal, yang menjadikannya ada, seperti yang kita lihat. Maka menurut stoics, logos disebut sebagai tuhan yang azali, yang tak pernah berawal, yang menciptakan berbagai bentuk materi. [6]
Maka mereka meyakini adanya dua pencipta: (illat pertama) yang mereka gunakan untuk tuhan yang satu, yang merupakan sumber pancaran bagi akal. Dan satu lagi pencipta, yaitu logos, yang memancar lalu menciptakan bentuk alam semesta, maka setiap berakal mendapatkan bagian dari logos. Maka logos ini terkadang disebut akal kulli, karena menurut mereka, merasuk ke seluruh alam semesta. Inilah yang menjadi dasar bagi pendapat yang mengatakan bahwa alam semesta adalah atom yang sadar atau berakal, yang akan kita bahas kemudian. Dan mazhab stoics adalah bentuk halus dari filsafat Plato.
Saya akan membuat permisalan tentang mazhab ini, agar lebih mudah dipahami. Apakah anda pernah melihat dengan detil ke layar televisi? Anda akan mendapati bahwa gambar yang nampak di layar tv hanyalah titik-titik yang sangat kecil, yang dikenal dengan unsur, atau pixels. Jika anda mengarahkan remote ke televisi dan mengganti setasiun tv, maka piksel akan berubah, maka anda bisa melihat fulan dan fulan, pohon dan sungai, langit dan bumi.
Salah satu yang terpengaruh dengan pemikiran filsafat stoics ini adalah filosof Yahudi yang bernama Philo. Dia menganggap logos sebagai (demiourgos), atau pencipta perantara antara tuhan yang satu –mereka sebut dengan causa prima- dan alam materi, persis seperti keyakinan para filosof pendahulunya. [7]. Dan asal muasal dari keyakinan zindiq mereka, dan para pengikut mereka dari golongan filosof esoteris kebatinan, seperti Ibnu Sina dan Ikhwan Shafa, mereka mengaakan bahwa Allah adalah satu yang mutlak dan tidak membanyak. Maka tidak menciptakan banyak makhluk tanpa ada perantara, karena pasti akan terpengaruh dengan makhluk yang banyak, dan ini adalah bertentangan dengan ajaran tauhid menurut mereka. Maka di sini harus ada perantara, yaitu akal pencipta yang memancar dari causa prima, lalu menciptakan makhluk, sementara causa prima tetap terbebas dari berbanyak. Kami tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang kerusakan pendapat ini, Ibnu Taimiyah telah menjelaskan batilnya pendapat ini di banyak bukunya. Tujuan kami di sini adalah menjelaskan keyakinan mereka.
Pemikiran filsafat stoics yang dibawa Philo mempengaruhi Yohanes, yang menulis Injil yang dikenal dengan Injil Yohanes, yang mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah kalimat, sesuai dengan konsep keyakinan filsafat tentang akal fa’al. Dari pengaruh ini kita bisa memahami ucapan Yohanes: Pada mulanya adalah Firman [dalam bahasa Yunani, logos]; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Menurut mereka, Allah menciptakan akal (logos) akal ini bersifat azali, [tanpa awal], karena memancar dari yang azali, inilah yang dimaksud dalam ucapan Yohanes:
Pada mulanya adalah Firman [dalam bahasa Yunani, logos]; Firman itu bersama-sama dengan Allah, yaitu sejak awal. Awalnya akal ini memancar dari Allah, maka menjadi tuhan. Inilah pendapat filsfat stoics seperti dijelaskan di atas.
