Membentuk Da’i Berkarakter Islami

Membentuk karakter seorang da’i merupakan kewajiban asasi dalam sebuah proses da’wah. Ia terkait dengan pondasi dan  bentuk dasar sebelum membangun sebuah bangunan. Dengan membangun karakter da’i yang tepat dan berdasarkan manhaj rabbani, da’wah akan menemukan bentuk dan prototipe manusia muslim sesungguhnya yang diinginkan oleh pencipta-Nya.

Pembentukan karakter akan mempengaruhi citra dan pandangan masyarakat terhadap sosok personal, jama’ah, bahkan Islam sekaligus. Da’i merupakan pelopor, teladan, contoh, panutan, dan prototipe atas apa yang dibawanya, yaitu Islam. Segala ucapan, perkataan, gerakan, sikap, sifat dan kebiasaannya menjadi sorotan masyarakat umum. Segala aktivitasnya menjadi ‘dalil’ bagi masyarakat untuk bertindak dan bertingkah laku.

Sejarah telah menunjukkan generasi dengan karakteristik yang paling sempurna dalam sejarah kehidupan manusia, generasi qur’ani yang istimewa.

“Da’wah ini,” kata Ustadz Sayyid Quthb, “Pernah menghasilkan suatu generasi manusia, yaitu generasi shahabat – semoga Allah meridhai mereka. Suatu generasi pilihan dalam sepanjang sejarah Islam dan dalam sepanjang sejarah manusia. Kemudian generasi semacam ini tidak lagi dihasilkan dalam sejarah Islam. Benar ada beberapa gelintir orang  dengan karakteristik seperti generasi pertama itu yang dihasilkan oleh da’wah Islam sepanjang sejarah, namun belum pernah terjadi dalam sejarah Islam, terkumpulnya tokoh-tokoh besar semacam itu dalam suatu tempat, seperti yang terjadi pada masa pertama dari kehidupan da’wah ini.”[1]

Generasi ini dididik oleh Allah secara langsung dengan Al Qur’an dan pembimbing terbesar sepanjang zaman, Rasulullah Muhammad.

Kemudian beliau menyimpulkan pandangannya, “Dengan demikian, hanyalah Al Qur’an yang menjadi sumber mereka. Darinya mereka memetik pelajaran dan dengannya pula mereka diubah menjadi tokoh-tokoh besar. Hal itu bukan terjadi karena pada saat itu tidak memiliki peradaban, budaya, ilmu pengetahuan, buku-buku rujukan, atau kajian-kajian ilmiah; sama sekali bukan!”[2]

Dalam memandang Islam, para da’i haruslah berdasarkan sistem Islam yang benar. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk mengambil Islam secara utuh, tidak sepotong-potong dan parsial. Dengan demikian, ia akan memiliki pandangan yang jelas mengenai bangunan Islam sesungguhnya. Kemudian mengajarkan kepada para shahabat tentang pentingnya aktivitas kolektif. Inilah yang membuat generasi ini bisa dibentuk, sebuah aktivitas yang dilakukan secara bersama dalam pembinaan yang kontinyu selama bertahun-tahun.

Kemudian Rasulullah membentuk karakter kepribadian islami dan karakter kepribadian da’wah. Hal ini akan menguatkan mereka dalam menjalankan risalah kenabian yang penuh cobaan dan beban. Pembentukan karakter sosial dan kepribadian sosial berfungsi untuk menjalankan dan membantu pelaksanaan da’wah dimana mereka harus berinteraksi dengan manusia pada umumnya. Islam adalah ajaran langit yang harus dibumikan, diajarkan kepada masyarakat sesuai dengan bahasa bumi. Interaksi interpersonal ini akan meningkatkan simpati dari masyarakat dan mengurangi musuh da’wah.

Landasan dasar pembentukan karakter islami adalah dengan penanaman aqidah yang menancap kuat dan dalam di hati manusia. Dengan demikian, ia akan menerima konsep-konsep syari’at yang dibebankan kepada dirinya, sehingga dari pelaksanaannya itu akan timbul dengan sendirinya akhlak islami dalam setiap aktivitasnya.

Rasulullah merupakan teladan yang terbaik dalam proses pembentukan karakter seorang da’i. Beliau merupakan Al Qur’an berjalan yang menapakkan kakinya di atas bumi, sementara ruh dan konsep-konsep hatinya mampu menggapai langit.

Imam Hasan Al Banna mengatakan, “Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang al akh yang tulus adalah perbaikan diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua harus dimiliki oleh masing-masing al akh.”[3]

Insya Allah kami akan mempublikasikan karektaristik-karakteristik da’i secara berseri di Fimadani.
_______________________________

[1]    Petunjuk Jalan

[2]    ibid

[3]    Risalah Ta’alim, dari Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin