Sebuah hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Nature Journal dari Telegraph (22/6/11), menyebutkan bahwa masyarakat kota lebih beresiko untuk terkena stres yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan atau wilayah yang terhindar dari keramaian.
Bukan hanya stres yang mengincar, namun juga mengalami gangguan kecemasan yang tunggi, hilangnya gairah hidup, dan terganggunya kesehatan mental seperti skizofrenia.
Penelitian ini dilakukan oleh sejumlah peneliti pada 32 orang yang menetap di darah perkotaan dan juga pedesaan. Mereka dipantau dan dilakukan observasi mengenai masalah-masalah kehidupan mereka.
Berdasarkan penelitian, dihasilkan bahwa masyarakat kota menghasilkan skor yang lebih tinggi ketika mereka ditanya dan dianalisis tentang permasalahan mereka yang dapat menimbulkan stres dan kecemasan.
Semakin ia tinggal di daerah perkotaan, maka aktifitas pACC atau perigenual anterior cingulate cortex mengalami peningkatan yang signifikan. pACC adalah bagian otak yang dapat mengatur tinggi rendahnya tingkat stres yang dialami seseorang.
Surjo Dharmono, dokter psikiatri dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan stres merupakan sesuatu hal yang umum dialami oleh semua orang, yaitu bagaimana mereka merespon berbagai persoalan dalam hidup.
Stres bukanlah sebuah penyakit, pada kondisi yang normal stres dapat bersifat positif untuk mengembangkan kepribadian seseorang. Namun bila berlebih tentu akan bersifat negatif.
Agar terhindar dari stres, Surjo mengatakan perlu untuk melakukan pola hidup sehat termasuk mengkonsumsi makanan yang seimbang nutrisinya. Latih pikiran dengan berpikir rasional dan obyektif, selain itu perlu juga untuk melakukan pendekatan diri dengan sang pencipta untuk mencapai kedamaian spiritual.
Menurut Jalalludin Rachmat, psikolog dan cendikiawan muslim ini mengatakan, “Orang yang optimistis akan lebih merasa bahagia, psikologis lebih sehat, dan tidak akan lari dari masalah.”