Salah satu kebiasaan buruk kita adalah menunggu situasi memaksa untuk melakukan suatu amalan. Kita tidak bershadaqah kalau tidak diedarkan kencleng, malas shalat dhuha kalau tidak kepepet hutang, bahkan malas bersilaturahim kalau tidak musim pemilu. Betul tidak?
Padahal ummat manusia butuh banyak hal, yang sesungguhnya ada pada kita. Di masyarakat, kita telah melihat banyaknya keluhan ummat. Banyak masjid dengan takmir tidak beres atau programnya vakum, banyak khatib Jum’at tidak berkualitas, banyak imam masjid yang bacaannya tidak tartil, banyak anak-anak tidak mengaji, banyak orang tua tidak berdzikir padahal detik-detik khatimah sudah menunggu, banyak pemuda tidak mengerti syariat pernikahan, dan lainnya.
Maka, momentum ini seharusnya kita tangkap sebagai peluang:
1. Ketika anak-anak tidak mengaji
Kita sering melihat anak-anak bermain di jalan pada sore hari, padahal itu adalah waktu yang baik bagi mereka untuk belajar mengaji. Inilah saatnya bagi kita merintis sebuah Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Cara mendirikan TPA seseungguhnya amat mudah. Sebarkan pamflet kecil kepada anak-anak yang isinya undangan untuk berkumpul, di masjid atau rumah Anda dengan acara yang ringan tapi meriah (misalnya nonton film islami). Saat anak-anak berkumpul, usai menikmati hiburan, Anda dapat memberitahukan bahwa akan ada pengajian setiap hari tertentu, dan mintalah mereka untuk datang. Ketika anak-anak berdatangan di hari yang Anda janjikan, berilah makanan kecil dan bagikan undangan untuk orang tuanya dalam bentuk ’syukuran’ atau lainnya.
Ketika para orang tua datang, maka saat itulah Anda ’nampang’ di hadapan sekian puluh perwakilan masyarakat. Kunci pertama telah Anda dapatkan: dikenal.
Setelah Anda berbasa basi di forum, tutuplah dengan permintaan agar orang-orang itu membubuhkan daftar hadir, lengkap dengan nama dan nomor telepon. Kunci kedua telah Anda dapatkan: punya database.
Beberapa hari kemudian datangilah alamat yang tertera pada daftar hadir. Kedatangan Anda tidak akan mencurigakan karena mereka menduga ada urusan dengan TPA. Galilah lebih dekat keluarga tersebut. Kunci ketiga Anda dapatkan: akrab.
Ketika kunci ketiga telah Anda raih, cobalah sering bersilatrahim. Bandingkan satu keluarga dengan keluarga lainnya. Kunci keempat Anda dapatkan: peta kondisi.
Jika tak ada energi lebih, cukup sampai di sini saja. Selanjutnya jalankan TPA seperti biasa dan terus memantau peta kondisi, ada perubahan apa di dalamnya. Kelak Anda akan tahu keluarga si fulan anti dakwah, keluarga fulanah ingin didekati, dan sebagainya.
Jadi, TPA bukan (sekadar) aktivitas mengajar ’Iqra’ anak-anak. Tapi tujuan terpenting mendirikannya adalah sebagai sarana membidik orang tuanya untuk untuk didakwahi sekaligus memetakan kondisi masyarakat.
2. Ketika imam masjid kurang tartil atau khatib kurang berkualitas.
Adakah kader dakwah yang tidak berani berkhutbah dan menjadi imam masjid?
Ada, yaitu mereka yang takut salah. Namun, lebih salah lagi bila mereka takut mencoba dan memvonis diri tidak berbakat. Alasan lain kita sulit ’menyentuh’ masjid adalah karena masjid terlanjur ’dikuasai’ oleh orang tua yang kaku, dengan manajemen ketakmiran tertutup. Ia mempertahankan tradisi dan merasa disaingi jika ada pendatang yang mencoba memengaruhi kebijakannya. Ini tantangan yang kita tidak boleh berputus asa, sebab kita masih punya peluang untuk memperbaikinya.
Rajinlah ke masjid tidak hanya untuk shalat lima waktu, tetapi juga kegiatannya (pengajian, shalawatan, kerja bakti, dan lainnya). Berkenalanlah dengan jamaah, terutama sesepuh masjid dan pengurusnya sambil menawarkan potensi Anda, sekecil apapun yang Anda punya. Suatu saat, kepercayaan itu akan tiba. Ketika imam tetap atau sesepuh yang biasa menjadi imam absen, maka siapapun akan diminta maju ke depan. Jika kenyataannya Anda lebih bagus dari imam lain, atau setidaknya setara, maka pada saat yang lain Anda akan dipercaya lagi.