Jika Isa Al Masih –alaihissalam- sebagai logos bagi kaum Nasrani, yang sama dengan akal fa’al bagi kaum pengingkar hari akhir, maka sudah semestinya bahwa Isa Al Masih adalah pencipta perantara yang menciptakan segala sesuatu. Inilah yang diungkapkan oleh Yohanes dengan jelas dalam Yohanes 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dan dalam Yohanes 1:10 : dan dunia dijadikan oleh-Nya. Dalam dua ayat di atas, yang dimaksud adalah dengan melaluinya, dengan perantaraannya, seperti ditegaskan dalam teks asli bahasa Yunani: autou’di
Ada lagi yang harus kita perhatikan dari ucapan Yohanes, yaitu dalam Yohanes 1:14 : dan Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita. Karena dengan ayat inilah gambaran akan menjadi jelas. Logos adalah pikiran, atau ucapan batin [8] yang memancar dari Allah –Maha suci Allah dari segala pendapat sesat mereka- lalu berubah menjadi tubuh di alam materi, atau menjadi hakekat yang nyata, atau kejadian yang nyata. Karena Allah adalah azali, tanpa awal, maka begitu juga pikiran yang memancar dari Allah. Pikiran yang bersifat azali inilah yang menjadi contoh tertinggi bagi setiap pemikiran, bahkan pikiran itu adalah (akal kulli) atau universal logos yang menjadi sumber bagi akal dan pikiran semua makhluk. Perhatikan kesamaan antara keyakinan para pengingkar hari akhir tentang demiourgos dan keyakinan Nasrani tentang logos.
Kesamaan antara keyakinan Nasrani dan para pengingkar hari akhir mengajak kita untuk membahas tentang keyakinan esoteris kebatinan yang lama tapi baru, yang disebut dengan Law of Attraction. Keyakinan ini dibangun di atas gambaran kaum pengingkar hari akhir tentang logos, atau akal fa’al (demiourgos). Manusia adalah makhluk yang berakal, berpikir dan memiliki kesadaran. Manusia bisa mengadakan perubahan pada alam materi di sekitarnya dengan akal dan pikirannya. Maka manusia adalah bentuk kecil dari tuhan yagn satu, yang menciptakan alam materi dengan perantaraan akal fa’al (demiourgos). Manusia bisa bermeditiasi, maka terbentuklah ucapan akal dan pikiran di otaknya, lalu terhubung dengan logos yang merasuk ke seluruh atom di alam melalui frekuensi, lalu dari pikiran itu terbentuklah atom-atom, maka pikiran menjadi tubuh yang nyata.
Mereka yang mengingkari bahwa maksud Law of Attraction berbeda dari yang kita jelaskan di atas, yaitu menyaingi penciptaan Allah, dan klaim bahwa kita adalah makhluk dengan akal, dan menciptakan akal, bisa membaca ucapan penulis paganisme, Alice Bailey yang menyatakan pada tahun 1922 dalam bukunya: The Consciousness of the Atom, dia berkata:
Manusia menunjukkan aktifitas akal, manusia bisa mencintai dan berempati, dan ditambah lagi dengan satu faktor yaitu keinginan yang logis. Manusia adalah tuhan dalam bentuknya yang kecil. Manusia bukan hanya sekedar sadar, tapi sadar dengan sendirinya, manusia membangun jasad penampakan khusus bagi dirinya sendiri, persis seperti yang dilakukan oleh logos, tetapi dalam skala yang lebih kecil, manusia mengontrol dalam sistemnya yang kecil dengan sebuah hukum yang luar biasa, yaitu law of attraction and repulsion, hukum tarik menarik dan penolakan, seperti yang dilakukan oleh logos. [9]
Jika manusia adalah tuhan bagi alamnya yang kecil, memiliki kesadaran sendiri, memiliki keinginan, maka dia mampu untuk membuat jasad penampakan, yaitu menciptakan pikiran yang menciptakan realitas, sebagaimana Allah – Maha Suci Allah dari hal ini- menciptakan di dalam dirinya dengan cara memancarkan akal atau pikiran (logos) yang kemudian menciptakan alam materi.
