Orang-orang Jahiliyah, kalau mereka tertimpa suatu musibah, bencana atau malapetaka, mereka mencaci masa. Maka Allah melarang hal tersebut, karena yang menciptakan dan mengatur masa adalah Allah Yang Maha Esa. Sedangkan menghina pekerjaan seseorang berarti menghina orang yang melakukannya. Dengan demikian, mencaci masa berarti mencela dan menyakiti Allah sebagai Pencipta dan Pengatur masa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan berkata mereka: ‘Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.’” (QS Al Jatsiyah, 24).
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Anak Adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti”.
Dan dalam riwayat yang lain dikatakan: “Janganlah kalian mencaci masa, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pemilik dan Pengatur masa.”
Mencaci masa berarti menyakiti Allah. Mencaci mungkin saja dilakukan seseorang, meskipun ia tidak bermaksud demikian dalam hatinya.
Perlu renungan akan sabda Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam: “Karena Allah sesungguhnya adalah Pemilik dan Pengatur masa.”
Sabda beliau itu menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan takdir Allah, karena itu wajib bagi seorang Muslim untuk beriman dengan qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit.