Masjid dan Kematian

Mengena, itulah kata yang pertama kali terbesit saat memasuki masjid yang terletak disisi persimpangan jalan Bontang-Samarinda. Dari luar, Masjid itu nampak biasa dan tak berbeda dengan masjid umumnya. Namun ketika memasuki ruang utama dan melongok lebih dalam ketempat pengimaman, ada beberapa hal yang unik. Di tempat pengimaman masjid itu terdapat kayu-kayu yang tersusun rapi mengelilingi sajadah Imam. Kayu-kayu itu tersusun layaknya penanda pada gundukan yang biasanya terdapat dimakam-makam jaman dulu. Tak berhenti sampai disitu. Sajadah ma’mum yang disediakan dimasjid itu dilapisi dengan kain Putih layaknya kain yang digunakan untuk mengkafani jenazah. Ada pesan yang sengaja ditujukan kepada jamaah yang sholat dimasjid itu. Pesan tentang Kematian. Mungkin cara itu dilakukan untuk mengingatkan setiap orang yang singgah disitu untuk selalu mengingat mati. Atau berharap agar jamaah yang sholat disitu mendirikan sholat dengan sebaik-baiknya seolah itulah sholat yang terakhir kalinya.

Lain lagi dengan seorang teman yang telah memesan sebuah nisan kayu yang sengaja diukir dengan namanya. Juga seorang saudara yang telah menyiapkan kain kafan dikamarnya. Atau seorang sahabat yang menggali sebuah lubang yang berukuran 1 x 2 meter dibawah tempat tidurnya. Ada pula seorang pebisnis muda yang telah membuat gundukan tanah didepan sebuah masjid dimana ia tinggal semasa kuliah dulu. Cara mereka berbeda, namun saya yakin mereka mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu untuk mengingat kematian. Memang, hendaknya mengingat kematian itu ada dalam daftar aktivitas yang perlu kita lakukan. Perlu porsi waktu khusus yang kita sediakan. Akan lebih baik jika aktivitas itu selalu dijadikan agenda rutin oleh tiap-tiap individu. Semoga dengan mengingat kematian dapat menjadi sarana yang menghantarkan kita kedalam kemuliaan, baik di Dunia Maupun di Akhirat, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajah, Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat.

Mungkin kekayaan yang saat ini dimiliki atau kesuksesan yang telah dicapai membuat sebagian orang lupa akan hakikat kehidupan ini. Untuk itu dengan mengingat kematian dapat membuat kita menjadi sadar dan ingat kembali akan tujuan hidup kita. Sebagaimana telah Alloh sebutkan di dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyebah-Ku.” Dengan mengingat kematian kita akan lebih berhati-hati terhadap apa-apa yang akan kita lakukan. Kita akan lebih berhati-hati karena khawatir tergelincir dalam kemaksiatan. Sungguh dengan mengingat mati kita akan sadar bahwa kita tidak selamanya hidup di dunia. Dengan mengingat mati seolah-olah kita mempunyai rem dari berbuat dosa, hingga di mana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Mengingat mati dapat mencondongkan hati kita kepada akhirat dan dapat mendorong untuk bersemangat dalam melakukan kebaikan. Dengan mengingat mati kita dapat menghadapi ujian dunia ini dengan lebih ringan. Kita akan sadar bahwa hidup didunia ini hanya sementara, dan akhiratlah tempat kembali nanti.

Bayangkan bagaimana saat-saat kematian mendatangi kita. Bagaimana keaadaan kita saat itu. Apakah dalam keadaan yang baik atau dalam keadaan yang buruk, na’udzubillahi min dzalik. Mati adalah hal yang pasti sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 185 bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” Maka sungguh ia akan mendatangi seluruh makhluk yang bernyawa. Tidak ada yang bisa menolaknya. Bisa saja seseorang keluar dari rumahnya untuk sesuatu urusan namun ia kembali kepada keluarganya dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Atau bisa pula orang yang duduk di depan komputernya untuk melaksanakan pekerjaannya tiba-tiba terjatuh dari kursinya dan meninggal dunia. Atau seorang yang sujud untuk menyembah Robbnya namun tidak bangun lagi karena telah meninggal. Kematian adalah ketetapan Alloh SWT yang apabila ia tiba maka tidak ada seorangpun yang mampu menundanya seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al A’raf ayat 34 yang artinya “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat memajukannya”. Saudaraku sesungguhnya kita berada dalam bahaya, jika kita tidak mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu sebuah hal yang mutlak harus kita lakukan adalah memanfaatkan umur yang telah Alloh amanahkan kepada kita dengan memperbanyak berbuat kebaikan dan dengan bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla atas salah khilaf yang telah kita lakukan. Dengan itu semoga saat ajal menjeput, kita berada dalam kondisi yang terbaik dan khusnul khotimah.

Kematian merupakan hal yang menakutkan bagi orang-orang yang banyak bermaksiat kepada Alloh SWT. Oleh karena itu sebuah keniscayaan agar kita saling mengingatkan dalam masalah ini. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka. Dan dikuatkan dengan hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya”. Oleh karena ingat-ingatlah kematian, dari masjid, nisan, kain kafan atau apapun sarananya, jadikanlah mengingat mati sebagai agenda yang ada dalam daftar aktivitas-aktivitas kita. Semoga dengan itu kita dapat bersiap-siap dengan perbekalan yang kita butuhkan untuk perjalanan yang sangat panjang. Juga sebagai pendorong untuk bertaubat dan melakukan perbaikan terhadap kesalahan dan dosa dimasa lalu. Insyaalloh.