Inilah yang diungkapkan oleh Rhonda Byrne –secara hakiki, bukan metafora/majaz- dalam The Secret :
Rahasia ini berarti bahwa kita adalah pencipta Semesta kita, dan setiap keinginan yang ingin kita ciptakan akan mewujud dalam hidup kita [10].
Kita –naudzubillah- adalah tuhan-tuhan kecil yang bersama-sama sang khaliq menciptakan makhluknya. Seluruh orang berakal telah mendapat pancaran akal dari “akal fa’al”. Sebanyak pancaran yang memancar dari akal fa’al, maka pikiran manusia bisa menciptakan alamnya sendiri yang kecil, yang merupakan bagian dari alam semesta. Artinya setiap manusia meimliki remote, yaitu akal, yang bisa merubah sebagian dari layar televisi besar, yaitu alam semesta. Mereka menggunakan kata niat, dan kadang kesadaran, untuk mengungkapkan pancaran akal. Jika mereka ingin memberikan sentuhan akademis dan logis, maka mereka sebut dengan energi. Tapi pada hakekatnya bahwa nama-nama yang berbeda adalah mengungkapkan makna yang sama.
Keyakinan pagan ini membawa mayoritas pemeluknya untuk meyakini bersatunya alam dengan tuhan, tidak ada beda antara pencipta dan makhluk, semua adalah satu. Tetapi mereka menyembunyikan keyakinan ini di balik istilah-istilah yang nampaknya ilmiah, seperti : quantum condensation atau istilah lainnya, untuk membuat orang awam menerima. Tetapi keyakinan mereka pada persatuan manusia dengan tuhan tidaklah aneh. Para nenek moyang pemikiran mereka percaya bahwa “akal faal” yang menciptakan semesta telah merasuk ke seluruh atom alam, menjadikan alam berajal. Maka sudah wajar jika dalam mazhab mereka tidak ada antara akal dan yang menjadi objek akal. Keduanya adalah akal. Ini menjelaskan bagi kita apa yang menjadi maksud Alice Bailey dalam bukunya di atas: The Consciousness of the Atom: seluruh atom di alam adalah memiliki akal, atau memiliki kesadaran, dan bisa dikontrol dengan alat kontrol jarak jauh (akal) karena memiliki kesamaan unsur inti.
Salah satu penggerak Law of Attraction, Deepak Chopra [11], mengatakan:
Dengan kesadaran, kita bisa membentuk alam semesta. Kondisi asal atau dasar kita adalah kesadaran penuh. Anda melihat kota New York di belakang saya, tetapi kota New York bukan di belakang saya, tetapi di kesadaran anda. Tidak ada sesuatu apa pun yang keluar dari kesadaran.
Lalu memberikan sifat ketuhanan pada kesadaran atau akal ini: kesadaran ini ada di luar waktu dan tempat, di atas temapt dan waktu, maha tinggi, tidak memiliki batas.
Artinya, kita dan alam semesta hanya sekedar kesadaran. Kita adalah alam, dan alam adalah kita. Deepak memberikan dalil bagi persatuan makhluk dan tuhan dengan ucapan Jalaludin Rumi: engkau bukanlah tetesan air di samudera, engkau adalah seluruh samudera di dalam setetes air.
Lalu Chopra membahas tentang atom-atom di alam, yang di atas saya ibaratkan dengan unsur atau piksel di layar televisi. Kata Chopra: tetapi kesadaran membawa awan-awan yang berisi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi tempat bagi gambaran berpikir yang memiliki potensi, yang ada di kesadaran pribadi anda. Dan dengan niat, yang memiliki fungsi mengarahkan remote ke layar televisi, “ anda memulai menampakkan sesuatu, anda tidak menampakkan sesuatu sendirian, tetapi di dalam proses penciptaan bersama misteri yang kita sebut Allah. (in co-creation with the mystery that we call “God”).
