Masih Tentang Rokok

Bagi diri saya sendiri saya mengikuti pendapat kebanyakan guru saya yang mengharamkan rokok. Meskipun demikian, saya selalu berusaha bersikap tawassuth di dalam masalah seperti ini.

Saya percaya betul bahwa sebagihan besar dari kita ini mengerti dan menyadari bahaya rokok. Akibat yang di timbulkannya kepada kesehatan ataupun efeknya yang begitu menguras finansial pemakainya.

Sepanjang pengetahuan saya, merunut pendapat ulama’ yang memakruhkan rokok, yang paling ekstrim dari mereka yang memakruhkan itu menyatakan bahwa :

Pemakai rokok dihukumi sebagai mahjur ‘alaih. Para pemerhati fikih memaknai mahjur alaih sebagai personal yang di boikot seluruh transaksi – transaksi finansialnya. Disamakan dengan status anak kecil bahkan disamakan dengan orang gila.

Terlepas dari itu, saya juga bisa memahami jika asap rokok sangat mengganggu lingkungan. Aroma tembakau serta cengkih yang di bakar sangat menyengat dan menusuk hidung. Kombinasi semua ini akan bisa Anda rasakan sempurna jika Anda ada di dalam angkot yang penuh sesak dengan penumpang di dalamnya. Lalu kernet angkot itu menarik ongkos angkotnya sambil asyik mengulum rokok di mulutnya.

Dan saya yakin Anda sudah mengetahui bahwa, “Sebagaimana manusia merasa terganggu terhadap sesuatu, maka para malaikat pun sama, mereka merasa terganggu juga dengan sesuatu itu.”

Manusia tidak menyukai aroma yang menyengat, ataupun busuk. Maka malaikat juga tidak menyukainya. Di dalam fikih disebutkan para malaikat rahmat dan khafadhah akan menjauhi tempat yang berbau busuk seperti kakus, kamar mandi, comberan dan sebagainya.

Jika demikian, maka di saat seseorang sedang asyik merokok, maka pada saat yang bersamaan para malaikat pergi sementara menjauhinya. Menjauhnya malaikat dari sisi tubuh Anda tergantung berapa banyak batang rokok yang mampir di bibir anda.

Namun saya tidak merasa aneh jika banyak diantara para Kyai Sepuh, bahkan beberapa di antaranya kita yakini sebagai ‘waliyullah’, di dalam kehidupannya sehari-hari mereka merokok. Bahkan terbilang perokok berat. Saya anggap itu bukan hal besar karena :

Diri mereka sendiri, derajat mereka sendiri itu tidak kalah suci dan mulia dengan para malaikat yang menjauhi mereka. Tidak apa-apa, jika sementara waktu para malaikat ‘cuti’ sebentar dari mereka…

Tetapi kita yang bukan orang-orang suci serta mulia seperti mereka jangan sampai di tinggal pergi jauh para malaikat. Kekotoran serta kebejatan diri kita akan terbuka lebar, tanpa ada para pengawal (para khafadhoh) itu akan menjadi santapan empuk setan -setan durjana.

Dengan merokok kita memberi kesempatan setan-setan laknat lebih mendekat ke sekitar tubuh kita, tanpa penjaga, tanpa malaikat. Dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya…

Menurut saya, orang rendah seperti kita jangan merokok. Jika terpaksa merokok usahakan pakai penawarnya. Satu batang rokok yang Anda hisap Anda barengi dengan satu botol winyak wangi, Anda tumpahkan ke tubuh Anda atau Anda semprotkan saja ke sekeliling anda.

Dan memang, sebagaimana yang kita ketahui bersama, Malaikat menyukai aroma harum wewangian.

Muhajir Madad Salim