Sehubungan dengan tampilan tilawah Al Quran yang sangat asing bagi kaum muslimin dunia maka pertanyaan terus bermunculan tentang status hukum membaca Al Quran dengan lagu jawa. Untuk mengetahui status hukum tersebut mari kita kembalikan kepada karakter Al Quran sendiri.
Nama “Al Quran” untuk wahyu ini sangat menekankan pentingnya perhatian pada hakikat bacaan kitab suci ini, sedangkan AlKitab menekankan tentang pentingnya memerhatikan hakikat tulisan wahyu ini. Bahasan yang lebih luas tentang hal ini telah saya kemukakan dalam buku berjudul “Mukjizat Huruf Al Quran dan Tafsir Qiraat” yang antara lain adalah kata “alquran” adalah bacaan yang terdengar semua manusia. Karena itu, Allah tegaskan dalam QS.2:185 bahwa Al Quran adalah petunjuk bagi semua manusia.
Allah berfirman,
{أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ} [البقرة: 185]
Diturunkan padanya Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia.
Sedangkan “Al Kitab” adalah tulisan yang hanya mendapat perhatian serius dari sebagian orang yang beriman saja, karena itu Allah tegaskan dalam QS.2:2 bahwa Al Kitab adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa.
Berdasarkan ayat di atas maka hendaklah setiap orang membaca kitab suci dengan menggunakan irama yang dapat mengantarkan semua manusia untuk menikmatinya. Keindahan irama sangat sesuai dengan bawaan wahyu yang bacaannya tidak pernah berhenti sejak turun empat belas abad yang lalu hingga sekarang dengan bacaan yang indah dan menarik bagi semua pendengarnya. Allah berfirman:
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling indah. (QS.39:23),
Keindahan Al-Quran meliputi segala segi yang mendorong para pembaca untuk menikmatinya. Setiap mukmin dipersilahkan untuk membacanya dengan menggunakan suara yang sesuai bawaan masing-masing, namun diupayakan agar dapat dinikmati semua pihak maka gunakanlah irama yang sesuai dengan isinya hingga irama tersebut terdengar sebagai bagian dari tafsir Al-Quran. Artinya, membaca Al-Quran dengan menggunakan irama yang sesuai dengan kondisi pembaca dan pendengar akan dapat mengantarkan dirinya untuk lebih tunduk kepada Yang Mahaagung, bahkan dengan menggunakan irama yang tepat, para pendengar pun akan terbantu untuk menghayati isi Al-Quran. Hal ini dapat memberi kemudahan berkomunikasi secara sempurna dengan semua lapisan umat di setiap zaman dan tempat. Karena bacaan yang tepat mengikuti aturan disertai dengan irama yang sesuai maknanya merupakan awal tafsir bagi AlQuran yang dapat menggiring umat menuju Allah secara langsung yang kemudian ditindaklanjuti dengan penjelasan keilmuan hingga maknanya dapat dipahami lebih luas dan lebih mendalam.
Rasulullah SAW telah memberi pengarahan kepada semua umat agar menikmati bacaan Al-Quran dengan memilih irama yang dapat mengantarkan pembaca dan pendengar untuk lebih dekat dengan yang Mahamulia. Beliau bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ بِالقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ» (صحيح البخاري 9/ 158)
Dari Abu Hurairah RA, bahwa dia telah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: tiada yang Allah izinkan untuk sesuatu yang menyerupai apa yang Dia izinkan untuk Nabi Muhammad SAW pemilik suara yang merdu untuk membaca Al-Quran dengan suara nyaring. (HR. Bukhori)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «مَا أَذِنَ اللهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ، يَجْهَرُ بِهِ». (صحيح مسلم 1/ 545)
Dari Abu Hurairah RA, bahwa dia telah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: tiada yang Allah izinkan untuk sesuatu yang menyerupai apa yang Dia izinkan bagi seorang Nabi pemilik suara merdu agar berirama dengan Al-Quran saat membacanya dengan suara nyaring (HR.Muslim)
Kedua hadits diatas memberi gambaran pentingnya memelihara keindahan bacaan dengan cara yang menarik berupa pemeliharaan suara dan pilihan irama. Sehingga setiap umat yang berinteraksi dengan Al-Quran dapat merasakan kenikmatannya dari berbagai segi. Pada saat yang sama umat akan terlatih dalam pembinaan kepekaan emosional yang sangat bermakna bagi kepentingan kehidupan sehari-hari terutama saat berkomunikasi dengan Zat Yang Mahaagung hingga pada saat ayat Al-Quran dibacakan, mereka akan merasakan dimana sebenarnya posisi mereka berada. Ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat yang menjelaskan pentingnya sujud maka mereka pun sujud, meredahkan diri di hadapan-Nya sambil menangis karena takut tidak mendapat ampunan dan rahmatNya.