Lalu Chopra menjelaskan syirik yang nyata ini: ketika anda memperpadat awan kemungkinan [ mengumpulkan atom-atom alam yang memiliki akal dan kesadaran] dengan niat, ini yang akan terjadi: anda menalami pengalaman di dalam pikiran anda, seperti anda mendapatkan pengalaman di luar diri anda, yaitu alam semesta. Tetapi pada hakekatnya, keduanya terjadi di dalam diri anda. Alam luar adalah gambaran simbol dari model pikiran yang dihasilkan oleh quantum condensation di tingkatan tinggi. Yaitu dihasilkan dari proses tarik menarik atom yang menghasiklan gambaran atau makhluk.
Setelah menggambarkan syirik kuno dengan metode ilmiah dan akademis modern, Chopra menambahkan: bisa jadi bahasan ini akan terasa berat, tetapi sains mengarah ke arah ini, tanpa anda, maka tidak akan ada alam, atau jika tidak ada wujud yang berkesadaran, tidak akan ada alam.. engkau adalah bagian dari medan yang lebih besar dari kesadaran, misteri yang kita sebut dengan Allah.
Allah dan kesadaran, atau akal, bagi mereka adalah dua nama bagi hakekat yang satu. Karena manusia adalah bagian dari kesadaran ini, maka manusia adalah juga pencipta. Maha Tinggi Allah dari perkataan mereka.
Ini juga yang diucapkan oleh wartawan Amerika terkenal, bernama Lynne McTaggart dalam bukunya Lynne McTaggart. The Field: the Quest for the Secret Force of the Universe, dia mengatakan:
Manusia dan makhluk hidup lainnya terdiri dari energi, di medan energi, terikat dengan segalanya di alam ini. Di badan kita tidak ada perbedaan antara saya dan orang lain, bagi semesta, semuanya adalah medan energi yang satu. [12]
Lynne juga menegaskan ketika diwawancarai oleh Alan Steinfeld, bahwa kesadaran adalah pencipta. Lynne juga menukil dari mereka yang disebutnya sebagai para ilmuwan, yan mengatakan bahwa jika saat itu orang tidak melihat ke Hitler maka Hitler tidak akan pernah terwujud. Lynne juga menukil ucapan para ilmuwan itu, yang mengatakan bahwa alam bisa hilang saat orang tidur. 13. Perhatian dan kesengajaan untuk melihat itulah yang memadatkan atom-atom alam lalu membentuk makhluk. Jika orang yang membuat gambar tidak ada, maka gambar pun tidak ada.
Pada tahun 2007, si penyembah berhala yang sesat ini menulis sebuah buku yang berjudul The Intention Experiment, atau pengalaman niat. Yang dimaksud dengan niat menurut Lynne adalah mengarahkan akal pikiran untuk merubah alam, atau memadatkan awan kemungkinan, seperti dijelaskan oleh Chopra di ataas. Saya tidak akan menukilkan teks buku itu, karena takut menjadi tertlalu panjang, tetapi cukup melihat keterangan dalam sampulnya : “temukan tempatmu di dalam percobaan terbesar yang membahas tentang kemampuan pikiran untuk mengatur materi”. Hakekat buku ini adalah menghidupkan kembali dualisme antara akal dan materi, menurut kaum stoics, bahwa akal adalah pencipta materi, seperti yang dijelaskan di atas.
