“Orang yang mampu memanajeman diri kita adalah diri kita sendiri”
Selama ini mungkin kita banyak terlenakan dengan aktivitas sehari-hari atau agenda sehari-hari yang cukup padat bahkan tersusun rapi setiap jam yang akan dilewati. Tetapi, kita melupakan satu hal yakni manajeman diri.
Manajeman diri yakni pengelolaan dan pengaturan pada diri kita sendiri. Orang yang mampu memanajeman dirinya kemungkinan besar akan mampu pula memanajeman waktu, pikiran, keuangan ataupun hal lainnya, sehingga manajeman diri menjadi aspek terpenting yang harus lakukan terlebih dahulu.
Seorang muslim memanajamen diri dengan cara mengatur diri agar mampu melaksanakan amal sholeh dan berbagai kebaikan serta menahan diri dari keburukan dan hawa nafsu duniawi.
Manusia akan beramal sholeh dan melakukan kebaikan-kebaikan jika dirinya mampu menguasai dan mengendalikan diri masing-masing (pengaturan diri). Lewat amal sholeh dan berbuat kebaikan, diri ini dipaksa atau dibiasakan agar melakukan segala amal sholeh seperti halnya sholat wajib, membaca Al Qur’an, membayar zakar, bersedekah, tolong menolong dan berbagai kebaikan lainnya. Semua itu perlu dimanajeman agar diri ini mampu untuk melaksanakannya. Jika tidak dimanajeman maka hanya akan dilaksanakan satu hal saja atau tak ada terlaksana akibat tidak adanya manajeman diri.
Jika diri ini tidak dimanajeman, maka ia akan bergerak bebas sesuka hati tanpa ada rambu-rambu yang mengingatkannya.
Kita ambil satu contoh terkait sholat wajib secara berjamaah, jika seseorang tak memanajeman diri untuk melakukan sholat wajib lima kali secara berjamaah maka dia hanya akan melakukan sholat sebatas menggugurkan kewajiban. Lebih fatal lagi, jika tak mendirikan sholat. Akibat diri yang tak terkendalikan.
Maka dari itu, manajeman diri menjadi sangat penting bagi seorang muslim agar dia mampu memanajeman amal ibadahnya dan berbagai kebaikan-kebaikan lainnya.
Dari manajamen diri itulah keburukan-keburukan dan hal-hal yang tak bermanfaat mampu terminimalisir sehingga diri ini akan selalu patuh dan taat pada perintah-Nya.
Seandainya tidak dimanajeman diri ini akan ada kemungkinan keburukan dan hal-hal negatif akan dilaksanakan oleh diri manusia. Dari keburukan dan hal-hal negatif yang membuat manusia berani membantah perintah-Nya malah melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Manajeman diri secara tidak langsung mengatur diri agar berada di dalam jalur kebenaran. Walaupun secara tidak sengaja terkadang manusia keluar dari jalur. Tetapi, dengan manajeman diri dia mengembalikan kembali dirinya ke dalam jalur kebenaran tersebut. Sebuah jalur yang akan menuntun manusia pada jalan yang akan bermuara pada keridhoan-Nya.
Hanya segelintir orang yang mampu memanajeman dirinya. Sebab, setiap orang harus dihadapkan pada dua pilihan. Jika dia mengikuti pikiran dan hati jernihnya maka manajamen diri mampu dia lakukan manajeman diri. Tapi, jika dia hanya mengikuti kemauan nafsu dunia maka secara brutal dia akan bertindak tanpa mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya sehingga dirinya tak termanajeman secara baik.
Orang yang mampu memanajamen diri, dia juga akan mampu mengendalikan dirinya dari berbagai hal-hal yang akan merugikan dirinya. Kebaikan pun akan membersamainya.
Dengan manajeman diri tidak hanya diri sendiri yang akan merasakan manfaatnya, orang disekitar kita pun akan merasakan manfaat dari manajeman diri yang dilakukan.
Cahaya kebenaran selalu membersamai orang-orang yang mampu memanajeman diri. Dari manajeman diri itulah yang akan membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan dan beramal sholeh.
Dengan realita seperti sekarang ini. Apakah kita akan tetap tak mampu memanajeman diri? Atau kita berusaha memanajeman diri ini agar kelak kebahagiaan akan diperoleh?
Jika kita tak mampu memanajeman diri sendiri, bagaimanakah kita akan mampu memanajeman hal-hal lainnya? Bukankah kita hidup dalam berbagai hal?
Satu hal yang perlu kita perbaiki dari sekarang adalah manajeman diri, agar kita mampu mengenali dan mengendalikan diri ini supaya tetap berada dalam kebenaran. Setiap orang pasti ingin berada dalam kebenaran. Terkadang, kondisi dan situasilah yang membuat dirinya harus beranda di luar jalur kebenaran.
Manajeman diri adalah suatu hal mendasar yang perlu dibangun dari sekarang. Sebab, dia akan berkelanjutan hingga manusia tutup usia, maka berakhir pula manajeman dirinya.
Jika kita ingin kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka manajemanlah diri kita dari sekarang agar keridhoan-Nya mampu diperoleh. Dengan melakukan manajamen amal ibadah dan kebaikan-kebaikan kepada sesama manusia menjadi sebuah sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Manajamen diri membuat kita mengenal dan mengendalikan diri dengan bimbingan Ilahi agar manusia senantiasa menyebut dan mengingat-Nya dikala apapun. Pada saat sedih tetap ingat Dia, dikala bahagia pun akan tetap ingat-Nya.
Diri kita akan lebih terarah dan teratur dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kita pun akan terhindar dari berbagai keburukan-keburukan yang akan merusak hati dan pikiran manusia sehingga membuat manusia semakin jauh dengan Rabbnya.
Manajemanlah diri kita sendiri sebab diri kitalah yang mampu memanajeman diri ini. Tak ada satu orang pun yang mampu memanajeman diri orang lain sebab setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan diri masing-masing. Dia sendirilah yang akan menentukan akhir dari kehidupannya. Jika ingin berakhir dengan senyuman dan kebahagiaan maka dia akan memanajeman dirinya untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Penguasa. Tapi, jika dia ingin mendapatkan kepedihan dan kesedihan yang tak berujung maka tinggalkan manajeman diri sehingga diri ini bebas untuk melakukan apapun tanpa terbatasi oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat ataupun agama.