Bagai beberapa orang, marah merupakan sikap yang wajar ketika ada hal yang tidak baik terjadi kepada kita, misalnya dihina, diremehkan, atau diejek. Tapi, kita sebagai muslim, tentu sudah hafal diluar kepala, sebuah hadits yang menganjurkan untuk tidak marah.
Berilah wasiat kepadaku.’ Nabi bersabda:’Jangan marah.’Maka beliau mengulang-ulang:’Jangan marah'”(HR. Bukhari )
Saat ini hadits tentang anjuran tidak marah tersebut sudah seperti hal yang wajib dihafalkan di sekolah-sekolah Islam terpadu. Tujuannya agar sejak kecil anak paham bahwa menahan marah akan mendatangkan surga baginya.
Namun, tidak kita pungkiri sebagai orang dewasa kita justru kadang yang bersikap kekanak-kanakan. Marah kepada saudara sendiri hanya gegara rebutan harta warisan, tidak bertegur sapa karena rebutan tanah keluarga, atau hal remeh temeh lain yang bersifat duniawi.
Islam agama yang sempurna, bukan hanya melulu mengurus tentang surga dan neraka, namun juga mengatur bagaimana sikap yang seharusnya kita lakukan saat kita marah. Berikut ini hal-hal yang dapat kita lakukan saat kita marah.
Membaca isti’âdzah (doa mohon perlindungan) dari setan.
Diriwayatkan dari Sulaimân bin Shurd Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah saling caci. Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya, dan urat lehernya tegang. Beliau bersabda, “Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, niscaya akan lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan: a’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya (HR. al-Bukhâri)
Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui (al-A’râf/7:200)
Mengambil air wudhu.
Dari Athiyyah as-Sa’di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.
Tahan dengan diam.
Dari Ibnu Abbaas dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
Barang siapa marah, hendaknya diam (dulu)
Duduk atau berbaring
Dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring (Hadits shahih)
Ingat keutamaan menahan marah.
Dari Muâdz Radhiyallahu anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan [Hadits shahih].