Tetapi yang paling mengherankan dari semua ini, buku ini diterjemahkan dalam bahasa arab di bawah pengawasan Dr Shalah Ar Rasyid yang memujinya: saya baru memahami praktek niat setelah membaca buku ini. Buku ini benar-benar merupakan lompatan yang besar tentang makna kalimat: hidup ini adalah niat dan memfokuskan niat. Jika anda ingin paham cara meraih apa yang anda inginkan dalam hidup ini dengan niat, maka buku ini mengantarkan anda ke sana. [14]
Ketika Dr Shalah Ar Rasyid ditanya dalam sebuah acara dialog di televisi: apakah niat lebih kuat dari doa untuk menarik apa yang anda inginkan? Dia menjawab: pasti, niat adalah yang pertama, niat adalah asal dari segala sesuatu, termasuk doa dan amal. [15]. Dr Shalah Ar Rasyid melangkah lebih jauh dari itu, dia menyebarkan sebuah riset barat yang disebutnya sebagai membingungkan, intinya bahwa doa bisa menimbulkan dampak negatif, seolah dia belum pernah membaca ayat : Al Furqon 77. Bahkan Dr Shalah Ar Rasyid menafsirkan hadits Nabi: innamal a’maalu binniyyat, katanya: hadits ini memiliki banyak penafsiran, satu penafsiran yang menurut saya paling tepat adalah: peristiwa akan terjadi karena niat. [16]. Dengan ini Shalah Ar Rasyid memberikan justifikasi pada Chopra dan McTaggart, yang menjuluki Dr Shalah Ar Rasyid sebagai Deepak Chopra –nya Timur Tengah. [17]. Dr Shalah memberikan justifikasi kesesatan mereka berdua, yaitu meyakini bahwa pancaran akal, atau kesadaran, atau niat itulah yang menciptakan makhluk dan apa yang dilakukan oleh makhluk.
Upaya untuk mengislamkan paganisme barat, dengan atas nama pencerahan dan logika, bersumber dari perasaan minder yang sudah akut, dan dari kecenderungan untuk meniru semua yang datang dari barat. Para filosof esoteris Islam sudah pernah melakukan hal ini, mereka menjustifikasi kesesatan filsafat dengan hadits palsu, untuk menguatkan posisi akal, persis sama seperti yang dilakukan oleh mereka yang berusaha mengislamkan ajaran paganisme barat.
Filosof esoteris di masa lalu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: Makhluk yang diciptakan pertama kali oleh Allah adalah akal. Lalu Allah berfirman: majulah, lalu akal itu maju, lalu Allah berfirman: mundurlah, lalu akal itu mundur. Lalu Allah berfirman: Demi kemuliaanKu, aku tidak pernah menciptakan makhluk yang lebih mulia di sisiku daripada kamu, denganmu aku mengambil, denganmu aku memberi, untukmu pahala, dan bagimu hukuman. [18]. Sejarah pun berulang kembali.
Mereka yang terfitnah akan hal ini, -meski penuh dengan kontradiksi- menuduh lawan mereka tidak memahami maksud ucapan mereka. Mereka adalah orang-orang khusus yang mengetahui inti dan batin dari ilmu, lalu meninggalkan kulit ilmu pada kita semua. Mereka beralasan, bahwa kita tidak mengikuti perkembangan ilmu yang terbaru di dunia barat. Tapi kita berhenti di akhir pencapaian pendahulu kita. Ini adalah bentuk penyesatan pada orang awam, karena apa yang mereka anggap sebagai perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan, pada hakekatnya adalah syirik yang sudah kuno, seperti kami jelaskan di atas.
Apa yang mereka anggap sebagai sains pengetahuan adalah daging onta yang kurus –maksudnya adalah omong kosong-, yang ada di gunung yang curam, bukan lembah yang mudah dicapai, dan bukan daging yang gemuk, maka layak untuk diraih. –Maksudnya adalah tidak berguna-. Saya menantang para pendukung Law of Attraction untuk membuktikan bahwa Law of Attraction yang mereka sebarakan berbeda dengan konsep syirik filsafat dan Nasrani, yang meyakini bahwa akal adalah yang menciptakan alam semesta. Mereka takkan mampu.
