Membangun Kebaikan

Di dunia ini masih banyak orang yang baik, namun kebanyakan diam. Tidak mau menyerukan kebaikan.

Demikian opini dari Asma Nadia tentang orang baik yang ragu-ragu dalam menyuarakan kebaikan. Alasannya beragam, mulai dari takut, malu, tidak mau dianggap sok baik, dan sebagainya.

Dalam sebuah artikel yang dimuat di koran Republika, Asma Nadia menyatakan bahwa orang yang baik berpotensi menjadi agen pembangun kebaikan. Ya, dalam membangun kebaikan setiap orang punya andil sendiri-sendiri. Mereka bisa berkontribusi dengan caranya masing-masing. Mereka bisa menjadi agen pembangun kebaikan dengan cara menyuarakan kebaikan dan kebenaran, bukan hanya diam.

Contohnya saja ketika banyak orang prihatin dengan mall-mall yang masih tidak memerhatikan fasilitas ibadah untuk para pengunjungnya. Mushala hanya dibangun sekedarnya (bahkan kadang keadaanya betul-betul mengenaskan). Mushala diletakkan di basement dekat parkiran dan tempat wudhu antara wanita dan pria tidak dipisah, terbuka pula.

Tentunya pengunjung menginginkan penibgkatan kualitas pelayanan mall, khususnya yang berkaitan dengan tempat ibadah umat muslim ini. Namun jika semuanya diam, apakah akan terjadi perubahan? Tidak.

Jika kita benar-benar peduli, maka kita bisa mengajukan komplain ke customer service. Kita juga bisa menulis surat keluhan pelanggan untuk manjer mall, agar fasilitas ibadah ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

Satu, dua, empat, sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya. Akhirnya, pihak manejemen mlal akan ngeh alias paham dengan maksud yang disampaikan dengan pelanggan. Mereka akan tergerak untuk memperbaiki fasilitas ibadah di mal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan.

Dalam membangun kebaikan, peran semua orang sanfat dibutuhkan untuk mem-follow up benih-benih kebaikan yang telah tersebar di sekitarnya. Saat ini, orang lebih mudah meneruskan kebaikan dengan adanya media sosial. Fasilitas share, retweet, atau menuliskan kembali gagasan kebaikan dengan bahasa sendiri.

Satu orang menyuarakan kebaikan, kemudian ribuan orang meneruskannya. Lama-lama, akan terbentuk bangunan kebaikan yang kokoh, sehingga orang akan terbiasa dengan kebaikan. Sekarang ini orang lebih bangga menunjukkan keburukan, sehingga keburukan itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Jika hal itu diwujudkan dalam bentuk kebaikan, maka orang juga akan semakin terbiasa dan menganggap kebaikan memang seharusnya diserukan.

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.'”

Jadilah bagian dari agen pembangun kebaikan. Bila orang baik memilih untuk diam, maka kejahatan akan merajalela. Semoga Allah meridhoi langkah kita dalam membangun kebaikan.