Membangun ‘Teamwork’ Yang Kuat Dalam Keluarga

Semasa mahasiswa, saya pernah belajar tentang bagaimana membangun kekompakan dalam kelompok. Waktu itu, kelompok saya jumlahnya 12 orang ada tujuh laki-laki dan lima perempuan dengan target pembelajaran berupa “One Message One Mind” (satu pesan satu pikiran).

Pelajarannya sangat sederhana, oleh seorang “Guru”, setiap siang hari kelompok kami diminta berkumpul, minimal satu jam untuk membicarakan, memikirkan, merasakan dan menindaklanjuti atas permasalahan yang kita pilih. Disiang hari itu, “Guru” kami membawa selembar Koran.

Hem…, rupanya “headline” koran halaman pertama yang akan menjadi bahan diskusi kita. Setelah membacakan “headline” tersebut, sang “Guru” memberi lembaran halaman pertama koran tersebut satu demi satu dan bertanya kepada kami, “Apa yang kalian pikirkan, kalian rasakan dan sikap/perilaku apakah yang harus kalian lakukan setelah kalian membaca isi “headline” tulisan ini,” demikian instruksi sang Guru.

Kemudian beliau memerintahkan kepada kami untuk menempati tempat sesuai dengan nama-nama kami untuk menulis jawabannya. Kamipun dipisahkan dalam 12 tempat yang saling berjauhan.Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab kali ini hanya satu jam, kemudian kita berkumpul kembali dan membacakan satu per satu hasil jawaban kita.

Sang Guru mengoreksi satu per satu, kamipun ditanya mengapa kami memberi jawaban seperti itu. Kalau jawabannya belum tepat, sang Guru memberikan beberapa nasehatnya, namun bila sudah tepat jawaban tersebut menjadi rujukan kelompok kami.

Target pembelajaran ini adalah terbentuknya kesamaan jawaban dari 12 orang dalam kelompok kami. Setiap hari selama enam bulan, aktivitas  seperti ini yang kami lakukan, akhirnya pikiran kami, perasaan kami dan sikap-perilaku kami memiliki kesamaan dalam melihat persoalan dari sudut pandang yang kami dapat memahaminya. Mulai saati tu, tim kami sangat kompak dan menyenangkan.

Kata TEAM (bahasa kita: tim) bila kita telaah lebih dalam akan memberikan makna yang luar biasa bahwa melakukan secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan kita menjadi lebih hebat. Ngak percaya? Baiklah, kalau begitu mari kita pisahkan kata TEAM menjadi T(together), E(everyone), A(achieve) dan M(more)… Benar, kan?

Demikian juga dalam mewujudkan “Golden Family” (keluarga berkeemasan), para anggota keluarga harus bisa menjadikan keluarganya sebagai TEAM yang kompak agar cita-cita keluarga dapat tercapai dengan luar biasa. Agar kekompakan keluarga bisa berjalan baik maka kekompakan harus bisa menyentuh wilayah pikiran dan emosi. Pikiran dan emosi yang kompak akan menghasilkan sikap dan perilaku yang kompak, sehingga harmonisasi dalam keluarga bisa terwujud.

Sabahat…, ada beberapa syarat agar kekompakan “TEAM” dalam keluarga bisa terwujud. Pertama, tetapkan Misi keluarga anda. Misi keluarga akan menjawab pertanyaan untuk apa kita (suami dan istri) bersepakat membangun dan menjalankan “roda” keluarganya. Juga menjawab ke manakah arah yang harus dituju dalam perjalanan keluarga ini.

Juga menjawab, peran seperti apakah yang harus kita (suami-istri) lakukan agar perjalanan keluarga bisa menggapai cita-citanya. Dengan memiliki Misi, perjalanan keluarga akan terarah, penggunaan sumberdaya keluargapun akan efektif dan efisien. Semuanya terfokuskan untuk mendukung terwujudnya cita-cita keluarga.

Selain itu, Misi Keluarga ternyata juga bisa “merukunkan” kembali bila suami dan istri terlibat pertengkaran. Dengan membuka kembali catatan Misi Keluarganya akan menyatukan kembali pikiran dan perasaan yang berbeda. Sebaiknya penetapan misi keluarga ini di tetapkan setelah kita melakukan akad-nikah (melakukan ikatan pernikahan di hadapan wali dan saksi serta penghulu) dan sah sebagai suami-istri.

Kedua,membiasakan Komunikasi Inspiratif dalam keluarga. Komunikasi Inspiratif(KI)  akan menciptakan kedekatan(intimacy) dan rasa terhubung(connected) antar anggota keluarga, sehingga bukan hanya bahasa verbal saja yang bisa dimengerti dan dipahami namun juga bahasa non verbal atau bahasa fisiknya. Dengan Komunikasi Inspiratif (KI), rasa aman dan rasa saling percaya akan terbentuk.

Ketiga, Saling Memberikan Cinta antar anggota keluarga. Kekuatan Cinta akan memenuhi kebutuhan emosi dasar dari seluruh anggota keluarga, kebutuhan rasa aman, rasa diterima, rasa dihargai, rasa dihormati dan rasa kemandirian. Dengannya, setiap keluarga dapat mengembangkan pikiran yang kreatif dan karya-karya yang inovatif. Kekuatan Cinta juga memuat kandungan rasa maaf sehingga antar anggota keluarga akan menjadi pribadi pemaaf dan cinta damai.

Kekuatan Cinta juga dapat berperan sebagai alat pendorong bagi anggota  keluarga dikala mereka harus memberikan yang terbaik dari potensi yang dimilikinya. Potensi itu harus diberikan terutama untuk mendukung tercapainya Misi keluarga. Sahabatku…, bagaimana dengan keluarga Anda?.