Law of Attraction sudah dibahas oleh para pemeluk esoteris kebatinan theosofi sejak 100 tahun yang lalu, seperti saya jelaskan di makalah satu lagi. [19]. Dan keyakinan bahwa manusia mampu merubah takdir dengan Law of Attraction, dan jika anda memikirkan sesuatu yang kita inginkan, maka pasti akan datang, ini bukanlah sains. Jika kita kembali pada keyakinan stoics, mereka menyebut logos dengan takdir, karena mereka meyakini keterkaitan pancaran pikiran dengan terjadinya sebuah perisitwa. Diogenes menceritakan ajaran mereka: takdir memiliki definisi yaitu rangkaian sebab akibat yang tidak pernah selesai, yang membuat sesuatu terjadi. Atau takdir adalah logos, atau alur yang diikuti oleh alam semesta. [20]
Perhatikan bagaimana mereka membawa syirik yang lebih parah dari syirik kaum Nasrani, kepada umat muslim. Kaum Nasrani meyakini bahwa Isa Al Masih, bersama Allah, ikut menciptakan makhluk. Sedangkan para penganut Law of Attraction meyakini bahwa seluruh manusia, baik nabi atau bukan nabi, bersama Allah menciptakan makhluk, dan mampu mengontrol takdir Allah.
Wahai mereka yang tertipu oleh slogan dan janji palsu, sadarlah, anda tidak akan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditakdirkan oleh Allah kepadamu, meskipun anda menghabiskan hidup dengan berkonsentrasi dan meditasi.
Seorang penyair berkata.
Jika ada rezeki bagi seseorang yang tersimpan di batu yang keras
Di dasar samudera, dan batu itu halus, tak ada pojoknya.
Maka Allah akan membuat batu itu terbelah
Hingga rezeki yang ada di batu itu sampai ke tangan pemiliknya.
Sungguh rugi jika engkau mengeluarkan uang, tapi yang engkau dapat adalah perhiasan dunia yang membuat rugi akhiratmu.
Ustadz Faishal bin Ali Al Kamili
____________________
1. Law of Attraction, seperti yang dijelaskan dalam buku The Secret dan buku-buku serupa.
2. Plato. The Timaeus of Plato, R. D. Archerhind, ed. (London: McMillan and Co., 1888), pp. 10-40.
3. Frederick Copleston. A History of Philosophy (Image Books, 1993), vol. I, p. 193.
4. Kamus Louis Costaz hal 138, dan Compendious Syriac Dictionary hal 275.
[5] Diogenes Laertius, VII, 134 (pp. 238-239).
[6] Diogenes Laertius, VII, 134 (pp. 238-239).
[7] William Reese. Dictionary of philosophy and Religion (New Jersey: Humanities Press, 1996), p. 571.
[8] Pendapat mazhab Asy’ari tentang kalam Allah yaitu satu makna yang berdiri sendiri tidak berbagi, dan mereka menyebutnya dengan “kalam nafsi” mengambil dari gambaran para filosof tentang logos atau akal fa’al.
[9] Alice Bailey. The Consciousness of the Atom (Lucis Trust, 1989), p. 69.
10. The Secret hal. 133.
11. Lihat rekaman Deepak Chopra di Youtube, judul arabnya: كيف تظهر الاشياء في حياتك
[12] Lynne McTaggart. The Field: the Quest for the Secret Force of the Universe (Harper Collins Publishers, 2001), “prologue”.
13. Lihat di Youtube Lynne McTaggart interviewed by Alan Steinfeld /New Realities
[14] http://www.alrashed.net/products/PublicationDetails61.htm.
[15] انظر على يوتيوب: (قناة الرسالة الفضائية – لقاء الجمعة – د. صلاح الراشد)، الدقيقة: 0:54:33
16. Bisa dilihat di link berikut.
17. Bisa dilihat di youtube dengan judul
: (لين ماكتاجريت/ تتحدث عن تجربة إرسال النية يوم 11 سبتمبر)، tepatnya pada menit ke 0:15.
18. Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah, jilid 11 halaman 230
19. LoA, dari rahasia ke sihir.
[20] Diogenes Laertius, VII, 149 (pp. 252-253).