{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا} [مريم: 58]
Apabila dibacakan ayat-ayat Zat Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan benar-benar bersujud dan benar-benar menangis. (QS.19:58)
Semua orang yang sehat pasti senang dengan keindahan. Karena itu, Al-Quran sebagai pembimbing menuju kesehatan lahir batin sangat memerhatikan keindahann lahir batin. Keindahan sangat berperan dalam membina kepekaan social yaitu yang berkaitan dengan komunikasi emosional yang sangat bermakna bagi semua lapisan manusia. Hal itu memberi dorongan kepada semua aktivis da’wah agar dapat menyampaikan kandungan Al-Quran dengan memerhatikan kondisi masyarakat yang sangat memerlukan sentuhan emosional.
Sekiranya irama yang digunakan untuk membaca Al Quran itu hanya dinikmati kelompok kecil seperti kelompok seniman jawa maka hal tersebut telah keluar dari karakter Al Quran yang bacaannya untuk dinikmati seluruh manusia terutama orang yang beriman. Tidak dapat dipungkiri bahwa seni baca Al Quran telah tersebar ke seluruh dunia dengan irama yang dapat mengantarkan semua umat menuju nikmatnya khusyu. Terkait dengan seni baca Al Quran, Indonesia dapat dikatakan termasuk Negara yang paling kaya dengan juara MTQ tingkat Internasional.
Simpulan:
Bacaan Al Quran dengan irama langgam jawa bertentangan dengan karakter AlQuran karena beberapa hal sebagai berikut:
- Al Quran mengantarkan semua manusia untuk mencintai Allah. Menempatkan cinta budaya daerah diatas cinta keindahan wahyu Ilahi sangat dikhawatirkan akan merusak cinta Allah.
- Bacaan Al Quran akan menambah imannya para pendengar yang menikmatinya. Dengan lagu jawa maka bacaan tersebut tidak dapat dinikmati semua pendengar yang terdiri dari perwakilan kaum muslimin sedunia.
- Indonesia memiliki banyak ahli seni baca Al Quran yang sudah keliling dunia karena mereka telah menjadi juara MTQ Internasional. Dengan bacaan irama jawa maka umat Islam Indonesia merasa malu di hadapan dunia yang dapat mengganggu ukhuwah Islamiyah internasional.
- Irama baca Al Quran telah tersebar ke seluruh dunia. Bacaan iram jawa ini telah mengganggu perasaan para pendengar yang sudah biasa membaca dan medengar indahnya bacaan AlQuran sesuai irama yang beredar di seluruh dunia.
- Bacaan irama Jawa sangat jauh dari nikmat khusyu bagi yang tidak menikmati irama tersebut.
- Irama baca Al Quran yang sudah beredar ke seluruh dunia merupakan bagian dari syiar Islami yang mempertemukan perasaan, pemikiran dan keyakinan. Itulah seni Islami yang tidak pernah ada tandingannya dari agama lain. Jika irama jawa ini dibiarkan berkembang maka sangat dikhawatirkan akan membuka peluang untuk merubah bagian lainnya dari syiar-syiar Islam untuk disesuaikan dengan tuntutan budaya daerah.
- Pembaca dalam irama Jawa ini tampak sekali berjuang agar bacaanya sesuai dengan ilmu tajwid, namun demikian karena ada yang dipaksakan agar sesuai dengan tuntutan irama maka sedikit banyak aturan bacaan tersebut terganggu.
Sebagai penguat dari uraian di atas ada baiknya untuk kita perhatikan hadits di bawah ini
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اقْرَءُوا الْقُرْآنَ بِلُحُونِ الْعَرَبِ وأَصْوَاتِها، وَإِيَّاكُمْ ولُحُونَ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ، وَأَهْلِ الْفسقِ، فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ بَعْدِي قَوْمٌ يُرَجِّعُونَ بِالْقُرْآنِ تَرْجِيعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنَّوْحِ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، مفتونةٌ قُلُوبُهُمْ، وقلوبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ» (المعجم الأوسط 7/ 183)
Dari Hudzaifah bin Yaman berkata, Rasulullah Saw bersabda: Bacalah Al Quran dengan mengikuti irama orang Arab dan suaranya. Janganlah kamu mengikuti irama ahli kitab (Taurat dan Injil), dan orang fasik. Nanti akan datang setelah aku satu kaum yang membaca Al Quran mengikuti gaya para penyanyi, irama pendeta, irama ratapan yang tidak sampai kepada tenggorokan mereka. Hati mereka merasa bangga, bangga diri dengan gaya mereka sendiri. (HR. Thabrani dengan sanad dhaif)