Tunjukkan kepedulian Anda terhadap kegiatan masjid. Anda mungkin tidak punya uang untuk menyumbang pengembangan fisik, tetapi dapat mengumpulkan infak dari rekan-rekan Anda.
Tips ini bukan untuk riya’. Inilah salah satu cara awal beperan serta dalam memperbaiki kesalahan di masyarakat. Dengan cara ini kita dapat memberi contoh bagaimana seharusnya menjadi imam, bagaimana berkhutbah, dan aturan syariat lain yang sekiranya perlu diluruskan.
3. Ketika seseorang meninggal dunia
Satu momentum penting yang menyentuh hati adalah ketika seseorang meninggal dunia. Kerumunan orang-orang itu hampir semuanya sedang memainkan sesuatu yang ada di otak kanannya: perasaan. Menangis, saling berangkulan, menceritakan kebaikan, bersedih, sekedar berbela sungkawa, dan lainnya.
Pada saat seperti ini, kondisi hampir tanpa kendali. Siapapun bisa masuk rumah, siapapun bisa pegang sapu, menyapu lantai. Pegang tenda untuk memasang tenda, pegang ember mengisi air untuk mandi jenazah, dan sebagainya.
Ini kesempatan penting bagi kita untuk berperan. Kita hendaknya segera membereskan pekerjaan bila mendengar kabar meninggalnya tetangga. Kita datang dan bergabung dalam urusan penting ini, tanpa melihat siapa yang meninggal, kenal atau tidak. Tidak mengapa jika kita terlibat aktivitas yang banyak dihindari orang: membantu memandikan, membantu mengkafani, mengangkat jenazah, sampai proses penguburan. Bila diijinkan, cobalah Anda yang turun ke lahat atau setidaknya membopong jenazah menuju lahat.
Nah, Anda telah menunjukkan peran yang sensitif di mata masyarakat. Masyarakat akan penasaran, mengajak berkenalan dan mengakui Anda sebagai bagian dari mereka.
4. Ketika seseorang sedang sakit
Orang sakit itu butuh dua hal terpenting: obat dan perhatian. Untuk kebutuhan obat, orang sakit telah mendapatkannya dari dokter atau rumah sakit bila ia dirawat di rumah sakit.
Untuk kebutuhan akan perhatian, ia mendapatkannya dari orang terdekatnya. Namun kadang hal ini selalu kurang. Dan tidak ada cukupnya sebanyak apapun diberikan. Semakin banyak perhatian, semakin menguatkan mentalnya untuk memperjuangkan kesembuhan.
Bila salah saorang tetangga sakit, segeralah mencari informasi di mana ia dirawat. Berkunjunglah dengan membawa oleh-oleh ala kadarnya. Jangan pernah terpikir Anda kenal baik atau tidak. Ini silaturahim untuk mengikat persaudaraan.
Sesampai di hadapannya, panjatkan doa. Sebut namanya dalam kekhusyukan doa Anda. Ia akan terharu dan matanya berkaca-kaca. Apalagi bila ia sudah lanjut usia. Bila ia kurang mengenal Anda, maka pertemuan ini akan menjadi momen yang sangat mengesankan. Sebab belum tentu semua sahabat dan keluarganya sempat menjenguknya. Anda adalah penyejuk baginya (sekaligus keluarganya), pemberi perhatian di kala sepi.
Selanjutnya rencanakan tahap-tahap dakwah untuknya. Jagalah dari sifat riya’ dan ujub.
5. Ketika hari besar digelar acara
Hari-hari besar, baik hari besar nasional apalagi agama adalah saat yang sangat baik bagi Anda untuk berperan dan menampakkan diri sebagai orang yang siap membantu, siap menjadi contoh.
Agustusan, Syawalan, apalagi Ramadhan adalah momen yang sangat potensial bagi Anda untuk terlibat di masyarakat, sekaligus menawarkan kebaikan yang Anda bawa.
Saya sering melihat ceramah harian di bulan Ramadhan diisi oleh sembarang orang. Saya berpikir, tidak adakah teman-teman yang dipercaya untuk mengambil bagian, lalu mengajak teman lain yang sama-sama berkualitas sehingga isi ceramahnya tidak itu-itu saja?. Banyak acara Ramadhan hanya tarawih, buka bersama, zakat, dan ceramah. Mengapakah Anda tidak menawarkan acara kreatif lainnya? Anda seharusnya mengusulkan festival anak shalih, kajian lanjut usia, bazaar untuk pendanaan rehab masjid, pekan film islami, mini outbound untuk anak, dan masih banyak lagi disesuaikan kebutuhan jamaah masjid.
Itulah lima momentum terpenting dan paling sering terjadi di masyarakat kita, gerbang-gerbang masuknya dakwah untuk kita para da’i. (sms)